Shingeki
No Kyojin Special : Levi’s Romantic Love
Story
“Wild
Flower”
Cast : Levi Ackerman x Minazuki
Genre : Romantic, Action, Mature
Chapter
3
Change
Minazuki menyambut Eren yang telah datang untuk menjemputnya, ia
telah berjanji pada Eren untuk bertemu hari itu sambil membicarakan perihal
keputusannya masuk dalam squad trainee.
Eren tersenyum lebar ketika melihat
Minazuki muncul dari balik pintu. “Minazuki,” sapanya. “Lho.. wajahmu pucat
sekali, kau kenapa?” tegurnya.
Minazuki mendelikkan matanya kaget,
dia sama sekali tak menyangka bahwa wajahnya akan sepucat itu setelah dia..
berciuman dengan Rivaille.
“Ah? Masa sih?” serunya meyakinkan
Eren sambil menepuk-nepuk keras pipinya.
Eren menangkap kedua tangan Minazuki
dengan maksud untuk menghentikannya. “Kau kenapa sih?” tanya Eren senyuman
manis menghiasi wajahnya. “Jangan memukuli wajahmu begitu,”
Terdengar suara batuk yang sangat keras
dari dalam rumah. Seketika keduanya menatap ke dalam, mereka berdua bisa
melihat Rivaille sedang bersandar pada sebuah tiang penyangga rumah dengan
tangan terlipat diatas dada tanpa ekspresi di wajahnya. Dengan refleks Eren melepaskan
tangannya dari tangan Minazuki dan mengepalkan tangan kanan di dada untuk
menghormati kaptennya.
“Apa yang kau lakukan di sini Kadet?”
tanyanya dengan nada menyudutkan. Eren dapat merasakan bahwa kemunculannya
sedang tidak diinginkan saat itu, sekilas ia menatap Minazuki yang sedang
menatapnya.
“Ah, aku ada sedikit urusan dengan
Minazuki Kapten,” jawabnya jujur.
“Kenapa tidak membicarakannya di
dalam? Masuklah!” pinta Rivaille sembari mempersilakan Eren masuk.
“Kupikir kau sendirian,” bisik Eren
ketelinga Minazuki.
“Ah, kemarin dia pulang untuk mengecek keadaan rumah makanya... kau
bisa lihat sendirikan gimana gayanya barusan?” jelas Minazuki, melihat sikap
Minazuki yang sedang mengejek kapten nya membuatnya menahan tawa.
“Sepertinya sekarang bukan waktu tepat, kita pergi lain kali saja
ya,” serunya. Minazuki tersenyum dan memberinya kode dengan gerakan kepala
menyuruhnya agar segera masuk ke dalam rumah.
“Kurasa pembicaraan kalian berdua bisa menunggu sebentar Kadet karena
gadis pemalas ini harus segera membuat makan siang untuk kita. Benarkan?”
serunya lagi meminta persetujuan Minazuki.
“Duduklah Eren, aku tinggal kalian
sebentar ya,” Eren mengangguk dan Minazuki pun pergi ke dapur meninggalkan
dirinya berdua saja dengan Kapten-nya. Keduanya terdiam sementara itu Rivaille
masih sibuk dengan kegiatan bersih-bersihnya.
“Kapten boleh aku membantu?” tanyanya.
Rivaille berbalik menatapnya dengan wajah tertutup penutup hidung. Pemandangan
ini sudah sering menghiasi hari-hari nya di benteng, jadi dia sudah terbiasa
melihat Kapten yang dihormatinya bertransformasi menjadi seorang pembersih rumah.
“Tidak perlu Jeager, di sini kau
adalah tamu Minazuki,”
“Ah, tapi sepertinya anda membutuhkan
bantuan,”
“Tenang saja Jeager aku bisa
mengatasinya, gadis itu memang tidak pernah bisa membereskan kekacauan yang
sudah dibuatnya. Benar-benar merepotkan,”
“Anda tak perlu segan Kapten,” seru
Eren mulai membantu Rivaille. Rivaille tidak menolak bantuan itu kalau
menyangkut masalah bersih-bersih rumah ia bisa dengan mudah melupakan rasa
kesalnya pada Eren meskipun cuma sesaat.
Ketiganya makan siang bersama dalam
keheningan, Rivaille sama sekali tidak banyak bicara. Ia hanya mengomentari
bagaimana rasa masakan Minazuki yang menurutnya tidak enak namun entah kenapa
dia selalu memakan habis semua makanan itu tanpa sisa. Setelah selesai ia
meninggalkan keduanya di meja makan dan beranjak menuju ruangannya.
“Apa Kapten sakit?” tanya Eren dengan
wajah bingung.
“Tidak, dia baik-baik saja. Ada apa?”
“Aku rasa dia tidak menyukai
kehadiranku, dia memang orang yang tenang tapi aku merasa atmosfir kali ini
sangat berbeda,”
Minazuki kembali teringat kejadian
yang menimpanya sebelum Eren datang. Ia mengerti sekali kenapa Rivaille
terlihat tampak kesal pada Eren. Alasannya karena Eren telah mengacaukan
kesempatan Rivaille untuk mengerjainya.
Ia tersenyum berusaha menyemangati
Eren. “Lupakan saja sikapnya barusan, dia menyukaimu kok. Buktinya dia pernah
menendangmu hingga gigimu copot kan?” kata-kata Minazuki membuat Eren kembali
teringat pada masa lalunya yang kelam sebelum bergabung dalam squad legion.
“Kau pikir itu hal yang lucu ya?”
sungut Eren. “Aku tau dia memang sudah membenciku sejak lama,”
Minazuki tertawa mendengar kata-kata
Eren. “Dia memang punya cara yang agak berbeda ketika berkomunikasi dengan
orang lain. Kau sebenarnya sudah memahaminya kan? Jujur saja aku sedikit iri
denganmu, kau beruntung Eren,”
“Yah, kurasa kau bilang begitu karena
dia tidak pernah memukulimu kan?”
Minazuki kembali tertawa mendengar
kalimat putus asa Eren. “Sebenarnya dia sering memukulku tapi menggunakan cara
lain,” celetuk Minazuki. Yah setidaknya Rivaille tidak pernah memukulmu
menggunakan busur biola kemudian memintamu menciumnya setelah dia selesai
memainkan biola kan? Batinnya.
“Apa kau sudah memberitahunya?”
“Oh itu.. aku berencana akan
mengatakannya tapi sebaiknya menunggu waktu yang lebih baik,”
“Sebenarnya aku merasa kau tidak perlu
mengikuti squad trainee itu. Lagi pula kau sudah seumuran denganku dan juga akan
sangat berbahaya untukmu,”
“Kau benar Eren, tapi akan lebih baik kalau aku punya sedikit
pengetahuan tentang Titan. Para Titan akan selalu muncul dan bagaimana jika
disaat kalian tidak berada di benteng, setidaknya aku harus punya persiapan
menghadapinya. Aku yang sekarang masih lemah.. tak mungkin aku mengharapkan
Rivaille untuk terus berada disisiku dan melindungiku, dia sudah terlalu banyak
mengemban tanggung jawab.. kupikir keputusanku untuk masuk squad trainee ini
akan sedikit menolongnya,”
Eren tau dia tak boleh mengatakan hal
ini, tapi sejak mengenalnya setahun lalu dia sudah mulai menyukai Minazuki.
“Bicaramu mulai ngawur, kalau Kapten
tidak bisa menjagamu aku yang akan menggantikannya.”
“Eren?”
“Jeager, sepertinya sudah saatnya kau
pergi. Saat ini aku sedang membutuhkan bantuan Mina,” suara Rivaille memecahkan
keheningan diantara keduanya. Minazuki merasa jantungnya akan melompat keluar
ketika ia melihat wajah Rivaille dengan mata hitamnya yang menatap tajam. Ia
memutuskan untuk mengakhiri pembicaraan mereka.
Eren menatap Rivaille lalu kembali
menatap Minazuki. “Anda benar Kapten. Minazuki, terima kasih untuk makan
siangnya mereka semua sangat enak,” seru Eren sembari tersenyum ia beranjak
dari kursinya berjalan menuju Rivaille yang berdiri sambil bersandar pada
tembok. “Terima kasih sudah mengijinkanku ikut makan siang bersama anda Kapten,”
Rivaille tidak menjawab pernyataan
Eren barusan. Minazuki berjalan melewatinya dengan maksud untuk mengantar kepergian
Eren. Rivaille sadar bahwa Minazuki merasa kesal padanya karena sikapnya yang
kurang bersahabat pada Eren. Gadis itu bahkan tidak memandangnya.
Setelah Eren pergi Minazuki kembali
keruang makan dan membereskan meja makan itu sampai bersih. Ia sedang tidak
ingin mendengar omelan Rivaille tentang piring kotor, ia menumpukkan semua
piring kotor itu ditempat cuci piring dan mulai mencucinya dalam diam.
“Setelah pekerjaanmu selesai temui aku
diruanganku,” pinta Rivaille.
Ia bisa mendengar langkah kaki
Rivaille menaiki tangga menuju ruang bacanya. “Uuuhh.. akhirnya dia pergi juga,”
gumamnya lega. Ia tak bisa membayangkan apa yang akan di lakukan Rivaille
padanya, pasti pria itu sudah mendengar semua obrolannya dengan Eren. Lagipula
kenapa dia harus mengusir Eren sekasar itu?
“Tampaknya kau tidak senang,” seru
Rivaille ketika Minazuki masuk kedalam ruangannya. Rupanya ia telah menunggu
gadis itu sambil bersandar pada pinggiran mejanya dengan tangan terlipat di
dada. Kakinya yang masih mengenakan sepatu boots squad terjulur elegan.
Minazuki membiarkan pintu
dibelakangnya tetap terbuka. “Tutup saja
pintu itu, udara dari luar akan membuat ruangan ini kotor,” pintanya. Minazuki
menutup pelan pintu itu. Ia masih diam tidak menjawab pertanyaan Rivaille sebelumnya.
Rivaille berjalan mengitari mejanya
sambil melepaskan sarung tangan, penutup kepala dan penutup hidungnya yang
terjuntai dilehernya. “Duduk,” suruhnya. Minazuki berjalan perlahan mendekati
kursi yang ada diseberang Rivaille. Tidak pernah ia merasa segugup ini.
Rivaille membuka kancing bajunya dan melepaskan bajunya.
Ini adalah pemandangan lain dari
Rivaille yang baru pertama kali di lihatnya. Ia tidak pernah menyangka Rivaille
memiliki tubuh yang sangat bagus. Tubuh Rivaille termasuk kecil, beratnya hanya
65kg dan tingginya hanya 160cm (ia tergolong pendek untuk ukuran seorang
laki-laki) namun Minazuki bisa dengan jelas melihat otot-otot kuat yang ada di
seluruh tubuh Rivaille. Meskipun dia pendek tapi siapapun akan mengakuinya
bahwa tubuh itu memang cocok untuknya. Minazuki merutuk dalam hati.
“Tak bisakah kau mengganti bajumu
dikamarmu sendiri atau ditempat lain?” celetuk Minazuki. Rivaille menatapnya
sambil memasang kembali kemejanya yang bersih.
“Akhirnya kau bicara juga.. oh ya,
jangan lupa bahwa ini adalah ruanganku, rumahku, dan terserah padaku ingin
membuka baju dimana dan dihadapan siapa, mengerti?”
Minazuki menatap Rivaille dengan
tatapan tak percaya. Dalam hati ia terus merutuk Rivaille. “Baiklah Kapten, apa
yang bisa ku bantu?” seru Minazuki mencoba tersenyum.
“Jadi kau menjalin hubungan dengan
Eren?”
“He?” Pertanyaannya membuat Minazuki
hampir tertawa terbahak-bahak, namun ia berusaha menahannya dan berusaha
menjawab dengan santai.
“Kenapa kau menanyakannya? Kau tidak
sedang cemburu kan?” ejek Minazuki. Ia berusaha menahan senyum lebarnya. Namun Rivaille
tidak tersenyum ia justru mengalihkan pandangannya dan kembali mengitari meja
ia kembali duduk bersandar keposisi awal saat menunggu Minazuki masuk ke ruangannya.
Tangannya kembali ia lipat didepan dada, mereka berdua sangat dekat.
“Kami hanya berteman, maafkan
perkataanku barusan.. aku hanya mencoba untuk bercanda” jawab Minazuki serius.
“Lalu kenapa dia kemari? Aku bertanya
sebagai orang yang bertanggung jawab menjagamu,”
Kata-kata Rivaille seolah menusuk dada
Minazuki. “Tidak ada apa-apa, ini urusan pribadiku dengannya, dan.. seharusnya
kau tidak perlu mengusirnya seperti itu,” jawab Minazuki menatap wajah Rivaille
yang masih tanpa ekspresi.
“Hmm.. Apa ada sesuatu yang ingin kau
bicarakan denganku?” tanya Rivaille lagi. Minazuki menatap pria itu ragu.
Rivaille pasti telah mendengar pembicaraannya dengan Eren. Meskipun terlihat
tenang namun dalam hatinya Minazuki benar-benar merasa panik. Kenapa tiba-tiba
saja pria ini bersikap berbeda dari sebelumnya.
“Entahlah..”
“Entahlah?” ulangnya lagi.
“Bisakah kau memberitahuku yang sejujurnya,
bagaimana pendapat pribadimu tentang diriku ?”
Rivaille diam menatap Minazuki,
matanya menelusuri tubuh wanita yang ada didepannya. Minazuki mengenakan
pakaian lama milik Rivaille dan ia tidak pernah menggunakan pakaian wanita.
Singkatnya Minazuki hampir terlihat seperti anak laki-laki yang imut jika ia
tidak menggerai rambut panjangnya.
Rivaille berdiri tegak mengamati
Minazuki, ia berjalan bolak-balik didepan gadis itu. “Kau itu.. cewek bodoh,
pemalas, tidak bisa diandalkan, gampang menyerah, dan tidak cantik sama
sekali..” Rivaille mengitari kursi Minazuki dan menghentikan langkahnya tepat
dibelakang kursi gadis itu. “Kau lemah, dan juga cengeng.. mungkin Titan di
luar sana tidak akan ingin memakanmu,”
Jika orang lain yang menghadapi
Rivaille, dia pasti sudah berdiri penuh amarah dan mencoba untuk menonjok
kapten ini. Namun Minazuki memilih diam dan mendengarkan. Rivaille meletakkan
tangan kanannya di bahu kanan Minazuki. “Kau bukan tipe orang yang akan
bertahan lama hidup di dunia ini, tapi itu bukan hanya karena kebodohanmu.. kau
pasti sudah mengerti sifatku, aku sangat tidak suka pengganggu dan kau itu
adalah tipe pengganggu,”
Rivaille meletakkan tangan kirinya
lagi dibahu Minazuki, ia kembali memijat pelan bahu itu. “Apa kau sudah bisa
menyimpulkan bagaimana pendapatku tentangmu..? Kau harus mengerti hanya dengan memiliki
kebaikan saja tidak akan cukup untuk bertahan hidup di dunia ini,”
Minazuki masih terdiam ia mencerna
kata-kata Rivaille. Rivaille telah kehilangan banyak orang yang ia sayangi dan
juga teman-temannya, kehidupannya tidak mudah seperti yang banyak prajurit
pikir tentangnya, bahwa ia seorang monster yang sangat kuat, hal yang
menyakitkan adalah Rivaille bahkan harus merelakan orang yang dicintainya tewas
di tangan Titan dan mengubur perasaannya. Rivaille memiliki rasa sakit yang
sama dengan yang dimilikinya. Ia juga memiliki kelemahan dan hanya manusia
biasa.
Minazuki tahu seandainya setahun yang lalu bukan Rivaille yang
menyambut tangannya pasti sekarang dia sudah tidak akan bisa melihat matahari,
burung yang terbang bebas di langit, bunga, bintang-bintang, merasakan hujan,
Eren dan..
Rivaille memberinya pilihan yang
sangat berat disaat dia sangat ingin meninggalkan dunia ini. Ia masih bisa
mengingatnya, rasa sakit saat Rivaille menendangnya setahun yang lalu. Itu
adalah saat dimana pertama kalinya ia sangat marah dan membenci Rivaille.
“Kubiarkan
kau memilih.. Kau bisa menyesali hidupmu, kemudian mati dan dilupakan atau..”
“Hei kau tertidur ya?” Rivaille
mengguncang keras tubuh Minazuki. Gadis itu membuka matanya dan ia bisa melihat
Rivaille sedang berjongkok didepannya dengan wajah tanpa ekspresi. “Ku pikir
kau menangis,” serunya lagi, jari-jarinya yang kuat menyentuh pipi Minazuki.
“Kau hanya diam dan tak menjawabku..”
Ia tidak menjawab Rivaille karena
otaknya masih memikirkan kata-kata terakhir Rivaille. “Hei jangan melamun,”
serunya lagi sembari mencubit pelan pipi Minazuki yang masih diam mendengarnya,
ia mendesah pasrah. “Aku sudah tahu inilah yang akan terjadi jika aku
mengatakan yang sebenarnya padamu,”
“Rivaille.. apa itu memang kenyataannya?”
“He?”
“Aku memikirkan kata-katamu.. dari
yang ku mengerti adalah.. aku ini bukan orang yang pantas hidup di dunia ini
kan?”
Rivaille menatapnya dengan wajah
dingin dan tanpa ekspresi miliknya, namun ia mulai tersenyum sambil
mengacak-acak pelan rambut Minazuki.
“Aku yakin kau mengerti maksudku yang
sebenarnya.. Aku juga yakin kau sudah punya jawaban dari pertanyaanmu barusan,”
jawab Rivaille. “Kalau kau sudah tidak sanggup dan ingin menyerah, carilah
aku,”
Minazuki tersenyum mendengar kata-kata
yang diucapkannya. Hei, kau ini Rivaille yang ku kenal kan?
“Aaaahh akhirnya berakhir juga,
kupikir aku bisa mati karena tadi kau memaki-maki ku. Aku memilih diam agar kau
tidak memukuliku,” seru Minazuki tersenyum lega.
Mendengar kata-kata Minazuki membuat
Rivaille kembali memasang wajah dinginnya dan berdecak sebal. “Ckk.. dasar
cewek idiot!” Rivaille berdiri kemudian membungkuk dan mengecup kening
Minazuki, ia berjalan pelan menuju kursinya sementara Minazuki bangkit menuju
pintu keluar dengan perasaan terkejut luar biasa.
“Rivaille.. aku sudah memutuskannya..”
“Apa yang kau putuskan?”
“Aku sudah memutuskan untuk masuk
akademi dan menjadi squad trainee, Sebenarnya Eren tidak setuju aku masuk
akademi dia memintaku untuk berkonsultasi denganmu terlebih dahulu.. makanya
hari ini dia datang menemuiku,”
“Hmm, jadi itu masalahnya..” Rivaille
menjadi sebal lagi kala mendengar nama Eren disebutkan.
“Terima kasih.. karena sudah
menjagaku,”
“Semoga saja kau lolos uji coba masuk nanti, aku yakin kau akan
menangis di uji coba pertamamu, pastikan saja kau tidak ketiduran lagi,”
“Hmm.. ku rasa aku akan mulai belajar
dari sekarang,” serunya.
Rivaille menatapnya dengan tatapan
setajam pisau penyilet leher Titan. “Aku akan mencarikan metode belajar yang
cocok untukmu,” Rivaille kembali tersenyum penuh arti ada kelicikan dalam
tatapan matanya. Minazuki merasa dia telah mengatakan sesuatu yang bisa membuat
Rivaille menjadi berbahaya hanya dengan mendengarnya saja.
“Baiklah malam ini kita makan bubur
saja!” pekik Minazuki, ia menutup pintu dibelakangnya dan berlari menuruni
tangga menuju dapur.
“Hei! Aku kembali kesini bukan untuk makan bubur buatanmu..”
Setahun yang lalu Rivaille pernah mengayunkan pisau pengiris Titan
miliknya dan berniat untuk memenggal kepala Minazuki. Namun sedetik kemudian ia
justru menurunkan pisaunya dan memutuskan untuk tidak memenggal kepala gadis
itu. Ia memutuskan memberinya sebuah
pilihan.. sebuah kesempatan.. untuk bangkit lagi.
“Kau boleh memilih... Kau bisa menyesali
hidupmu, kemudian mati dan dilupakan... atau... Kau hidup untuk berjuang
bersamaku dan membayar dosa-dosamu..”
Minazuki terisak keras di dapurnya sambil terus memasak. “Rivaille
sialaaaaaannnn.. beraninya dia mencaci makiku seperti ituuu!” serunya sebal
dengan wajah berlinang air mata sembari memasukkan irisan terakhir bawang
bombay kedalam sayuran yang dimasaknya.
* * *
PS : Maaf kalau terdapat banyak kekurangan dalam cerita ini, karena ini pertama kalinya mencoba buat cerita dan ternyata ribet banget. Banyak ide yang keluar tapi kesulitan terbesarnya adalah menuangkan ide menjadi kalimat. Maunya sih cerita ini nanti ada action nya gitu melawan Titan, duh gak mutu ya plotnya kok hampir mirip komik. Tapi ini kan kisah cintanya Kapten termahsyur Levi Ackerman, bakal bagus kalo ada perang melawan Titan kali ya. Terima kasih buat yang sudah baca :))
0 comments:
Post a Comment