Monday 13 July 2015

Shingeki No Kyojin : Chapter 6 [Bunga Liar / Wild Flower]

BY Unknown IN No comments



Shingeki No Kyojin Special : Levi’s  Romantic Love Story
“Wild Flower”


Cast    : Levi Ackerman x Minazuki
Genre : Romance, Action, Mature
             
Chapter 6
FINAL [Tell Me]

          Minazuki menyerahkan surat yang dibawanya kepada pengurus asrama. Hanya dengan membaca surat itu Minazuki dapat terhindar dari hukuman berat karena semalam tidak berada di asrama. Ia permisi keluar dari kantor dan berjalan pelan menuju ruangannya.

          Pintu kamar terbuka dan dia bisa melihat Kris sedang berpakaian sembari menatapnya. “Ah, gomen..” serunya sembari menutup pintu cepat. Kris segera memakai pakaiannya ia menatap Minazuki dalam diam.

          Minazuki berjalan pelan mendekatinya. “Kau baik-baik saja?” tanya Kris. Gadis itu menggamit lengannya dan mengajaknya duduk dikasur. “Apa yang terjadi? Apa yang dilakukan pria itu padamu, apa dia menyakitimu? Kalau ia kita harus melaporkannya,” seru Kris, tiba-tiba saja ia merasa panik dan khawatir padahal awalnya ia sempat sebal pada sahabatnya karena tidak pernah terbuka padanya.

          “Hmm, tidak apa-apa aku baik-baik saja.. kau tidak usah khawatir,” gumam Minazuki.

          “Tapi semalam kau tidak kembali ke asrama, tadi malam kau tidur dimana?” tanyanya lagi ingin tahu.

          Minazuki tampak bingung ingin menjawab apa, dia takut sahabatnya salah paham.

          “Hei.. bukankah pria yang kemarin itu... Kapten dari scouting legion, Rivaille Ackerman?” selidiknya lagi, Minazuki berusaha menahan senyumnya sementara Kris menyenggol lengannya sambil tersenyum. “Jangan-jangan.. semalam kau bersamanya ya? Shit! Kau pacaran dengan Kapten Rivaille?” serunya tak percaya.

          “Hmm sebenarnya gimana yaa.. kalau kuberitahu kau akan marah apa tidak?”

          “Marah? Kenapa harus marah? Kau ingin cerita apa? Ayo beritahu aku!” serunya dengan semangat.

          “Sebelum masuk akademi...” Minazuki tidak langsung mengatakannya pada Kris, ia ingin melihat reaksi sahabatnya. “... aku memang sudah tinggal bersamanya,”

          Kris diam sejenak mencoba mencerna kata-kata Minazuki. Ia menatap gadis itu dengan seksama.

          “Kau bercanda?”

          “Hmm..,”

          “Hei.. kau tahu kan selama ini kita berdua selalu mengejeknya? Kau membuatku merasa bersalah,” serunya sambil meninju pelan lengan Minazuki. “Kalau aku tahu dia pacarmu aku tak akan mengatainya pendek,”

          “Jangan terlalu dipikirkan, dia sudah sering mendengar hal itu yah.. setidaknya dia tidak mendengarnya langsung,” Minazuki beranjak menuju kasurnya dan menaruh tasnya disudut ruangan. Ia mulai membuka pakaiannya.

          Kris melompat kearahnya dan bergelayut ceria. “Hei.. apa semalam terjadi sesuatu diantara kalian? Kau tidak ingin menceritakan pengalamanmu? Ayo.. aku ingin dengar,”

          Minazuki menggelengkan kepalanya sembari tersenyum penuh misterius. “Tidak ada apa-apa diantara kami, Kris,”

          Namun Kris masih menatapnya dengan senyum rahasia, alisnya bergerak nakal. Namun Minazuki tersenyum diam dan menjulurkan lidahnya.

          “Baiklah, kalau kau tidak ingin cerita..” serunya lagi, menyerah. Ia beranjak ke meja nya dan mengambil sebuah kertas. “Hei, kita berdua mendapat ini,” serunya sembari menyerahkan kertas itu kepada Minazuki.

          “Apa ini?”

          “Baca saja,”

          Minazuki membaca secarik kertas itu dan alisnya berkerut ia menatap Kris mencari jawaban. “Scouting garrison? Aku tak mengerti, bukankah kita masih trainee? Lulus saja masih lama,” serunya sembari menyerahkan kertas itu pada Kris lalu kembali melanjutkan kegiatannya membuka baju.

          “Kau tahu tidak tahanan yang baru-baru ini tertangkap?”

          “Hmm ya, ada apa dengannya?”

          “Besok kita akan mengawalnya mulai dari dinding shiganshina hingga ke dinding Rose,”

          “Hmm.. bukankah itu pekerjaan military corps dan garrison corps? Kenapa kita juga harus turun tangan?”

          “Aku juga tak mengerti secara pasti, tapi menurut penjelasan Profesor Abelard ini adalah permintaan khusus komandan Pixis, kau tahu tidak.. secara tidak langsung kita sudah mendapat kesempatan melakukan latihan survey dan analisis lapangan.. seperti semacam.. mata-mata,”

          “Mata-mata? Ck.. Yang benar saja, pekerjaan ini tidak cocok untuk kita Kris.. kau tahu... kalau aku ikut tim itu pasti sebuah kesalahan karena aku hanya akan jadi penghambat,” ledeknya sembari merendahkan diri, ia tahu sekali skillnya dibawah rata-rata.

          Kris menatap sahabatnya dengan tatapan sendu. “Jadi.. kau tidak mau melakukannya bersamaku?”

          Minazuki tersenyum. “Yang benar saja... tentu saja aku mau... tapi...”

          “Aaahh, baguslaaahh!!” seru Kris memeluk leher Minazuki.

          “Tapi bukankah aku hanya akan jadi penghalang? Kau tahu kan, aku masih belum begitu bagus dalam praktek lapangan?”

          “Tenang saja, kalau ada apa-apa aku akan menjagamu..” serunya riang masih memeluk Minazuki.

          “Haahh?! Sejak kapan kau melindungiku, harusnya aku yang melindungimu karena aku lebih tua kan?”

          Kris melepaskan pelukannya dan memasang dahi berkerut. “Ouh yah.. aku lupa kalau kau seorang nenek-nenek.. yang semalam menginap bersama pacarnya,” ledeknya lagi.

          Minazuki menjitak dan menggelitiki Kris. “Shut Up!” serunya sambil tertawa. “Hal seperti itu tak pernah terjadi!” pekik Minazuki sambil tertawa.

          “Hal seperti apa yang kau maksud? Oh, yah aku percaya pada kebohonganmu, coba lihat wajah merahmu dicermin,” seru Kris melanjutkan candaannya.

          “Kau tidak menyerah rupanya,” Minazuki menggelengkan kepalanya dan mengambil handuk ia melemparkan baju bekas pakainya kepada Kris dan gadis itu terlonjak menghindarinya. “Aku akan pergi mandi, setelah itu kita pergi menghadap Profesor Abelard,”
* * *

          Kesepuluh trainee corps pilihan itu sudah berkumpul, mereka dipilih karena memiliki  nilai yang bagus dibeberapa catatan praktek, pengamatan lapangan yang baik, kemampuan analisis masalah, perencanaan, kerja sama kelompok yang baik, dan tehnik.

          Kenapa koruptor itu dipindahkan pada saat scouting legion melakukan ekspedisi masih menjadi pertanyaan tersendiri bagi Minazuki dan dipilihnya sepuluh murid trainee ini jauh lebih mencurigakan lagi. Padahal secara praktek kesepuluh murid ini hanya dominan dibeberapa praktek, bahkan dirinya saja memiliki kemampuan yang sangat payah dibandingkan murid yang lain. Mengikuti rencana ini sama saja dengan bunuh diri. Bukannya dia tidak mau mengikuti pelatihan mata-mata dadakan ini, namun jujur saja baginya ini terlalu cepat, dia merasa masih belum siap.

          Komandan Dot Pixis memasuki ruangan diikuti Jacob Abelard, kesepuluh murid trainee itu memberikan salute padanya.

          “Selamat pagi dan terima kasih karena telah memenuhi undanganku untuk hadir dalam rapat ini,” sapa Pixis, ia pun mempersilakahkan kesepuluh murid itu untuk duduk di kursi yang telah di sediakan. “Pasti kalian semua bertanya-tanya mengapa aku mengumpulkan kalian dalam ruangan ini kan?” serunya tersenyum. “Tidak usah bersikap terlalu formal, rapat ini akan kita buat sesantai mungkin, bertanyalah jika ada yang mengganjal dalam pikiran kalian,” serunya lagi.

          Kris menoleh pada Minazuki, namun gadis itu hanya diam mendengarkan kata-kata Pixis dengan sangat serius. Untuk sesaat tadi dia merasa Minazuki akan mengatakan sesuatu.

          “Aku tahu hal ini sangat tidak biasa bagi kalian, pertanyaan yang terlontar dalam benak kalian yang pertama adalah.. mari kutebak.. ‘Kenapa aku yang dipilih?’ dan ‘Sebenarnya apa yang akan kulakukan?’”

          Semua murid masih menatap serius Pixis dan mendengarkan dengan cermat.

          “Secara terbuka aku akan meminta bantuan kalian untuk mengerjakan sebuah tugas khusus yang bahkan tidak pernah dibayangkan pasukan scouting garrison sekali pun. Mari kita sebut saja tugas ini “Sembunyi dan cari,”. Tapi hal pertama yang ingin kutanyakan pada kalian adalah...” Pixis tidak langsung mengatakan maksudnya ia terdiam sejenak dan mengamati wajah-wajah murid trainee ini. “Bersediakah kalian untuk melakukan tugas ini dan menyerahkan nyawa kalian padaku untuk kupertaruhkan dalam tugas ini? Bagi yang merasa tidak sanggup silakan meninggalkan ruangan ini,”

Beberapa orang memutskan untuk bangkit dari kursi dan berjalan pergi meninggalkan tempat duduk mereka, kini hanya tersisa empat orang yang masih duduk dikursi masing-masing dan terlihat cukup tertarik pada penjelasan selanjutnya Pixis.

“Hmm, jumlahnya bahkan tidak mencapai kuota yang ingin kutugaskan,” gumamnya pada Abelard, ia kembali menatap murid-murid didepannya. “Hanya ini yang tersisa?” tanyanya lebih pada diri sendiri.

“Baiklah, tugas ini tidak seberat yang kalian bayangkan.. untuk tahap pertama pelatihan, kalian cukup melakukan pengawalan terhadap penjahat ibu kota yang baru-baru ini tertangkap. Sebisanya untuk mengumpulkan informasi sebanyak mungkin selama bertugas, membaur bersama masyarakat dan pasukan scouting garrison lainnya. Menurut informasi yang kami miliki tahanan kita memiliki rantai hubungan dengan para Titan diluar benteng, maka akan ada kecurigaan dia bisa melakukan perubahan selama pemindahan dan mengacaukan kota... tapi ini masih sebuah asumsi belum ada kepastian lebih lanjut. Pertanyaan selanjutnya mengapa kami memilih kalian? Kami memilih kalian berdasarkan penilaian ketat yang dibuat oleh Profesor Abelard, jika kalian menerima tugas ini.. maka tidak akan ada jalan untuk mundur lagi,”
* * *
         
“Kenapa kau tidak mengatakannya?” tanya Kris ketika mereka keluar dari ruang rapat. Minazuki menatapnya.
         
“Mengatakan apa?”

          “Bahwa kau menolak untuk ikut tugas ini? Ku pikir kau akan mengatakan sesuatu untuk menyanggah kata-kata kakek tua itu,”

          “Aku tak bisa menyanggahnya, yah sejujurnya aku merasa terintimidasi dan sedikit penasaran pada penjelasannya tadi. Tapi kau benar.. kalau kita tidak memulainya dari sekarang, kapan kita bisa menjadi lebih hebat dan kuat melawan Titan? Kau tadi sudah dengarkan.. kemungkinan besar Titan itu tidak akan muncul hari ini, jadi kupikir tugas ini akan sangat aman untuk dilakukan. Aku ingin mencobanya.. toh kita hanya mengawal,”

          “Apa kau melakukannya karena Kapten?”

          Minazuki tertawa. “Apa maksudmu? Tentu saja tidak, ini tak ada hubungannya dengan Rivaille. Ayo! Sebaiknya kita segera bersiap untuk tugas besok,”
* * *
         
          Kereta kuda itu memasuki gerbang shiganshina dan pawai panjang itu langsung mendapatkan perhatian dari sebagian besar penduduk yang ada dalam wilayah dinding shiganshina. Para pasukan scouting garrison telah berpencar dibeberapa arah dan hari itu mereka diperbolehkan untuk menggunakan manuver three dimensional.

          Keempat orang yang telah terpilih sebagai mata-mata hari itu berpencar secara individu dan bergerak dibawah perintah langsung komandan Pixis. Minazuki, Kris, Luke, dan Collin, mereka berempat bergerak sesuai instruksi yang telah diberikan, agar tidak terlihat mencolok mereka telah menggunakan seragam khusus garrison corps dan memakai manuver three dimensional.

          Namun dalam aksi lapangannya Minazuki justru mendekati Kris sambil terus mengawasi pergerakan kereta diantara pasukan lainnya.

          “Ada apa?” tanya Kris saat Minazuki mendekat.

          “Aku berpikir tentang sebuah konspirasi,”

          “Hah?! Kons_ apa? Apa maksudmu?”

          “Maksudku.. aku memikirkan keterlibatan pemerintah dan kerajaan, bagaimana kalau tahanan itu ternyata hanya manusia biasa dan bukan Titan, menurutmu apa yang akan terjadi?”

          “Dia akan diadili kan? Kalau dia Titan.. sudah jelas dia akan dibedah tapi kalau dia manusia...” kris tidak melanjutkan kalimatnya.

          “Apa kau sudah menangkap maksudku?” tanya Minazuki lagi.

          “Yang kau maksud menyangkut informasi, kan? Pasti mereka akan menginterogasinya?”

          Minazuki tertawa, ia bingung melihat ekspresi diwajah Kris, entah gadis itu mengerti kata-katanya apa tidak. “Kalau dia manusia biasa.. ada kemungkinan kelompok pengkhianat atau apapun organisasi tempat dia bergabung saat ini akan datang dengan tujuan untuk membunuhnya, jika dia tewas hal itu sama saja dengan informasi hilang dan kita gagal dalam misi, apa sekarang kau mengerti?”

          “Hmmh.. Kau benar... tapi... memikirkannya sampai sejauh itu.. bukankah itu terlalu berlebihan..?”

          “Ini hanya analisis saja, kita tak bisa mengabaikan kemungkinan yang bahkan tidak mungkin kita pikirkan bukahkah begitu..?”

          “Kau membuatku bingung, bisa kau gunakan kata-kata yang lebih mudah?”

          “Kau tak perlu memikirkannya sampai sejauh itu, ini hanya informasi sepihak dariku.. kau tahu.. kita hanya perlu mencari dan mengingat orang-orang dibawah sana yang terlihat sangat mencurigakan. Kita akan mengikuti pergerakan mereka secara perlahan, dan saat menemukannya.. salah satu dari kita berempat harus terus memantau kereta sampai akhir. Menjaga pengkhianat itu sampai akhir,”

          “Kau saja yang memantaunya!”

          “Tidak, kami bertiga sudah membicarakannya..”

          “Apa maksudmu..?”

          “Diantara kami semua, kau lah yang paling muda dan paling memiliki harapan untuk bertahan hidup lebih lama. Biar kami yang menangani bagian kekerasan,”

          “Kau tidak bertanya padaku dulu...? Apa kau juga mengabaikan Kapten Rivaille? Bahkan fisikmu saja tidak lebih kuat dariku! Kau bisa mati,”

          “Hmm.. bukan karena aku mengabaikannya, justru karena aku sangat menghormatinya. Ku akui aku sangat takut tapi saat ini kita tak punya pilihan..”

          “Jangan bertindak seolah kau lah pahlawannya!”
         
Minazuki tertawa tertahan. “Aku tidak bermaksud jadi pahlawan.. aku sudah lama mengenal Rivaille.. hmm.. mungkin belum terlalu lama, dia adalah orang yang paling tersiksa ketika melihat teman-temannya tewas setiap kali mereka bertarung dan dia tidak punya pilihan selain menumpulkan perasaanya, karena baginya saat bertempur kau tidak boleh melibatkan perasaanmu. Karena hal itu aku menghormati keputusannya dan ingin melakukan tugas ini sebaik mungkin,”

          “Bagaimana mungkin kau bisa mengatakan hal seperti itu..?”

          “Bagiku.. kau adalah keluargaku dan sudah kuanggap adikku sendiri.. mana mungkin kubiarkan adikku terluka. Aku tak ingin melihat keluargaku menghilang lagi. Lagi pula semua ini hanya analisisku saja.. kurasa titan tidak akan muncul dari dalam kota. Jadi tenang saja, ini tugas yang cukup mudah... mungkin kau benar aku terlalu banyak berpikir.. haha lebih baik kita lakukan tugas kita..”

          Suara dentuman yang sangat keras terdengar dari arah timur jalur kereta, tidak jauh namun tidak terlalu dekat. Beberapa pasukan garrison melesat memeriksa suara dentuman yang baru saja menyebabkan kerusakan parah pada sebuah bangunan. Belum sempat memikirkan apa yang telah terjadi dentuman selanjutnya membuat salah satu bangunan tempat tadi Minazuki dan Kris berpijak hancur lebur. Reruntuhan itu mengenai beberapa orang dan pasukan yang ada dibawahnya.

          “Bagaimana ini? Kita belum melihat satu pun orang yang mencurigakan?” pekik Kris. “Haruskah kita berhenti dan memeriksa?”

          “Tunggu, yang barusan itu adalah pengalih perhatian.. kalau bom yang kedua tadi saja sudah diletakkan sedekat itu dengan jalur kereta, berarti target sebenarnya sudah jelas. Sepertinya pengkhianat itu tidak hanya berasal dari luar dinding Shiganshina tapi mereka telah menyebar dan berbaur bersama pasukan, kita harus mendekati target,”

          “Aku akan bergerak mendekati kereta, beberapa pasukan garrison sudah berpencar menuju bangunan-bangunan hancur itu. Saat ini pengawasan disekitar kereta jadi berkurang..”

          “Tunggu, dengarkan aku kupikir dia akan bergerak dalam dua cara. Pertama dia akan menggunakan ledakan untuk menghancurkan kereta itu atau.. mungkin dia akan menggunakan senjata yang lebih kecil dan tidak terlihat yang bisa digunakan dengan bebas saat genting tanpa ketahuan sedikit pun, pembunuhan akan terlihat tidak mencolok. Hmm.. aku tak tahu pasti kuharap didepan sana tidak ada bom lagi, tapi Kris kurasa saat ini kita perlu mengubah jalur kereta,”

          “Minazuki! Kalau kau terus berpikir seperti itu, dia akan keburu terbunuh. Kita harus mengeluarkannya dari kereta! Kalau hanya senjata kecil, kita tidak akan terbunuh dengan mudah setidaknya hal itu lebih baik daripada dimakan titan..”

Dentuman ketiga terdengar lebih keras dan menghancurkan dinding bangunan yang tepat berada didekat kereta. Keduanya hampir kehilangan pijakan, dengan segera mereka mengganti alur manuver three dimensional dan melesat disisi lain jalur kereta kuda. Kris mengeluarkan pistol dari sakunya.

“Kalau kita terus diam dan mendengarkan analisismu saja, tanpa dimakan titan pun umat manusia akan segera musnah! Aku akan mengeceknya, kau awasi orang-orang itu,”

          “TUNGGU!! KRIS!!”

          Namun Kris telah melesat mendekati kereta ia memberikan tanda kepada kusir kereta kuda itu untuk segera mengganti jalur. Tepat dibelokan blok selanjutnya saat kereta mulai mengganti arah. Terdengar lagi dentuman ke empat yang mengagetkan seluruh pasukan dan kuda-kuda pun semakin menggila tak terkendali, Minazuki dapat melihat dengan jelas sosok Kris terhempas jatuh ketanah dengan kereta kuda yang kini telah hancur lebur bersama serpihan lainnya.

          Ia melihatnya.. dan segera saja ia telah melesat perlahan, berbelok tepat disalah satu blok yang berlawanan dari arah kereta, ia mengikuti dua sosok berkuda yang langsung berganti arah sebelum ledakan terjadi. Ia tak bisa berbelok dibelokan selanjutnya dan memeriksa keadaan Kris.

Sudah tidak sempat lagi.

          Ia tidak berani menarik pisaunya namun secara terang-terangan ia mengikuti dua sosok berkuda itu dari belakang. Ia merasa sangat ketakutan membayangkan tubuh Kris terhempas ketanah dengan wajah dan tubuh berlumuran darah, seandainya ia lebih cepat menyadarinya, Kris tidak akan..

          Sosok berjubah garrison corps itu melihat pergerakannya yang sangat terang-terangan, ia merogoh sakunya dan mengarahkan sesuatu pada Minazuki, ia bisa melihat sosok itu memegang sesuatu ditangannya.

Pistol kah?

Seandainya ia bisa berkelit menghindari peluru itu, tapi bagaimana? Ia bahkan sudah tidak sanggup memikirkan bagaimana dia akan menghentikan dua orang itu, apakah dia harus menyiletnya seperti titan saat latihan penyerangan? Tapi mereka bukan titan, mereka hanya manusia biasa.. mana mungkin dia membunuh manusia..

          Umpan? Menjadikan tubuh sebagai tameng? Ia tidak mau mengorbankan dirinya sampai sejauh itu, membuat dirinya terluka lagi seperti satu setengah tahun yang lalu. Ia tidak bisa meninggalkan Rivaille, karena ketika lelaki itu kembali dari ekspedisinya nanti ia akan menyambutnya dengan senyuman.

Seperti masa lalu.

          Minazuki mempercepat pergerakan manuver three dimensionalnya dan dengan sigap ia mengarahkan kedua kakinya kepunggung dua orang berjubah itu. Suara tembakan itu terdengar bagai dentang bell penanda munculnya titan. Namun bersamaan dengan suara itu tubuh ketiganya terhempas dan terlempar ke atas tanah. Kuda-kuda yang ikut terperosok itu segera berdiri dan melarikan diri. Minazuki berusaha menemukan keseimbangannya dengan pandangan yang masih buram. Kepalanya terbentur dan ia merasakan kepalanya sangat pusing dan telinganya berdengung hebat. Ia menyentuh perutnya dan melihat darah bercucuran dari lubang kecil yang ada disana, jantungnya berdegup cepat berusaha memopa darah ke otaknya dan kini ia merasakan napasnya semakin berat, sepertinya tulung rusuknya patah. Kedua orang itu mulai bangkit berdiri dengan tangan kosong, pistol yang mereka pegang sudah terlempar sangat jauh. Benar-benar keberuntungan kah?

          “Menyerahlah,” seru Minazuki dengan suara tidak jelas. Ia menarik keluar kedua pisaunya dan menatap sinis kedua sosok itu, napasnya semakin tersengal-sengal, kenapa disini sangat sepi? Pikirnya, Ia berusaha memandang sekelilingnya dan melihat tak ada seorang pun dalam jalan sempit itu. Seorang diantara sosok berjubah itu adalah wanita bertubuh mungil, ia tidak mengenali wanita itu dan yang bersamanya adalah pria dengan tubuh tinggi besar berwajah kasar.

          “Menyerah? Diantara kita siapa yang terlihat akan segera mati?” seru wanita itu sembari tersenyum sinis. Ia merogoh sesuatu dari sakunya dan mengambil sebuah bola kecil. Minazuki berpikir dia harus segera menyingkir dari arena sebelum hancur berkeping-keping. “Semangatmu lumayan juga, aku sama sekali tak menyangka diantara semua anggota garrison corps kau sendirian nekat mengejar kami, bukankah ini ironis?”

          “Sebaiknya kau diam saja wanita jalang, aku akan segera mengirismu dan mengirim dagingmu kedalam dinding Rose,”

          “HAHAHAHAHAHAHA, kau bisa bercanda juga rupanya,” ia melempar bola kecil itu tepat ketika Minazuki telah bereaksi lebih cepat untuk mengulurkan tali manuver three dimensional nya ke salah satu dinding bangunan. Terdengar dentuman yang sangat keras ketika bola kecil itu menyentuh tanah. Bangunan itu bergetar hebat dan beberapa debu berjatuhan dari atas atap.

Minazuki merasa seolah tubuhnya sudah hancur.

          Ia bisa merasakan pandangannya semakin memudar dan ia hanya bisa bergelantungan pada dinding bangunan itu dengan pasrah, ia merasakan tangannya bergetar hebat. Kalau wanita ini masih melemparinya dengan bola kecil sialan itu, maka selesailah semuanya.

          “Kau... siapa?” tanya Minazuki dengan napas tersengal-sengal. Ia sudah tidak bisa menahan rasa sakit yang ada diperutnya. Oh ya, seharusnya rasa sakit ketika dipenggal dibandingkan tertembak ditambah tulang rusuk yang patah akan lebih baik jika ia memilih dipenggal, ia tak harus menderita selama ini dan merasa sangat ketakutan sebelum kematiannya. Ia sama sekali tak bisa memikirkan ide lain, melempar pisau manuver ini untuk melawan wanita itu? Hah... sia-sia saja, ia memikirkan pistol, belati, bahkan ia teringat alat memanahnya yang tersimpan aman didalam kamarnya, seharusnya alat-alat itu akan sangat cocok dalam pertarungan sesama manusia. Ia harusnya lebih tekun mempelajari tehnik memanah dibanding siapapun.. dan biola itu.. harusnya ia belajar memainkannya selagi bisa..

          “Kau ingin tahu..? Hahahha.. baiklah karena kau akan segera mati aku akan dengan senang hati memberi tahumu..” namun ia tak bisa mendengar suara wanita itu sementara tangannya telah melempar sebuah bola lagi kearah bangunan, Minazuki mencoba mengulurkan lagi sulur manuver three dimensionalnya. Tapi ia hanya bisa mendengar kata itu dengan sangat jelas. “Selamat tinggal sayang,” seru wanita itu, didetik terakhirnya ia masih bisa melihat wanita itu tersenyum keji padanya diantara reruntuhan bangunan-bangunan yang terjatuh bersama tubuhnya.

          Ia memejamkan matanya dan membatin. Haha.. ironis, bahkan ia juga tidak tahu keadaan Kris apakah gadis itu masih hidup atau sedang menunggu kedatangannya di alam sana.. hhh.. seharusnya kukatakan dari dulu padamu..batinnya.. tak kusangka akan berpisah secepat ini, apa kita masih bisa bertemu lagi, Kapten? Kau tahu.. aku selalu.. mencintaimu.. selamanya mencintaimu.. “Rivaille,” bisiknya.
* * *

          Hari itu seharusnya ekspedisi survey corps kembali berlanjut keluar dari dinding maria, namun Rivaille menghentikan kudanya dan perlahan memandang gerbang shiganshina dikejauhan. Ia melihat burung burung berterbangan secara serempak keluar dari arah langit gerbang Shina.
         
“Rivaille, ada apa?” Hanji menarik kekang kudanya dan menggerakkan kudanya untuk mendekati kuda Rivaille. “Ada apa? Kita harus segera menyusun formasi,”
         
“Hanji..”

          “Hmm..?”

          “Kenapa burung-burung itu terbang dari dalam gerbang Shina?”

          “Entahlah.. hei apa kau akan terus memandangi burung-burung itu? Ayo, kita sudah tidak punya banyak waktu,” ajak Hanji. Rivaille menarik kekang kudanya dan kuda itu pun bergerak mengikuti Hanji.
* * *

          “Komandan Pixis, kami menemukannya..” seru seorang pasukan garrison. Pixis mempercepat langkahnya dan mengamati tubuh mungil Minazuki yang terkurung dalam reruntuhan. “Sepertinya ia tertembak, semoga saja kita tidak terlambat dia terlalu banyak mengeluarkan darah,” perlahan pasukan itu mulai mengeluarkan tubuh Minazuki dari dalam reruntuhan.

          “Ajaib sekali balok ini memberikan sedikit ruang untuknya.. dan denyut nadinya semakin menipis, komandan” seru salah seorang petugas medis ketika ia memeriksa nadi Minazuki. “Sepertinya tidak mungkin kita bisa mempertahankannya Komandan..”

          “Segera beri perawatan intensif dan bawa dia ketempat ‘itu’ lakukan penanganan secepat mungkin. Kuharap tidak ada orang lain yang mengetahui ini,” titah Pixis. Ia berjalan cepat menuju kudanya sementara Minazuki telah dimasukkan kedalam sebuah kereta kuda. “bawa timmu dan ikuti kereta itu sampai tujuan, apapun yang terjadi lindungi tubuhnya,” seru Pixis pada bawahannya yang lain.

          Seorang pengamat yang masih berdiri mengamati kejadian dan mencatatnya dalam sebuah jurnal bertanya pada Pixis. “Komandan.. bagaimana dia bisa berada di sini seorang diri..? kereta itu meledak disana, tapi ia justru tergeletak disini seorang diri,”

          Pixis memandang bawahannya. “Satu hal yang kita tahu.. dia telah mengikuti dan melawan pengkhianat itu ditempat ini, dari jalan utama jalur kereta kenapa hanya dia yang berakhir ditempat ini..? kurasa karena dia telah membaca pergerakan lawannya dan akhirnya bertarung namun berakhir dengan sebuah tembakan diperut,”

          “Bukankah hal itu mengerikan, ia bahkan hanya seorang trainee corps,”

          “Dengar, ini adalah perintah khusus dariku! Jangan sampai nyawanya melayang kalau kita tidak ingin mati ditangan orang itu,” seru Pixis sembari menaiki kudanya.

          “Hah? Siap, Komandan!”
* * *


0 comments:

Post a Comment