Cast :
Aomine Daiki (Kuroko No Basuke) x Reader
Genre : Drama, Romance, +18yo
Language : Bahasa Indonesia
Chapter
3
If
you can beat me...
Jam
di ponsel itu menunjuk pukul 05.30 dan alarm pagi pun tiba-tiba bernyanyi riang
tanpa henti. Aomine terbangun dengan mata berat dan tangannya mencari-cari
ponselnya yang tergeletak di atas meja belajar yang ada disamping kasur
empuknya.
Ia
pun menguap lalu beranjak dari tidurnya kemudian terduduk dikasur tanpa
melepaskan pandangannya dari ponselnya. Ia memencet icon gallery dan
jari-jarinya mulai menggesek-gesek layar ponsel itu hingga akhirnya terhenti
disalah satu foto, ia menatapnya.
“Sigh~, she’s ugly...” gumamnya pelan, namun ia tersenyum saat
menatap foto dilayar itu. Sesaat ia terlihat bimbang namun akhirnya ia pun
memutuskan untuk melakukan sebuah panggilan telepon.
Panggilan pertamanya gagal dan
tidak direspon, ia mulai mengerutkan dahinya lalu membuat panggilan yang kedua.
Kali ini panggilan keduanya mendapat respon.
“Moshi-moosshh...” sapa suara lemas yang ada diseberang telepon.
Suara itu terdengar seperti suara bangun tidur dan terdengar sangat malas.
Aomine
bergidik dan tangannya mulai menggaruk kepalanya yang sama sekali tidak gatal.
Ia merasa grogi dan tidak tahu ingin bicara apa tapi ia menyukai suara bangun
tidur itu.
“Hallooo...” sapa suara itu lagi.
Ia semakin menyukai suara itu. “Souka.. senpai, I don’t know that you have
a sexy morning voice..” gumamnya pelan. Ia bangkit dari kasurnya dan berjalan
mendekati jendela kamar lalu membuka tirainya. Pemandangan kota dengan langit
yang masih gelap subuh itu terlihat jelas dari jendela transparan kamar
apartemennya.
Terdengar gumam bingung dari seberang
telepon. “A-are you... Da-daiki-kun?”
lanjut suara itu. “K-kau... sedang apa
sepagi ini?” tanyanya panik.
“Tch, calm down senpai... I have one condition, so you better get up now and
don’t forget to wear your sport clothes, I pick you up in ten minutes,”
“Bu-but...”
“I said now!”
Tuut.. tuuut.. tuuut..
Aomine
memutus teleponnya dan beranjak dari kasurnya.
****
“Hatsyiii!!!”
Damn!
Saking semangatnya aku jadi bersiap secepat kilat dan akhirnya menunggu didepan
gerbang rumah lima menit lebih awal dari permintaan Aomine. Entah ada angin apa
tiba-tiba ia meneleponku sepagi ini dan parahnya lagi aku tak ingat kapan
meminta nomor ponselnya.
Aku
sangat kaget saat melihat namanya tiba-tiba saja tertera dilayar ponselku pagi
ini. Hampir saja aku jantungan.
Hawa
dingin pagi ini menusuk tulangku, padahal aku sudah mengenakan pakaian olahraga
dan jaket seperti permintaan Aomine tapi tetap saja tidak cukup untuk
melindungi kulitku. Kalau Aomine tidak cepat datang aku akan segera membeku
ditempat ini.
Tapi..
Kenapa dia ingin bertemu sepagi ini? Apa mungkin dia akan mengajakku latihan
basket bersama? Atau... ini kencan??
Ah~~...
mustahil~~ mana mungkin dia mengajakku kencan sambil main basket.
Rasa
geli itu kembali mengelitik hidungku dan membuatku tak bisa menahan diri lagi. “Hatsyiii~~~!!!”
Akhirnya...
bersin itu enak sekali.
“Senpai! Are you okay?”
Suara
yang kukenal itu terdengar dekat sekali, Aomine muncul dan ia sedang berlari
menghampiriku. Memalukan bisa-bisanya aku bersin seperti itu didepannya.
“Da-daijoubu~”
Aku hanya bisa menjawab kalau aku baik-baik saja, padahal tubuhku sudah
gemetaran karena kedinginan.
“Hmm?”
Ia terlihat sedang mengamatiku dengan dahi berkerut. Aku pun memperbaiki pose
awalku yang tadinya sibuk memeluk diriku sendiri. Kuharap dia tak menyadari
kalau aku kedinginan. “Ah...”
gumamnya dengan suaranya yang ngebass, lalu jari-jarinya beranjak menyentuh
kulit pipiku. “Kau kedinginan kan?”
gumamnya lagi sambil mencubitnya.
Ternyata
dia menyadarinya.
“Sedikit~”
jawabku. Kupikir aku harus segera mengajaknya berlari pagi agar tubuh bisa
menjadi hangat. “A-ayo kita pergi
sekarang...” ajakku sambil berbalik dan mulai melangkahkan kaki.
“Senpai... Sebelum kita
berangkat apa kau ingin kuhangatkan lebih dulu..?”
“Of course, that’s a
really good idea Dai...”
Wa-Waiiit~ What??? What
did he said???
Tubuhku
terdorong kedinding pagar dan bisa kulihat kalau Aomine sedang menatapku jahil.
“I see... I never think that you really
want me so bad, senpai..” gumamnya lagi lalu tersenyum.
“Wa-wait... I have a
slipped tongue, so... can we just begin our morning workout...?”
“You mean.. now..?”
“I mean... now! Real
workout,” Kudorong tubuhnya agar menjauh dariku, ia tak memaksaku
dan melepaskan pegangannya ditanganku. Setidaknya tindakannya barusan cukup
membuatku jantungan hingga bisa kurasakan tubuhku mulai menghangat karena
jantungku mulai berdebar kencang.
“Senpai.. I’m sorry for
disturbing you... I’m just joking around,” gumamnya lagi
sambil melepas jaketnya dan menyerahkannya padaku.
Kupandangi
jaketnya tidak percaya. Oh gosh! Aku ingin memakainya!! “Wh-what do you mean dummy...? It’s okay, aku tidak kedinginan.. cepat
pakai lagi jaketmu, Baka!” gumamku lalu beranjak pergi meninggalkannya.
“Oi... kenapa nggak mau
pakai jaketku, huh?” panggilnya lagi.
Tak
kuhiraukan panggilannya dan mulai berlari kecil sepanjang jalan blok itu.
Setidaknya aku tak ingin para tetangga dan keluargaku melihat adegan romantis
alay dipinggir jalan sepagi ini. Bahkan matahari saja belum muncul.
Aomine
berlari menyusul dibelakangku. “Senpai...
are you mad at me..?” tanyanya lagi.
“No, I’m not...”
“Are you sure...?”
“Yeah.. of course..”
“Hmm... I’m not sure..”
Kuhentikan
langkahku dan berbalik menatapnya. “Lupakan
saja soal itu. So.. what do you want now?”
Aomine
menghentikan larinya dan tersenyum jahil saat menatapku. Ia membuka tas yang
dibawanya dan menunjukkan sebuah bola basket padaku.
“Aku mau senpai tanding
basket melawanku..”
****
Apakah
ini ketenangan sebelum badai besar muncul? Atas dasar apa aku harus meladeninya
main basket??????? Aku hanya seorang pelari dalam klub lari!! (T.T)
Namun
pada akhirnya aku tetap mengikuti permintaan Aomine. Kami berdua telah berada
disebuah tempat main basket umum yang ada disekitar blok rumahku. Jaraknya
cukup jauh dari rumahku, setidaknya para tetangga nggak akan menyaksikan
kebodohanku dalam main basket.
Aomine
memantul-mantulkan bola basketnya kelantai, ia telah melepas jaketnya dan
mengenakan kaos lengan panjang. Apa kulitnya terbuat dari kulit badak? Apa dia
tidak merasa kedinginan. Ia menatapku dengan dead glarenya dan hal itu
membuatku semakin resah.
“Kenapa aku harus
bertanding melawanmu? Kau tahu aku tidak pintar main basket..”
“Senpai... I wanna ask you
some freaky stuff..”
“Ummh.. just go ahead..”
Sejenak
ia terdiam menatapku lalu berhenti memantul-mantulkan bolanya kelantai. Dengan
susah payah kutelan liurku, tak kusangka aku akan merasa segugup ini hanya
karena ia memberiku tatapan kematian.
“Kenapa senpai ingin jadi
pacarku?”
Pe-pertanyaan
ini... a-aku tidak menyangka ia akan menanyakannya. Kalau ditanya seperti
itu... aku jadi teringat pada kejadian beberapa bulan lalu saat ia menolongku.
Tapi rasanya tidak real kalau kubilang aku menyukainya karena dia baik.. karena
sepertinya ia menikmati saat-saat mengerjaiku.
“I-I don’t know...”
jawabku bingung. Ia langsung mengerutkan dahinya dan memantulkan bolanya lagi.
“Apa kau pikir aku akan
puas hanya dengan jawaban seperti itu..?” tanyanya lagi.
Kali ini ekpresinya mulai sedikit menakutkan.
“Lalu kau ingin aku menjawab apa?”
Ia
melemparkan bolanya padaku dan dengan perasaan setengah panik kutangkap bola itu. “Senpai... aku mau menantangmu main
basket,”
“Hmmm... sepertinya kau
memang tidak ingin ditolak ya? Kalau aku menang aku dapat apa?”
Aomine
tersenyum jahil lagi. Crap! Bisa-bisanya dia tersenyum jahat seperti itu tapi
tetap terlihat manis dimataku????? Jantung tolong bersikaplah sedikit santai!!!
“Kalau senpai menang...
aku akan menjawab perasaanmu, kau sudah menembakku lima kali tapi belum pernah
kujawab satu pun kan??”
Ya-yang
benar saja, kenapa dia masih ingat? Sebenarnya aku sudah hampir menyerah dan
mau melupakannya. Tapi karena ciuman yang kami lakukan saat berada dalam lemari
itu terjadi, lalu mengingat kejadian akhir-akhir ini... aku jadi ingin tahu
bagaimana pendapat pribadi Aomine.
“Lalu kalau aku kalah?”
Ia
kembali menyeringai lebar.
“Senpai... kau harus jadi
pelayanku,”
Aku
adalah wakil ketua osis dan juga senpai, tapi kalau kalah aku harus jadi
pelayan Aomine?? Shit! Are you serious??
0 comments:
Post a Comment