Cast : Levi Ackerman x Reader.
Genre : Drama, Romance, Mature.
Language : Bahasa Indonesia
Attack on Titan Fanfic
Attack on Titan Fanfic
Professor’s
Secret (Truth or Dare) Ch. 03
What the hell was going on!! Dammit!
What am I doing here??
Semua
mata yang ada dalam private room itu memandangmu dengan penuh minat. Hanji
mendorong tubuhmu pelan agar berjalan mendekati mereka semua, kau tak tahu apa
yang sedang terjadi namun saat kau melihat Levi dan ingin memohon bantuannya ia
justru bersikap santai dan menyapa teman-temannya seolah pandangan penuh minat
itu tidak berbahaya.
Kau
merasa sangat bodoh, seharusnya kau berontak sekuat tenaga saat Hanji
mengajakmu tadi, meskipun dia harus menyeretmu pergi kesini, seharusnya kau tak
mengiyakan dengan mudah ajakannya.
Kau
memang tidak begitu mengenal profesor Hanji, seringnya pertemuan diantara
kalian berdua terjadi saat mata kuliahnya dan ketika penelitian. Selebihnya kau
hanya mendengar keanehan profesor Hanji melalui teman-temanmu yang mengikuti
mata kuliahnya secara khusus. Ada seorang anak lelaki yang kabarnya selalu
menjadi korban percobaan aneh profesor Hanji, namanya.. Eren Jäger.
Kau
gelengkan kepalamu pelan, mencoba tegar dan bersikap seolah kau telah
mengetahui apa yang akan terjadi dan menguasai situasi. Calm down.. bisikmu,
berusaha menenangkan diri. Namun tanpa kau sadari kau justru tengah memegangi
kemeja Levi kuat-kuat. Tapi ia masih tak menyadari ketakutanmu? Kau merasa
sedikit kecewa.
“Wow Hanji! She’s beautiful.. you must
be really know she’s my type,” gumam seorang pria tinggi
besar yang kau kenal dengan nama profesor Erwin Smith. Tanpa banyak babibu
Erwin menarik tanganmu dan menyeretmu agar mengikutinya menuju sofa. Dengan
refleks kau menyentak lenganmu darinya namun percuma pegangannya sangat kuat.
Tapi
karena sentakan yang kau sebabkan barusan ia jadi mengamatimu dengan ekspresi
bingung. “What happen?” gumamnya
lagi.
“I’m so sorry sir, aku baru ingat ada
janji dengan seseorang. Sepertinya aku harus pergi.. sekarang,”
gumammu. Tapi kau tak yakin kalau Erwin akan mempercayainya dan dugaanmu memang
tepat.
Erwin
terkekeh pelan, ia melepas pegangannya ditanganmu namun mengalihkannya
kepunggungmu. Shit!! Seharusnya kau
tak minta maaf, harusnya kau segera pergi dari tempat ini selagi masih ada
waktu.
“You mean now?”
gumamnya pelan, dengan cepat kau mengangguk tapi Erwin kembali mendorong
tubuhmu lembut agar kau bisa duduk disofa yang terlihat nyaman itu. “Come on.. kau kan baru sampai, kita akan
bersantai sedikit.. hanya kali ini saja, please?”
Kau
tak tahu apa yang harus kau lakukan, apa kau harus berteriak? Ataukah harus
menangis? Kau bisa melihat Hanji sedang mengobrol dengan Mike dan Nanaba. Tak
ada yang mau menolongmu?
“Erwin, stop acting like that, she’s
afraid,” suara Levi membuyarkan hayalanmu. “Come here,”
gumamnya lalu menarik tanganmu agar menjauh dari Erwin, kalian berdua bertukar
tempat duduk. “Don’t you dare to touch
her, okay? She’s with me,” lanjutnya lagi memperingatkan Erwin.
Erwin
menatapnya dengan pandangan tak percaya, lalu ia tersenyum penuh misterius. “O~kay~” gumamnya pelan. “I understand, okay guys come here!”
lanjutnya sambil memanggil teman-temannya agar mendekat. Hanji menghampiri
kalian dengan senyuman riang lalu ia duduk didekat Levi. Mike, Nanaba, Auro dkk
mengambil posisinya masing-masing.
“Hanji, kau tak pernah bilang kalau
Levi punya kekasih?” tanya Erwin.
“Hmm?”
Hanji tampak bingung.
Namun
pertanyaan itu justru mengundang reaksi lain. “No way!” pekik Mike. “Are
you Levi’s girl? Seriously?” lanjutnya bertanya padamu sambil terkekeh
geli.
“Congrats Levi! Finally! But..
(your/name) why you choose Levi? Apa dia memaksamu? Seharusnya kau bersamaku
saja!” sambung Auro.
“I-I’m not!”
kau mencoba untuk menyanggahnya dengan santai tapi yang keluar dari tenggorokanmu
justru suara pekikan tertahan. “He’s my
tutor.. and I respect him as a professor,” jelasmu.
Kau
menatap Levi meminta persetujuannya tapi dia tak memberi reaksi apapun, hanya
ekspresi dingin dan tatapan mematikan yang membuatmu jengah. Kau yakin tidak
salah bicara tapi kenapa Levi justru tampak begitu dingin.
“Okay-okay!!”
gumam Erwin namun ia kembali terkekeh pelan. “Kami akan berusaha percaya dengan sanggahanmu,” lanjutnya,
kata-katanya membuat teman-temannya ikut terkekeh geli.
“But I’m not..”
kau ingin menjelakannya lagi tapi seseorang menginterupsimu.
“Guys stop harrassing them!”
gumam Hanji santai. “This is just a coincident,
She’s at his office maybe they doing something like ‘do you know what I mean’...”
terdengar suara ‘boo’ dari beberapa orang. “..but
I don’t know either.. I brought her because I think I don’t need to do
something bad to make Levi join our meeting time,”
“Aku hanya sedang mengikuti kursus
bahasa Jerman dengan profesor Ackerman, sir,” gumammu lagi
berusaha meluruskan. Kalimat-kalimant Hanji kebanyakan tidak membantumu sama
sekali.
“Okay-okay, we know! Calm down..
sebaiknya kita segera memesan minuman sebelum memulainya,”
ajak Nanaba.
Meskipun
Nanaba mengatakannya dengan sangat jelas tapi tetap saja hal itu tidak memperbaiki
moodmu. Sebenarnya kau memang sedikit menyukai Levi tapi karena beberapa
kejadian tak terduga ini kau jadi merasa
takut padanya meskipun begitu kau juga merasa aman saat berada didekatnya.
“Maaf karena menyebabkan hal ini
terjadi padamu,” gumam Levi padamu, namun tak kau sangka ia
akan mengucapkannya dengan gaya yang sangat santai.. ia justru terlihat sedikit
agak sombong. “Apa kau marah karena
mereka membawamu kemari hanya untuk menjebakku agar mengikutimu?” tanyanya
lagi.
“No, sir..”
gumammu, tapi kau tampak tak yakin. “It’s
okay.. I’m fine,”
“Kalau kau merasa keberatan dan marah,
kau boleh memukulku,” tawarnya, namun ia mengatakannya dengan
wajah tanpa ekspresi. Kau malah menelan liurmu dengan susah payah.
“No, sir! I’m not mad at you.. sure,
don’t worry!” gumammu lagi, berusaha tampak semeyakinkan
mungkin. Sebenarnya kau ingin marah. Tapi kata-kata Levi saat membelamu dari
Erwin tadi cukup mengena dihatimu.
****
“You’re all an asshole! I don’t wanna
do this kind of shit!” gumam Levi dengan intonasi datar.
“Why Levi? It must be so fun.. right Mike?”
goda Erwin sambil tersenyum penuh arti.
Mike
menanggapinya dengan sebuah tawa yang terdengar cukup menggelitik. “Come on Levi.. kau tahu peraturannya kan?
You just need to drink all of them, don’t worry it wouldn’t hurt you..”
tawar Mike.
“I think he would,”
sambung Hanji. “Maybe those shit would
hurt his fucking stomach,so~ badly~” gumamnya, namun kata-katanya lagi-lagi
tak membantu.
“Dammit! Kalian pasti sudah
merencanakan hal ini sebelumnya kan?” protesnya sebal. Auro dan
Nanaba terkikik geli.
“Apa kau lupa? Kau tadi memilih ‘Dare’
Levi, jadi kau harus meminum whisky ini sampai habis!”
gumam Nanaba.
“Tapi kenapa aku harus meminum these
damn fucking little shit!” protesnya lagi semakin tak suka.
“Karena kita.. nggak punya ‘dare’ yang
lain, understood? Atau kalau kau keberatan kau bisa menggantinya dengan
‘truth’,” tawar Hanji.
“Okay! I choose ‘truth’,”
gumamnya cepat. Seketika saja semua peserta langsung bersorak sorai kegirangan,
tampaknya hal ini lah yang sedang mereka tunggu. Dalam permainan Turth or Dare
Levi nggak akan segan melakukan ‘Dare’ apa pun karena dia berani, tapi
kelemahannya satu.
Ia
tak suka minum minuman keras. Dan menjadikan hal ini sebagai tantangan dalam permainan
Turth or Dare akan sangat menguntungkan mereka. Mengetahui sisi lain dari Levi
membuatmu sedikit mulai melupakan kejadian buruk yang telah terjadi diantara
kalian. Kau tak menyangka kalau dia bahkan tak pernah meminum setetes pun
minuman keras. Sungguh kasihan~
“Okay.. Levi apa hal yang menarik
perhatianmu dan menjadi passionmu?” tanya Nanaba.
“To be clean.. everyday in everyway,”
jawabnya yakin. “Cleaning is my
justice!”
“Hmm, we know about those old
information.. pass, another question please!” potong Hanji.
“What’s your favorite daily routine?”
ulang Nanaba.
Levi
terdiam dan tampak berpikir. “I love do
some brain washing. Clean all of the shit, in my student brain,”
Hanji
kembali menggelengkan kepalanya. “No,
no, no, we know about those old information, pass! Change question!”
lanjutnya lagi.
Kali
ini Erwin yang mendapat kesempatan bertanya. “Umm.. Levi.. I know this is your privacy, but you know the rules
right.. so~ I wanna ask about..who was your first kiss?”
Wajah
Levi tampak sedikit menegang dan ia mencoba untuk terlihat santai. “Umm.. I think... she’s my student..”
jawabnya pelan.
“UWOOOO!!”
terdengar suara riuh dan pekik teman-temannya yang tampak sangat bersemangat.
Kau berpikir hal ini sangat memalukan, bisa-bisanya kau mendengar
pertanyaan-pertanyaan seperti ini terlontar dari bibir para dosenmu.
“Jadi.. bagaimana rasanya? Coba
jelaskan dengan lebih detail,” pekik Auro.
“Shit! Why I..”
“You already know the rules, right?”
gumam Hanji, memotong kata-katanya.
“Dammit! Okay, It feels like...”
ia terdiam sejenak sambil menarik napas dalam-dalam mencoba terlihat tenang. “I feel like.. I can’t hold it anymore,
this is a big hit! And I just... I really want to kiss her, right now! That’s
what I feel,” jawabnya sedikit menggebu-gebu.
“Wow,”
gumam Mike. “You sounds like a pervert,
Levi,” lanjutnya, teman-temannya kembali terkekeh geli.
“But I think Levi enjoyed his first
kiss, right?” sambung Erwin, ia sedang mencoba untuk
membahas informasi baru yang mereka dapatkan tadi. Kau merasa kalau Levi
benar-benar telah dibully oleh teman-temannya, tapi hal ini memang terdengar
sangat menarik. “This girl must be
really special for you right, Levi?”
Entah
kenapa kau merasa Levi menatapmu untuk sepersekian detik tapi saat kau menoleh
untuk membalas tatapannya ia justru telah mengalihkan pandangannya.
“Yeah.. she’s the best girl I’ve ever
met, but I think I only had one chance to kiss her dan kesempatan itu sudah
habis,”
“Hmm~ too bad Levi, maybe you need to
find another girl..” gumam Nanaba. Yeah, Nanaba benar. Kau tahu
Levi telah menemukan gadis lain yang bisa ia curi ciuman pertamanya dan orang
itu adalah kau! Ciuman pertama Levi pasti sudah terjadi sejak bertahun-tahun
yang lalu. Kau tak bisa berharap kalau gadis yang ia maksud barusan mungkin
saja dirimu.
“Maybe it would be happen and of
course I can find another girl.. but, I think I can’t resist her lips, I love
her sweet lips on mine,”
“Oh my frankenstein. Levi’s being a
dirty perverted!” gumam Hanji. “(y/n)!” pekiknya padamu. “Kau
harus hati-hati, bisa-bisa dia akan menyerangmu juga!” gumamnya.
“Yea-yeah.. you right miss, I will,”
gumammu tak yakin. Masalahnya ciuman itu telah terjadi sebelumnya bahkan tanpa
pemberitahuan sedikit pun. Entah kenapa kau merasa kesal. Jadi memang benar,
Levi menyerangmu hanya untuk mempermainkanmu.
Tapi
kau merasa bahwa kau mungkin tak perlu berharap banyak pada pria sepertinya.
Lagipula, mungkin saja Levi memang baik padamu tapi itu dulu saat kalian belum
kenal dekat seperti sekarang saat ia telah menjadi dosenmu.
Kau
merasa kesal tapi kau meyakinkan dirimu kalau itu bukanlah rasa cemburu.. kau
harus yakin bahwa kau membenci Levi Ackerman.
“Okay! Waktu untuk bertanya pada Levi
sudah habis, kita lanjut lagi permainannya,” pekik Hanji. Ia
memutar botol kosong yang ada dimeja bar, semua orang tampak fokus menatap
botol whisky kosong itu. Kau berharap kalau mulut botolnya tidak akan mengarah
padamu ketika berhenti nanti. Jangan sampai terjadi!
“Okay! (y/n) you’ll be the next!”
pekik Hanji. Terdengar kikik geli dari peserta lainnya. Ini benar-benar
permainan anak-anak, kenapa dosenmu melakukan hal seperti ini dalam bar
nightclub yang mewah?? Kau benar-benar tak habis pikir.
Kau
lihat mulut botol itu telah mengarah padamu, kau tak bisa mengelak. Kau tak
ingin memilih ‘truth’ karena kau tak ingin mengatakan kejujuran apa pun didepan
para dosenmu, tapi kau juga takut kalau nantinya mereka akan memberimu ‘dare’
yang aneh-aneh dan tak bisa kau lakukan.
“I choose.. dare,”
gumammu tak yakin.
“Are you sure, (y/n)?”
tanya Hanji ia tampak cemas. Kau ingin sekali menggelengkan kepala tapi kau tak
punya pilihan selain mengangguk untuk mengiyakan pilihanmu.
“You’re so brave (y/n)”
komen Erwin berusaha menyemangatimu dengan senyuman.
“Dare.. dare.. dare..”
gumam Hanji tampak sedang berpikir, “Ada
yang punya ide bagus?” tanya Hanji pada teman-temannya.
“Bagaimana kalau meminum ini?”
tawar Mike sambil menyodorkan dua gelas whisky yang seharusnya tadi diminum
Levi. Kau tak tahu apa yang terjadi tapi kalau hanya meminum whisky kau tak
akan menolaknya, setidaknya menghabiskan dua gelas minuman keras, saat ini
bagimu it’s a good choice!
“No!”
Tanganmu
baru saja akan mengambil gelas whisky itu cepat-cepat sebelum ada yang
menginterupsinya tapi kau telat. Tanganmu telah lebih dulu ditahan oleh Levi.
Jadi yang baru saja mengatakan ‘tidak’ tenyata Levi?
Kau
menepis tanganmu darinya. “Kita nggak
boleh menyodori mahasiswa kita minuman keras,” protesnya.
Tiba-tiba
saja kau merasa kesal. “What do you mean,
sir? Umurku 2o tahun dan aku sudah bisa meminum minuman ini, kau tak berhak
melarangku,” gumammu setengah memekik. Damn! Kau merasa telah lepas kontrol
dan tak menyadarinya.
“Tapi aku merasa bertanggung jawab
karena menyebabkanmu ada disini! Lagipula kau ini mahasiswaku,”
balas Levi.
“Kau tak perlu merasa bertanggung
jawab sir, aku kemari karena keinginanku sendiri.. I’m fine,”
balasmu lagi setengah kesal.
“Tch.. dummy,”
gumamnya.
“Okay-okay-okay!!”
gumam Mike. “I’m sorry (y/n) tapi Levi
benar.. maafkan aku karena telah mengajukan dare seperti ini, sebaiknya kita
ganti saja tantangannya,”
“No! I can do this!”
mohonmu. Tapi Erwin dan yang lainnya juga menolak untuk menyetujui tantangan
itu.
“Aku kepikiran hal lain.. (y/n) aku
ingin kau...” Hanji terdiam sejenak dan kau berusaha
menenangkan dirimu lagi, kau sangat berharap tantangan itu bukan sesuatu yang
tak bisa kau lakukan atau bukan ‘hal-hal aneh’. “Apa kau pernah menyatakan cinta pada seseorang?” tanyanya.
Kau
menggeleng pelan, kau memang dekat dengan banyak lelaki tapi mereka semua hanya
sebatas teman. Kau punya sahabat yang wajahnya mirip kuda, tapi akhir-akhir ini
kalian lebih sering bertengkar daripada menghabiskan waktu bersama-sama.
“Good!”
pekik Hanji. “Jadi ini akan sangat
menyenangkan.. karena kau akan menyatakan cintamu untuk pertama kalinya
disini,”
“Bu-but... I think I can’t do this,
he’s not here..” gumammu berusaha untuk membatalkan rencana
Hanji.
“Don’t worry! We can choose a random
person... is it okay if I choose the man? Karena wanitanya hanya kita berdua
akan tidak adil kalau pria yang menentukan pilihannya,”
“You can use the bottle..”
tawar Mike. Hanji tampak sedang berpikir lalu berdeham.
“No I won’t Mike, (y/n).. I dare
you... nyatakan cintamu pada Levi seolah dia orang yang kau cinta dan ajak dia
kencan!”
“Wa-what!? Why him?!”
“Hmm.. karena kau adalah mahasiswa
khusus dalam pelajaran tambahannya jadi pasti kau akan lebih menjiwai
karaktermu saat menembaknya,”
Shit!
Hal ini lah yang membuatmu sangat ingin meminum habis whisky-whisky itu. Kau
tak ingin melakukan pernyataan cinta atau apapun kepada Levi Ackerman! Kau
masih harus datang untuk belajar dengannya pada pertemuan selanjutnya kalau kau
sampai melakukan hal ini kau tak akan bisa konsentrasi saat berhadapan dengan
Levi.
“Hanji.. she can’t do this,”
gumam Levi.
“No, she can do this..”
sambung Erwin.
“Yeah this is only a game.. it’s not
abig deal Levi..” gumam Mike.
Auro
dan Nanaba terkekeh lagi. “Setidaknya
dia tak harus mencium bibir mesummu Levi, just take her hands!” gumam
Nanaba.
Damn! Mereka sangat menikmati
permainan bodoh ini.
Kau
menelan liurmu dengan susah payah dan menarik napas dalam-dalam. Sepertinya kau
memang tak punya pilihan lain. “Okay...
I will do it..”
****
Next chpter 04 nya donk
ReplyDelete