Shingeki No Kyojin Special
: Levi’s Romantic Love Story
“Wild Flower”
Chapter 6
FINAL [Tell Me]
Minazuki
menyerahkan surat yang dibawanya kepada pengurus asrama. Hanya dengan membaca
surat itu Minazuki dapat terhindar dari hukuman berat karena semalam tidak
berada di asrama. Ia permisi keluar dari kantor dan berjalan pelan menuju
ruangannya.
Pintu
kamar terbuka dan dia bisa melihat Kris sedang berpakaian sembari menatapnya.
“Ah, gomen..” serunya sembari menutup pintu cepat. Kris segera memakai
pakaiannya ia menatap Minazuki dalam diam.
Minazuki
berjalan pelan mendekatinya. “Kau baik-baik saja?” tanya Kris. Gadis itu
menggamit lengannya dan mengajaknya duduk dikasur. “Apa yang terjadi? Apa yang
dilakukan pria itu padamu, apa dia menyakitimu? Kalau ia kita harus
melaporkannya,” seru Kris, tiba-tiba saja ia merasa panik dan khawatir padahal
awalnya ia sempat sebal pada sahabatnya karena tidak pernah terbuka padanya.
“Hmm,
tidak apa-apa aku baik-baik saja.. kau tidak usah khawatir,” gumam Minazuki.
“Tapi
semalam kau tidak kembali ke asrama, tadi malam kau tidur dimana?” tanyanya
lagi ingin tahu.
Minazuki
tampak bingung ingin menjawab apa, dia takut sahabatnya salah paham.
“Hei..
bukankah pria yang kemarin itu... Kapten dari scouting legion, Rivaille
Ackerman?” selidiknya lagi, Minazuki berusaha menahan senyumnya sementara Kris
menyenggol lengannya sambil tersenyum. “Jangan-jangan.. semalam kau bersamanya
ya? Shit! Kau pacaran dengan Kapten Rivaille?” serunya tak percaya.
“Hmm
sebenarnya gimana yaa.. kalau kuberitahu kau akan marah apa tidak?”
“Marah?
Kenapa harus marah? Kau ingin cerita apa? Ayo beritahu aku!” serunya dengan
semangat.
“Sebelum
masuk akademi...” Minazuki tidak langsung mengatakannya pada Kris, ia ingin
melihat reaksi sahabatnya. “... aku memang sudah tinggal bersamanya,”
Kris
diam sejenak mencoba mencerna kata-kata Minazuki. Ia menatap gadis itu dengan
seksama.
“Kau
bercanda?”
“Hmm..,”
“Hei..
kau tahu kan selama ini kita berdua selalu mengejeknya? Kau membuatku merasa
bersalah,” serunya sambil meninju pelan lengan Minazuki. “Kalau aku tahu dia
pacarmu aku tak akan mengatainya pendek,”
“Jangan
terlalu dipikirkan, dia sudah sering mendengar hal itu yah.. setidaknya dia
tidak mendengarnya langsung,” Minazuki beranjak menuju kasurnya dan menaruh
tasnya disudut ruangan. Ia mulai membuka pakaiannya.
Kris
melompat kearahnya dan bergelayut ceria. “Hei.. apa semalam terjadi sesuatu
diantara kalian? Kau tidak ingin menceritakan pengalamanmu? Ayo.. aku ingin
dengar,”
Minazuki
menggelengkan kepalanya sembari tersenyum penuh misterius. “Tidak ada apa-apa
diantara kami, Kris,”
Namun
Kris masih menatapnya dengan senyum rahasia, alisnya bergerak nakal. Namun
Minazuki tersenyum diam dan menjulurkan lidahnya.
“Baiklah,
kalau kau tidak ingin cerita..” serunya lagi, menyerah. Ia beranjak ke meja nya
dan mengambil sebuah kertas. “Hei, kita berdua mendapat ini,” serunya sembari
menyerahkan kertas itu kepada Minazuki.
“Apa
ini?”
“Baca
saja,”
Minazuki
membaca secarik kertas itu dan alisnya berkerut ia menatap Kris mencari
jawaban. “Scouting garrison? Aku tak mengerti, bukankah kita masih trainee?
Lulus saja masih lama,” serunya sembari menyerahkan kertas itu pada Kris lalu
kembali melanjutkan kegiatannya membuka baju.
“Kau
tahu tidak tahanan yang baru-baru ini tertangkap?”
“Hmm ya,
ada apa dengannya?”
“Besok kita
akan mengawalnya mulai dari dinding shiganshina hingga ke dinding Rose,”
“Hmm.. bukankah
itu pekerjaan military corps dan garrison corps? Kenapa kita juga harus turun
tangan?”
“Aku
juga tak mengerti secara pasti, tapi menurut penjelasan Profesor Abelard ini
adalah permintaan khusus komandan Pixis, kau tahu tidak.. secara tidak langsung
kita sudah mendapat kesempatan melakukan latihan survey dan analisis lapangan..
seperti semacam.. mata-mata,”
“Mata-mata?
Ck.. Yang benar saja, pekerjaan ini tidak cocok untuk kita Kris.. kau tahu...
kalau aku ikut tim itu pasti sebuah kesalahan karena aku hanya akan jadi
penghambat,” ledeknya sembari merendahkan diri, ia tahu sekali skillnya dibawah
rata-rata.
Kris
menatap sahabatnya dengan tatapan sendu. “Jadi.. kau tidak mau melakukannya
bersamaku?”
Minazuki
tersenyum. “Yang benar saja... tentu saja aku mau... tapi...”
“Aaahh,
baguslaaahh!!” seru Kris memeluk leher Minazuki.
“Tapi
bukankah aku hanya akan jadi penghalang? Kau tahu kan, aku masih belum begitu
bagus dalam praktek lapangan?”
“Tenang
saja, kalau ada apa-apa aku akan menjagamu..” serunya riang masih memeluk Minazuki.
“Haahh?!
Sejak kapan kau melindungiku, harusnya aku yang melindungimu karena aku lebih
tua kan?”
Kris
melepaskan pelukannya dan memasang dahi berkerut. “Ouh yah.. aku lupa kalau kau
seorang nenek-nenek.. yang semalam menginap bersama pacarnya,” ledeknya lagi.
Minazuki
menjitak dan menggelitiki Kris. “Shut Up!” serunya sambil tertawa. “Hal seperti
itu tak pernah terjadi!” pekik Minazuki sambil tertawa.
“Hal
seperti apa yang kau maksud? Oh, yah aku percaya pada kebohonganmu, coba lihat
wajah merahmu dicermin,” seru Kris melanjutkan candaannya.
“Kau
tidak menyerah rupanya,” Minazuki menggelengkan kepalanya dan mengambil handuk
ia melemparkan baju bekas pakainya kepada Kris dan gadis itu terlonjak
menghindarinya. “Aku akan pergi mandi, setelah itu kita pergi menghadap
Profesor Abelard,”
*
* *
Kesepuluh
trainee corps pilihan itu sudah berkumpul, mereka dipilih karena memiliki nilai yang bagus dibeberapa catatan praktek,
pengamatan lapangan yang baik, kemampuan analisis masalah, perencanaan, kerja
sama kelompok yang baik, dan tehnik.
Kenapa
koruptor itu dipindahkan pada saat scouting legion melakukan ekspedisi masih
menjadi pertanyaan tersendiri bagi Minazuki dan dipilihnya sepuluh murid
trainee ini jauh lebih mencurigakan lagi. Padahal secara praktek kesepuluh
murid ini hanya dominan dibeberapa praktek, bahkan dirinya saja memiliki
kemampuan yang sangat payah dibandingkan murid yang lain. Mengikuti rencana ini
sama saja dengan bunuh diri. Bukannya dia tidak mau mengikuti pelatihan
mata-mata dadakan ini, namun jujur saja baginya ini terlalu cepat, dia merasa
masih belum siap.
Komandan
Dot Pixis memasuki ruangan diikuti Jacob Abelard, kesepuluh murid trainee itu
memberikan salute padanya.
“Selamat
pagi dan terima kasih karena telah memenuhi undanganku untuk hadir dalam rapat
ini,” sapa Pixis, ia pun mempersilakahkan kesepuluh murid itu untuk duduk di
kursi yang telah di sediakan. “Pasti kalian semua bertanya-tanya mengapa aku
mengumpulkan kalian dalam ruangan ini kan?” serunya tersenyum. “Tidak usah
bersikap terlalu formal, rapat ini akan kita buat sesantai mungkin, bertanyalah
jika ada yang mengganjal dalam pikiran kalian,” serunya lagi.
Kris
menoleh pada Minazuki, namun gadis itu hanya diam mendengarkan kata-kata Pixis
dengan sangat serius. Untuk sesaat tadi dia merasa Minazuki akan mengatakan
sesuatu.
“Aku
tahu hal ini sangat tidak biasa bagi kalian, pertanyaan yang terlontar dalam
benak kalian yang pertama adalah.. mari kutebak.. ‘Kenapa aku yang dipilih?’ dan
‘Sebenarnya apa yang akan kulakukan?’”
Semua
murid masih menatap serius Pixis dan mendengarkan dengan cermat.
“Secara
terbuka aku akan meminta bantuan kalian untuk mengerjakan sebuah tugas khusus
yang bahkan tidak pernah dibayangkan pasukan scouting garrison sekali pun. Mari
kita sebut saja tugas ini “Sembunyi dan cari,”. Tapi hal pertama yang ingin
kutanyakan pada kalian adalah...” Pixis tidak langsung mengatakan maksudnya ia
terdiam sejenak dan mengamati wajah-wajah murid trainee ini. “Bersediakah
kalian untuk melakukan tugas ini dan menyerahkan nyawa kalian padaku untuk
kupertaruhkan dalam tugas ini? Bagi yang merasa tidak sanggup silakan
meninggalkan ruangan ini,”
Beberapa orang memutskan untuk bangkit
dari kursi dan berjalan pergi meninggalkan tempat duduk mereka, kini hanya
tersisa empat orang yang masih duduk dikursi masing-masing dan terlihat cukup
tertarik pada penjelasan selanjutnya Pixis.
“Hmm, jumlahnya bahkan tidak mencapai
kuota yang ingin kutugaskan,” gumamnya pada Abelard, ia kembali menatap
murid-murid didepannya. “Hanya ini yang tersisa?” tanyanya lebih pada diri
sendiri.
“Baiklah, tugas ini tidak seberat yang
kalian bayangkan.. untuk tahap pertama pelatihan, kalian cukup melakukan
pengawalan terhadap penjahat ibu kota yang baru-baru ini tertangkap. Sebisanya untuk
mengumpulkan informasi sebanyak mungkin selama bertugas, membaur bersama
masyarakat dan pasukan scouting garrison lainnya. Menurut informasi yang kami
miliki tahanan kita memiliki rantai hubungan dengan para Titan diluar benteng,
maka akan ada kecurigaan dia bisa melakukan perubahan selama pemindahan dan
mengacaukan kota... tapi ini masih sebuah asumsi belum ada kepastian lebih
lanjut. Pertanyaan selanjutnya mengapa kami memilih kalian? Kami memilih kalian
berdasarkan penilaian ketat yang dibuat oleh Profesor Abelard, jika kalian
menerima tugas ini.. maka tidak akan ada jalan untuk mundur lagi,”
*
* *
“Kenapa kau tidak mengatakannya?”
tanya Kris ketika mereka keluar dari ruang rapat. Minazuki menatapnya.
“Mengatakan apa?”
“Bahwa
kau menolak untuk ikut tugas ini? Ku pikir kau akan mengatakan sesuatu untuk
menyanggah kata-kata kakek tua itu,”
“Aku tak
bisa menyanggahnya, yah sejujurnya aku merasa terintimidasi dan sedikit penasaran
pada penjelasannya tadi. Tapi kau benar.. kalau kita tidak memulainya dari
sekarang, kapan kita bisa menjadi lebih hebat dan kuat melawan Titan? Kau tadi
sudah dengarkan.. kemungkinan besar Titan itu tidak akan muncul hari ini, jadi
kupikir tugas ini akan sangat aman untuk dilakukan. Aku ingin mencobanya.. toh
kita hanya mengawal,”
“Apa kau
melakukannya karena Kapten?”
Minazuki
tertawa. “Apa maksudmu? Tentu saja tidak, ini tak ada hubungannya dengan
Rivaille. Ayo! Sebaiknya kita segera bersiap untuk tugas besok,”
*
* *
Kereta
kuda itu memasuki gerbang shiganshina dan pawai panjang itu langsung mendapatkan
perhatian dari sebagian besar penduduk yang ada dalam wilayah dinding
shiganshina. Para pasukan scouting garrison telah berpencar dibeberapa arah dan
hari itu mereka diperbolehkan untuk menggunakan manuver three dimensional.
Keempat
orang yang telah terpilih sebagai mata-mata hari itu berpencar secara individu
dan bergerak dibawah perintah langsung komandan Pixis. Minazuki, Kris, Luke,
dan Collin, mereka berempat bergerak sesuai instruksi yang telah diberikan,
agar tidak terlihat mencolok mereka telah menggunakan seragam khusus garrison
corps dan memakai manuver three dimensional.
Namun dalam
aksi lapangannya Minazuki justru mendekati Kris sambil terus mengawasi
pergerakan kereta diantara pasukan lainnya.
“Ada
apa?” tanya Kris saat Minazuki mendekat.
“Aku
berpikir tentang sebuah konspirasi,”
“Hah?!
Kons_ apa? Apa maksudmu?”
“Maksudku..
aku memikirkan keterlibatan pemerintah dan kerajaan, bagaimana kalau tahanan
itu ternyata hanya manusia biasa dan bukan Titan, menurutmu apa yang akan
terjadi?”
“Dia
akan diadili kan? Kalau dia Titan.. sudah jelas dia akan dibedah tapi kalau dia
manusia...” kris tidak melanjutkan kalimatnya.
“Apa kau
sudah menangkap maksudku?” tanya Minazuki lagi.
“Yang
kau maksud menyangkut informasi, kan? Pasti mereka akan menginterogasinya?”
Minazuki
tertawa, ia bingung melihat ekspresi diwajah Kris, entah gadis itu mengerti
kata-katanya apa tidak. “Kalau dia manusia biasa.. ada kemungkinan kelompok
pengkhianat atau apapun organisasi tempat dia bergabung saat ini akan datang
dengan tujuan untuk membunuhnya, jika dia tewas hal itu sama saja dengan
informasi hilang dan kita gagal dalam misi, apa sekarang kau mengerti?”
“Hmmh.. Kau
benar... tapi... memikirkannya sampai sejauh itu.. bukankah itu terlalu
berlebihan..?”
“Ini
hanya analisis saja, kita tak bisa mengabaikan kemungkinan yang bahkan tidak
mungkin kita pikirkan bukahkah begitu..?”
“Kau
membuatku bingung, bisa kau gunakan kata-kata yang lebih mudah?”
“Kau tak
perlu memikirkannya sampai sejauh itu, ini hanya informasi sepihak dariku.. kau
tahu.. kita hanya perlu mencari dan mengingat orang-orang dibawah sana yang
terlihat sangat mencurigakan. Kita akan mengikuti pergerakan mereka secara perlahan,
dan saat menemukannya.. salah satu dari kita berempat harus terus memantau
kereta sampai akhir. Menjaga pengkhianat itu sampai akhir,”
“Kau
saja yang memantaunya!”
“Tidak,
kami bertiga sudah membicarakannya..”
“Apa
maksudmu..?”
“Diantara
kami semua, kau lah yang paling muda dan paling memiliki harapan untuk bertahan
hidup lebih lama. Biar kami yang menangani bagian kekerasan,”
“Kau
tidak bertanya padaku dulu...? Apa kau juga mengabaikan Kapten Rivaille? Bahkan
fisikmu saja tidak lebih kuat dariku! Kau bisa mati,”
“Hmm..
bukan karena aku mengabaikannya, justru karena aku sangat menghormatinya. Ku
akui aku sangat takut tapi saat ini kita tak punya pilihan..”
“Jangan
bertindak seolah kau lah pahlawannya!”
Minazuki tertawa tertahan. “Aku tidak
bermaksud jadi pahlawan.. aku sudah lama mengenal Rivaille.. hmm.. mungkin
belum terlalu lama, dia adalah orang yang paling tersiksa ketika melihat
teman-temannya tewas setiap kali mereka bertarung dan dia tidak punya pilihan
selain menumpulkan perasaanya, karena baginya saat bertempur kau tidak boleh
melibatkan perasaanmu. Karena hal itu aku menghormati keputusannya dan ingin
melakukan tugas ini sebaik mungkin,”
“Bagaimana
mungkin kau bisa mengatakan hal seperti itu..?”
“Bagiku..
kau adalah keluargaku dan sudah kuanggap adikku sendiri.. mana mungkin
kubiarkan adikku terluka. Aku tak ingin melihat keluargaku menghilang lagi. Lagi
pula semua ini hanya analisisku saja.. kurasa titan tidak akan muncul dari
dalam kota. Jadi tenang saja, ini tugas yang cukup mudah... mungkin kau benar
aku terlalu banyak berpikir.. haha lebih baik kita lakukan tugas kita..”
Suara
dentuman yang sangat keras terdengar dari arah timur jalur kereta, tidak jauh
namun tidak terlalu dekat. Beberapa pasukan garrison melesat memeriksa suara
dentuman yang baru saja menyebabkan kerusakan parah pada sebuah bangunan. Belum
sempat memikirkan apa yang telah terjadi dentuman selanjutnya membuat salah
satu bangunan tempat tadi Minazuki dan Kris berpijak hancur lebur. Reruntuhan
itu mengenai beberapa orang dan pasukan yang ada dibawahnya.
“Bagaimana
ini? Kita belum melihat satu pun orang yang mencurigakan?” pekik Kris.
“Haruskah kita berhenti dan memeriksa?”
“Tunggu,
yang barusan itu adalah pengalih perhatian.. kalau bom yang kedua tadi saja
sudah diletakkan sedekat itu dengan jalur kereta, berarti target sebenarnya
sudah jelas. Sepertinya pengkhianat itu tidak hanya berasal dari luar dinding
Shiganshina tapi mereka telah menyebar dan berbaur bersama pasukan, kita harus
mendekati target,”
“Aku
akan bergerak mendekati kereta, beberapa pasukan garrison sudah berpencar
menuju bangunan-bangunan hancur itu. Saat ini pengawasan disekitar kereta jadi
berkurang..”
“Tunggu,
dengarkan aku kupikir dia akan bergerak dalam dua cara. Pertama dia akan
menggunakan ledakan untuk menghancurkan kereta itu atau.. mungkin dia akan
menggunakan senjata yang lebih kecil dan tidak terlihat yang bisa digunakan
dengan bebas saat genting tanpa ketahuan sedikit pun, pembunuhan akan terlihat
tidak mencolok. Hmm.. aku tak tahu pasti kuharap didepan sana tidak ada bom
lagi, tapi Kris kurasa saat ini kita perlu mengubah jalur kereta,”
“Minazuki!
Kalau kau terus berpikir seperti itu, dia akan keburu terbunuh. Kita harus
mengeluarkannya dari kereta! Kalau hanya senjata kecil, kita tidak akan
terbunuh dengan mudah setidaknya hal itu lebih baik daripada dimakan titan..”
Dentuman ketiga terdengar lebih keras
dan menghancurkan dinding bangunan yang tepat berada didekat kereta. Keduanya
hampir kehilangan pijakan, dengan segera mereka mengganti alur manuver three
dimensional dan melesat disisi lain jalur kereta kuda. Kris mengeluarkan pistol
dari sakunya.
“Kalau kita terus diam dan
mendengarkan analisismu saja, tanpa dimakan titan pun umat manusia akan segera
musnah! Aku akan mengeceknya, kau awasi orang-orang itu,”
“TUNGGU!!
KRIS!!”
Namun
Kris telah melesat mendekati kereta ia memberikan tanda kepada kusir kereta
kuda itu untuk segera mengganti jalur. Tepat dibelokan blok selanjutnya saat
kereta mulai mengganti arah. Terdengar lagi dentuman ke empat yang mengagetkan
seluruh pasukan dan kuda-kuda pun semakin menggila tak terkendali, Minazuki dapat
melihat dengan jelas sosok Kris terhempas jatuh ketanah dengan kereta kuda yang
kini telah hancur lebur bersama serpihan lainnya.
Ia
melihatnya.. dan segera saja ia telah melesat perlahan, berbelok tepat disalah
satu blok yang berlawanan dari arah kereta, ia mengikuti dua sosok berkuda yang
langsung berganti arah sebelum ledakan terjadi. Ia tak bisa berbelok dibelokan
selanjutnya dan memeriksa keadaan Kris.
Sudah tidak sempat lagi.
Ia tidak
berani menarik pisaunya namun secara terang-terangan ia mengikuti dua sosok
berkuda itu dari belakang. Ia merasa sangat ketakutan membayangkan tubuh Kris
terhempas ketanah dengan wajah dan tubuh berlumuran darah, seandainya ia lebih
cepat menyadarinya, Kris tidak akan..
Sosok
berjubah garrison corps itu melihat pergerakannya yang sangat terang-terangan,
ia merogoh sakunya dan mengarahkan sesuatu pada Minazuki, ia bisa melihat sosok
itu memegang sesuatu ditangannya.
Pistol kah?
Seandainya ia bisa berkelit
menghindari peluru itu, tapi bagaimana? Ia bahkan sudah tidak sanggup
memikirkan bagaimana dia akan menghentikan dua orang itu, apakah dia harus
menyiletnya seperti titan saat latihan penyerangan? Tapi mereka bukan titan,
mereka hanya manusia biasa.. mana mungkin dia membunuh manusia..
Umpan?
Menjadikan tubuh sebagai tameng? Ia tidak mau mengorbankan dirinya sampai
sejauh itu, membuat dirinya terluka lagi seperti satu setengah tahun yang lalu.
Ia tidak bisa meninggalkan Rivaille, karena ketika lelaki itu kembali dari
ekspedisinya nanti ia akan menyambutnya dengan senyuman.
Seperti masa lalu.
Minazuki
mempercepat pergerakan manuver three dimensionalnya dan dengan sigap ia
mengarahkan kedua kakinya kepunggung dua orang berjubah itu. Suara tembakan itu
terdengar bagai dentang bell penanda munculnya titan. Namun bersamaan dengan
suara itu tubuh ketiganya terhempas dan terlempar ke atas tanah. Kuda-kuda yang
ikut terperosok itu segera berdiri dan melarikan diri. Minazuki berusaha
menemukan keseimbangannya dengan pandangan yang masih buram. Kepalanya
terbentur dan ia merasakan kepalanya sangat pusing dan telinganya berdengung
hebat. Ia menyentuh perutnya dan melihat darah bercucuran dari lubang kecil
yang ada disana, jantungnya berdegup cepat berusaha memopa darah ke otaknya dan
kini ia merasakan napasnya semakin berat, sepertinya tulung rusuknya patah.
Kedua orang itu mulai bangkit berdiri dengan tangan kosong, pistol yang mereka
pegang sudah terlempar sangat jauh. Benar-benar keberuntungan kah?
“Menyerahlah,”
seru Minazuki dengan suara tidak jelas. Ia menarik keluar kedua pisaunya dan
menatap sinis kedua sosok itu, napasnya semakin tersengal-sengal, kenapa disini
sangat sepi? Pikirnya, Ia berusaha memandang sekelilingnya dan melihat tak ada
seorang pun dalam jalan sempit itu. Seorang diantara sosok berjubah itu adalah
wanita bertubuh mungil, ia tidak mengenali wanita itu dan yang bersamanya
adalah pria dengan tubuh tinggi besar berwajah kasar.
“Menyerah?
Diantara kita siapa yang terlihat akan segera mati?” seru wanita itu sembari
tersenyum sinis. Ia merogoh sesuatu dari sakunya dan mengambil sebuah bola
kecil. Minazuki berpikir dia harus segera menyingkir dari arena sebelum hancur
berkeping-keping. “Semangatmu lumayan juga, aku sama sekali tak menyangka
diantara semua anggota garrison corps kau sendirian nekat mengejar kami,
bukankah ini ironis?”
“Sebaiknya
kau diam saja wanita jalang, aku akan segera mengirismu dan mengirim dagingmu
kedalam dinding Rose,”
“HAHAHAHAHAHAHA,
kau bisa bercanda juga rupanya,” ia melempar bola kecil itu tepat ketika
Minazuki telah bereaksi lebih cepat untuk mengulurkan tali manuver three
dimensional nya ke salah satu dinding bangunan. Terdengar dentuman yang sangat
keras ketika bola kecil itu menyentuh tanah. Bangunan itu bergetar hebat dan beberapa
debu berjatuhan dari atas atap.
Minazuki merasa seolah tubuhnya sudah
hancur.
Ia bisa merasakan
pandangannya semakin memudar dan ia hanya bisa bergelantungan pada dinding
bangunan itu dengan pasrah, ia merasakan tangannya bergetar hebat. Kalau wanita
ini masih melemparinya dengan bola kecil sialan itu, maka selesailah semuanya.
“Kau...
siapa?” tanya Minazuki dengan napas tersengal-sengal. Ia sudah tidak bisa
menahan rasa sakit yang ada diperutnya. Oh ya, seharusnya rasa sakit ketika
dipenggal dibandingkan tertembak ditambah tulang rusuk yang patah akan lebih
baik jika ia memilih dipenggal, ia tak harus menderita selama ini dan merasa sangat
ketakutan sebelum kematiannya. Ia sama sekali tak bisa memikirkan ide lain,
melempar pisau manuver ini untuk melawan wanita itu? Hah... sia-sia saja, ia
memikirkan pistol, belati, bahkan ia teringat alat memanahnya yang tersimpan
aman didalam kamarnya, seharusnya alat-alat itu akan sangat cocok dalam
pertarungan sesama manusia. Ia harusnya lebih tekun mempelajari tehnik memanah
dibanding siapapun.. dan biola itu.. harusnya ia belajar memainkannya selagi
bisa..
“Kau
ingin tahu..? Hahahha.. baiklah karena kau akan segera mati aku akan dengan senang
hati memberi tahumu..” namun ia tak bisa mendengar suara wanita itu sementara
tangannya telah melempar sebuah bola lagi kearah bangunan, Minazuki mencoba
mengulurkan lagi sulur manuver three dimensionalnya. Tapi ia hanya bisa
mendengar kata itu dengan sangat jelas. “Selamat tinggal sayang,” seru wanita
itu, didetik terakhirnya ia masih bisa melihat wanita itu tersenyum keji
padanya diantara reruntuhan bangunan-bangunan yang terjatuh bersama tubuhnya.
Ia
memejamkan matanya dan membatin. Haha.. ironis, bahkan ia juga tidak tahu
keadaan Kris apakah gadis itu masih hidup atau sedang menunggu kedatangannya di
alam sana.. hhh.. seharusnya kukatakan dari dulu padamu..batinnya.. tak
kusangka akan berpisah secepat ini, apa kita masih bisa bertemu lagi, Kapten? Kau
tahu.. aku selalu.. mencintaimu.. selamanya mencintaimu.. “Rivaille,” bisiknya.
*
* *
Hari itu
seharusnya ekspedisi survey corps kembali berlanjut keluar dari dinding maria,
namun Rivaille menghentikan kudanya dan perlahan memandang gerbang shiganshina
dikejauhan. Ia melihat burung burung berterbangan secara serempak keluar dari
arah langit gerbang Shina.
“Rivaille, ada apa?” Hanji menarik
kekang kudanya dan menggerakkan kudanya untuk mendekati kuda Rivaille. “Ada
apa? Kita harus segera menyusun formasi,”
“Hanji..”
“Hmm..?”
“Kenapa
burung-burung itu terbang dari dalam gerbang Shina?”
“Entahlah..
hei apa kau akan terus memandangi burung-burung itu? Ayo, kita sudah tidak
punya banyak waktu,” ajak Hanji. Rivaille menarik kekang kudanya dan kuda itu
pun bergerak mengikuti Hanji.
*
* *
“Komandan
Pixis, kami menemukannya..” seru seorang pasukan garrison. Pixis mempercepat
langkahnya dan mengamati tubuh mungil Minazuki yang terkurung dalam reruntuhan.
“Sepertinya ia tertembak, semoga saja kita tidak terlambat dia terlalu banyak
mengeluarkan darah,” perlahan pasukan itu mulai mengeluarkan tubuh Minazuki
dari dalam reruntuhan.
“Ajaib
sekali balok ini memberikan sedikit ruang untuknya.. dan denyut nadinya semakin
menipis, komandan” seru salah seorang petugas medis ketika ia memeriksa nadi
Minazuki. “Sepertinya tidak mungkin kita bisa mempertahankannya Komandan..”
“Segera
beri perawatan intensif dan bawa dia ketempat ‘itu’ lakukan penanganan secepat
mungkin. Kuharap tidak ada orang lain yang mengetahui ini,” titah Pixis. Ia
berjalan cepat menuju kudanya sementara Minazuki telah dimasukkan kedalam
sebuah kereta kuda. “bawa timmu dan ikuti kereta itu sampai tujuan, apapun yang
terjadi lindungi tubuhnya,” seru Pixis pada bawahannya yang lain.
Seorang
pengamat yang masih berdiri mengamati kejadian dan mencatatnya dalam sebuah
jurnal bertanya pada Pixis. “Komandan.. bagaimana dia bisa berada di sini
seorang diri..? kereta itu meledak disana, tapi ia justru tergeletak disini
seorang diri,”
Pixis
memandang bawahannya. “Satu hal yang kita tahu.. dia telah mengikuti dan melawan
pengkhianat itu ditempat ini, dari jalan utama jalur kereta kenapa hanya dia
yang berakhir ditempat ini..? kurasa karena dia telah membaca pergerakan
lawannya dan akhirnya bertarung namun berakhir dengan sebuah tembakan diperut,”
“Bukankah
hal itu mengerikan, ia bahkan hanya seorang trainee corps,”
“Dengar,
ini adalah perintah khusus dariku! Jangan sampai nyawanya melayang kalau kita
tidak ingin mati ditangan orang itu,” seru Pixis sembari menaiki kudanya.
“Hah? Siap,
Komandan!”
*
* *
0 comments:
Post a Comment