Thursday 11 February 2016

Chapter 3 - Professor's Secret (Truth or Dare)

BY Unknown IN 1 comment




Cast : Levi Ackerman x Reader.
Genre : Drama, Romance, Mature.
Language : Bahasa Indonesia
Attack on Titan Fanfic

Professor’s Secret (Truth or Dare) Ch. 03

What the hell was going on!! Dammit! What am I doing here??

Semua mata yang ada dalam private room itu memandangmu dengan penuh minat. Hanji mendorong tubuhmu pelan agar berjalan mendekati mereka semua, kau tak tahu apa yang sedang terjadi namun saat kau melihat Levi dan ingin memohon bantuannya ia justru bersikap santai dan menyapa teman-temannya seolah pandangan penuh minat itu tidak berbahaya.

Kau merasa sangat bodoh, seharusnya kau berontak sekuat tenaga saat Hanji mengajakmu tadi, meskipun dia harus menyeretmu pergi kesini, seharusnya kau tak mengiyakan dengan mudah ajakannya.

Kau memang tidak begitu mengenal profesor Hanji, seringnya pertemuan diantara kalian berdua terjadi saat mata kuliahnya dan ketika penelitian. Selebihnya kau hanya mendengar keanehan profesor Hanji melalui teman-temanmu yang mengikuti mata kuliahnya secara khusus. Ada seorang anak lelaki yang kabarnya selalu menjadi korban percobaan aneh profesor Hanji, namanya.. Eren Jäger.

Kau gelengkan kepalamu pelan, mencoba tegar dan bersikap seolah kau telah mengetahui apa yang akan terjadi dan menguasai situasi. Calm down.. bisikmu, berusaha menenangkan diri. Namun tanpa kau sadari kau justru tengah memegangi kemeja Levi kuat-kuat. Tapi ia masih tak menyadari ketakutanmu? Kau merasa sedikit kecewa.

“Wow Hanji! She’s beautiful.. you must be really know she’s my type,” gumam seorang pria tinggi besar yang kau kenal dengan nama profesor Erwin Smith. Tanpa banyak babibu Erwin menarik tanganmu dan menyeretmu agar mengikutinya menuju sofa. Dengan refleks kau menyentak lenganmu darinya namun percuma pegangannya sangat kuat.

Tapi karena sentakan yang kau sebabkan barusan ia jadi mengamatimu dengan ekspresi bingung. “What happen?” gumamnya lagi.

“I’m so sorry sir, aku baru ingat ada janji dengan seseorang. Sepertinya aku harus pergi.. sekarang,” gumammu. Tapi kau tak yakin kalau Erwin akan mempercayainya dan dugaanmu memang tepat.

Erwin terkekeh pelan, ia melepas pegangannya ditanganmu namun mengalihkannya kepunggungmu. Shit!! Seharusnya kau tak minta maaf, harusnya kau segera pergi dari tempat ini selagi masih ada waktu.

“You mean now?” gumamnya pelan, dengan cepat kau mengangguk tapi Erwin kembali mendorong tubuhmu lembut agar kau bisa duduk disofa yang terlihat nyaman itu. “Come on.. kau kan baru sampai, kita akan bersantai sedikit.. hanya kali ini saja, please?”

Kau tak tahu apa yang harus kau lakukan, apa kau harus berteriak? Ataukah harus menangis? Kau bisa melihat Hanji sedang mengobrol dengan Mike dan Nanaba. Tak ada yang mau menolongmu?

“Erwin, stop acting like that, she’s afraid,” suara Levi membuyarkan hayalanmu. “Come here,” gumamnya lalu menarik tanganmu agar menjauh dari Erwin, kalian berdua bertukar tempat duduk. “Don’t you dare to touch her, okay? She’s with me,” lanjutnya lagi memperingatkan Erwin.

Erwin menatapnya dengan pandangan tak percaya, lalu ia tersenyum penuh misterius. “O~kay~” gumamnya pelan. “I understand, okay guys come here!” lanjutnya sambil memanggil teman-temannya agar mendekat. Hanji menghampiri kalian dengan senyuman riang lalu ia duduk didekat Levi. Mike, Nanaba, Auro dkk mengambil posisinya masing-masing.

“Hanji, kau tak pernah bilang kalau Levi punya kekasih?” tanya Erwin.

“Hmm?” Hanji tampak bingung.

Namun pertanyaan itu justru mengundang reaksi lain. “No way!” pekik Mike. “Are you Levi’s girl? Seriously?” lanjutnya bertanya padamu sambil terkekeh geli.

“Congrats Levi! Finally! But.. (your/name) why you choose Levi? Apa dia memaksamu? Seharusnya kau bersamaku saja!” sambung Auro.

“I-I’m not!” kau mencoba untuk menyanggahnya dengan santai tapi yang keluar dari tenggorokanmu justru suara pekikan tertahan. “He’s my tutor.. and I respect him as a professor,” jelasmu.

Kau menatap Levi meminta persetujuannya tapi dia tak memberi reaksi apapun, hanya ekspresi dingin dan tatapan mematikan yang membuatmu jengah. Kau yakin tidak salah bicara tapi kenapa Levi justru tampak begitu dingin.

“Okay-okay!!” gumam Erwin namun ia kembali terkekeh pelan. “Kami akan berusaha percaya dengan sanggahanmu,” lanjutnya, kata-katanya membuat teman-temannya ikut terkekeh geli.

“But I’m not..” kau ingin menjelakannya lagi tapi seseorang menginterupsimu.

“Guys stop harrassing them!” gumam Hanji santai. “This is just a coincident, She’s at his office maybe they doing something like ‘do you know what I mean’...” terdengar suara ‘boo’ dari beberapa orang. “..but I don’t know either.. I brought her because I think I don’t need to do something bad to make Levi join our meeting time,”

“Aku hanya sedang mengikuti kursus bahasa Jerman dengan profesor Ackerman, sir,” gumammu lagi berusaha meluruskan. Kalimat-kalimant Hanji kebanyakan tidak membantumu sama sekali.

“Okay-okay, we know! Calm down.. sebaiknya kita segera memesan minuman sebelum memulainya,” ajak Nanaba.

Meskipun Nanaba mengatakannya dengan sangat jelas tapi tetap saja hal itu tidak memperbaiki moodmu. Sebenarnya kau memang sedikit menyukai Levi tapi karena beberapa kejadian tak terduga  ini kau jadi merasa takut padanya meskipun begitu kau juga merasa aman saat berada didekatnya.

“Maaf karena menyebabkan hal ini terjadi padamu,” gumam Levi padamu, namun tak kau sangka ia akan mengucapkannya dengan gaya yang sangat santai.. ia justru terlihat sedikit agak sombong. “Apa kau marah karena mereka membawamu kemari hanya untuk menjebakku agar mengikutimu?” tanyanya lagi.

“No, sir..” gumammu, tapi kau tampak tak yakin. “It’s okay.. I’m fine,”

“Kalau kau merasa keberatan dan marah, kau boleh memukulku,” tawarnya, namun ia mengatakannya dengan wajah tanpa ekspresi. Kau malah menelan liurmu dengan susah payah.

“No, sir! I’m not mad at you.. sure, don’t worry!” gumammu lagi, berusaha tampak semeyakinkan mungkin. Sebenarnya kau ingin marah. Tapi kata-kata Levi saat membelamu dari Erwin tadi cukup mengena dihatimu.

****

“You’re all an asshole! I don’t wanna do this kind of shit!” gumam Levi dengan intonasi datar.

“Why Levi? It must be  so fun.. right Mike?” goda Erwin sambil tersenyum penuh arti.
Mike menanggapinya dengan sebuah tawa yang terdengar cukup menggelitik. “Come on Levi.. kau tahu peraturannya kan? You just need to drink all of them, don’t worry it wouldn’t hurt you..” tawar Mike.

“I think he would,” sambung Hanji. “Maybe those shit would hurt his fucking stomach,so~ badly~” gumamnya, namun kata-katanya lagi-lagi tak membantu.

“Dammit! Kalian pasti sudah merencanakan hal ini sebelumnya kan?” protesnya sebal. Auro dan Nanaba terkikik geli.

“Apa kau lupa? Kau tadi memilih ‘Dare’ Levi, jadi kau harus meminum whisky ini sampai habis!” gumam Nanaba.

“Tapi kenapa aku harus meminum these damn fucking little shit!” protesnya lagi semakin tak suka.

“Karena kita.. nggak punya ‘dare’ yang lain, understood? Atau kalau kau keberatan kau bisa menggantinya dengan ‘truth’,” tawar Hanji.

“Okay! I choose ‘truth’,” gumamnya cepat. Seketika saja semua peserta langsung bersorak sorai kegirangan, tampaknya hal ini lah yang sedang mereka tunggu. Dalam permainan Turth or Dare Levi nggak akan segan melakukan ‘Dare’ apa pun karena dia berani, tapi kelemahannya satu.

Ia tak suka minum minuman keras. Dan menjadikan hal ini sebagai tantangan dalam permainan Turth or Dare akan sangat menguntungkan mereka. Mengetahui sisi lain dari Levi membuatmu sedikit mulai melupakan kejadian buruk yang telah terjadi diantara kalian. Kau tak menyangka kalau dia bahkan tak pernah meminum setetes pun minuman keras. Sungguh kasihan~

“Okay.. Levi apa hal yang menarik perhatianmu dan menjadi passionmu?” tanya Nanaba.

“To be clean.. everyday in everyway,” jawabnya yakin. “Cleaning is my justice!”

“Hmm, we know about those old information.. pass, another question please!” potong Hanji.

“What’s your favorite daily routine?” ulang Nanaba.

Levi terdiam dan tampak berpikir. “I love do some brain washing. Clean all of the shit, in my student brain,”

Hanji kembali menggelengkan kepalanya. “No, no, no, we know about those old information, pass! Change question!” lanjutnya lagi.

Kali ini Erwin yang mendapat kesempatan bertanya. “Umm.. Levi.. I know this is your privacy, but you know the rules right.. so~ I wanna ask about..who was your first kiss?”

Wajah Levi tampak sedikit menegang dan ia mencoba untuk terlihat santai. “Umm.. I think... she’s my student..” jawabnya pelan.

“UWOOOO!!” terdengar suara riuh dan pekik teman-temannya yang tampak sangat bersemangat. Kau berpikir hal ini sangat memalukan, bisa-bisanya kau mendengar pertanyaan-pertanyaan seperti ini terlontar dari bibir para dosenmu.

“Jadi.. bagaimana rasanya? Coba jelaskan dengan lebih detail,” pekik Auro.

“Shit! Why I..”

“You already know the rules, right?” gumam Hanji, memotong kata-katanya.

“Dammit! Okay, It feels like...” ia terdiam sejenak sambil menarik napas dalam-dalam mencoba terlihat tenang. “I feel like.. I can’t hold it anymore, this is a big hit! And I just... I really want to kiss her, right now! That’s what I feel,” jawabnya sedikit menggebu-gebu.

“Wow,” gumam Mike. “You sounds like a pervert, Levi,” lanjutnya, teman-temannya kembali terkekeh geli.

“But I think Levi enjoyed his first kiss, right?” sambung Erwin, ia sedang mencoba untuk membahas informasi baru yang mereka dapatkan tadi. Kau merasa kalau Levi benar-benar telah dibully oleh teman-temannya, tapi hal ini memang terdengar sangat menarik. “This girl must be really special for you right, Levi?”

Entah kenapa kau merasa Levi menatapmu untuk sepersekian detik tapi saat kau menoleh untuk membalas tatapannya ia justru telah mengalihkan pandangannya.

“Yeah.. she’s the best girl I’ve ever met, but I think I only had one chance to kiss her dan kesempatan itu sudah habis,”

“Hmm~ too bad Levi, maybe you need to find another girl..” gumam Nanaba. Yeah, Nanaba benar. Kau tahu Levi telah menemukan gadis lain yang bisa ia curi ciuman pertamanya dan orang itu adalah kau! Ciuman pertama Levi pasti sudah terjadi sejak bertahun-tahun yang lalu. Kau tak bisa berharap kalau gadis yang ia maksud barusan mungkin saja dirimu.

“Maybe it would be happen and of course I can find another girl.. but, I think I can’t resist her lips, I love her sweet lips on mine,”

“Oh my frankenstein. Levi’s being a dirty perverted!” gumam Hanji. “(y/n)!” pekiknya padamu. “Kau harus hati-hati, bisa-bisa dia akan menyerangmu juga!” gumamnya.

“Yea-yeah.. you right miss, I will,” gumammu tak yakin. Masalahnya ciuman itu telah terjadi sebelumnya bahkan tanpa pemberitahuan sedikit pun. Entah kenapa kau merasa kesal. Jadi memang benar, Levi menyerangmu hanya untuk mempermainkanmu.

Tapi kau merasa bahwa kau mungkin tak perlu berharap banyak pada pria sepertinya. Lagipula, mungkin saja Levi memang baik padamu tapi itu dulu saat kalian belum kenal dekat seperti sekarang saat ia telah menjadi dosenmu.

Kau merasa kesal tapi kau meyakinkan dirimu kalau itu bukanlah rasa cemburu.. kau harus yakin bahwa kau membenci Levi Ackerman.

“Okay! Waktu untuk bertanya pada Levi sudah habis, kita lanjut lagi permainannya,” pekik Hanji. Ia memutar botol kosong yang ada dimeja bar, semua orang tampak fokus menatap botol whisky kosong itu. Kau berharap kalau mulut botolnya tidak akan mengarah padamu ketika berhenti nanti. Jangan sampai terjadi!

“Okay! (y/n) you’ll be the next!” pekik Hanji. Terdengar kikik geli dari peserta lainnya. Ini benar-benar permainan anak-anak, kenapa dosenmu melakukan hal seperti ini dalam bar nightclub yang mewah?? Kau benar-benar tak habis pikir.

Kau lihat mulut botol itu telah mengarah padamu, kau tak bisa mengelak. Kau tak ingin memilih ‘truth’ karena kau tak ingin mengatakan kejujuran apa pun didepan para dosenmu, tapi kau juga takut kalau nantinya mereka akan memberimu ‘dare’ yang aneh-aneh dan tak bisa kau lakukan.

“I choose.. dare,” gumammu tak yakin.

“Are you sure, (y/n)?” tanya Hanji ia tampak cemas. Kau ingin sekali menggelengkan kepala tapi kau tak punya pilihan selain mengangguk untuk mengiyakan pilihanmu.

“You’re so brave (y/n)” komen Erwin berusaha menyemangatimu dengan senyuman.

“Dare.. dare.. dare..” gumam Hanji tampak sedang berpikir, “Ada yang punya ide bagus?” tanya Hanji pada teman-temannya.

“Bagaimana kalau meminum ini?” tawar Mike sambil menyodorkan dua gelas whisky yang seharusnya tadi diminum Levi. Kau tak tahu apa yang terjadi tapi kalau hanya meminum whisky kau tak akan menolaknya, setidaknya menghabiskan dua gelas minuman keras, saat ini bagimu it’s a good choice!

“No!”

Tanganmu baru saja akan mengambil gelas whisky itu cepat-cepat sebelum ada yang menginterupsinya tapi kau telat. Tanganmu telah lebih dulu ditahan oleh Levi. Jadi yang baru saja mengatakan ‘tidak’ tenyata Levi?

Kau menepis tanganmu darinya. “Kita nggak boleh menyodori mahasiswa kita minuman keras,” protesnya.

Tiba-tiba saja kau merasa kesal. “What do you mean, sir? Umurku 2o tahun dan aku sudah bisa meminum minuman ini, kau tak berhak melarangku,” gumammu setengah memekik. Damn! Kau merasa telah lepas kontrol dan tak menyadarinya.

“Tapi aku merasa bertanggung jawab karena menyebabkanmu ada disini! Lagipula kau ini mahasiswaku,” balas Levi.

“Kau tak perlu merasa bertanggung jawab sir, aku kemari karena keinginanku sendiri.. I’m fine,” balasmu lagi setengah kesal.

“Tch.. dummy,” gumamnya.

“Okay-okay-okay!!” gumam Mike. “I’m sorry (y/n) tapi Levi benar.. maafkan aku karena telah mengajukan dare seperti ini, sebaiknya kita ganti saja tantangannya,”

“No! I can do this!” mohonmu. Tapi Erwin dan yang lainnya juga menolak untuk menyetujui tantangan itu.

“Aku kepikiran hal lain.. (y/n) aku ingin kau...” Hanji terdiam sejenak dan kau berusaha menenangkan dirimu lagi, kau sangat berharap tantangan itu bukan sesuatu yang tak bisa kau lakukan atau bukan ‘hal-hal aneh’. “Apa kau pernah menyatakan cinta pada seseorang?” tanyanya.

Kau menggeleng pelan, kau memang dekat dengan banyak lelaki tapi mereka semua hanya sebatas teman. Kau punya sahabat yang wajahnya mirip kuda, tapi akhir-akhir ini kalian lebih sering bertengkar daripada menghabiskan waktu bersama-sama.

“Good!” pekik Hanji. “Jadi ini akan sangat menyenangkan.. karena kau akan menyatakan cintamu untuk pertama kalinya disini,”

“Bu-but... I think I can’t do this, he’s not here..” gumammu berusaha untuk membatalkan rencana Hanji.

“Don’t worry! We can choose a random person... is it okay if I choose the man? Karena wanitanya hanya kita berdua akan tidak adil kalau pria yang menentukan pilihannya,”

“You can use the bottle..” tawar Mike. Hanji tampak sedang berpikir lalu berdeham.

“No I won’t Mike, (y/n).. I dare you... nyatakan cintamu pada Levi seolah dia orang yang kau cinta dan ajak dia kencan!”

“Wa-what!? Why him?!”

“Hmm.. karena kau adalah mahasiswa khusus dalam pelajaran tambahannya jadi pasti kau akan lebih menjiwai karaktermu saat menembaknya,”

Shit! Hal ini lah yang membuatmu sangat ingin meminum habis whisky-whisky itu. Kau tak ingin melakukan pernyataan cinta atau apapun kepada Levi Ackerman! Kau masih harus datang untuk belajar dengannya pada pertemuan selanjutnya kalau kau sampai melakukan hal ini kau tak akan bisa konsentrasi saat berhadapan dengan Levi.

“Hanji.. she can’t do this,” gumam Levi.

“No, she can do this..” sambung Erwin.

“Yeah this is only a game.. it’s not abig deal Levi..” gumam Mike.

Auro dan Nanaba terkekeh lagi. “Setidaknya dia tak harus mencium bibir mesummu Levi, just take her hands!” gumam Nanaba.

Damn! Mereka sangat menikmati permainan bodoh ini.

Kau menelan liurmu dengan susah payah dan menarik napas dalam-dalam. Sepertinya kau memang tak punya pilihan lain. “Okay... I will do it..”

****

1 comment: