Tuesday 16 February 2016

[My Dilemma] Chapter 6 - It's not like I hate you.. senpai! (Aomine Daiki x Reader)

BY Unknown IN No comments




Cast       : Aomine Daiki (KnB) x Reader
Genre   : Drama, Romance, +18yo
Language : Bahasa Indonesia, Japanese, English
Kuroko no Basket Fanfic

Chapter 6
It’s not like I hate you... senpai!

Aomine memang sudah bilang kalau dia ingin menyapa Kise. Tapi... tak kusangka akan begini jadinya.

“What are you doing here, huh?” Aomine menggeram kesal sambil memegangi lengan Kise.

“Aahh~ Aominecchi~  I just wanna hug...”

“What you think who you are?” geramnya lagi lalu melepas pegangannya ditangan Kise. Kise tersenyum sambil mengelus-elus lengannya yang sakit.

“Me? I just wanna hug her.. why you’re being so upset?”

Aomine tersentak kaget, ia baru saja menyadari kalau dia telah bertingkah diluar kebiasaannya. Ia menatapku dengan tatapan dingin lalu mendesah pelan.

“Tch~ sebenarnya aku nggak ada urusan denganmu,” gumamnya lagi, ia berbalik dan berjalan menuju pintu. “Aku cuma ingin menyapa,”

“Apa maksudmu menyapa?” gumam Kise ia tersenyum tak percaya. “Nggak ada yang menyapa orang lain sambil memelintir tangannya seperti itu tahu! Kau hampir membuat lenganku keseleo!” tambahnya lagi.

“Gomen, gomen, silakan lanjutkan kegiatan kalian,” balasnya cuek lalu keluar dari ruang osis.

Aku tak pernah melihat Aomine bersikap seperti itu, sebenarnya ini bukan pertama kalinya kulihat dia bersikap agak kasar, cuek, dingin dan.. jahat. Tapi rasanya suasana kali ini tampak sedikit berbeda. Apa karena tadi Kise ingin merangkulku.. makanya dia jadi semarah itu?

Apa aku boleh merasa senang?

Aah~~ tapi kalau dipikir-pikir lagi... mustahil kalau Aomine merasa cemburu... (T.T)

“Kise-kun, kau baik-baik saja?” gumamku pada Kise. Kise kembali menatapku dan ia tersenyum lagi. Kenapa dia selalu terlihat seceria ini sih. Kise memang manis.

“Nggak apa-apa kok!” gumamnya menenangkan. “Daijoubu...” tangannya beralih ingin menyentuh wajahku. Segera kutepis tangannya dengan majalah yang ku pegang. “(y/n)-cchii~~ kau dingin sekali sih?” pekiknya.

Tak ku hiraukan rengekan Kise. Aku mulai merasa jengah dengan kehadiran dan sikap terlalu friendly-nya padaku apalagi saat ini ada beberapa anggota osis lain yang sedang memperhatikan kami dengan penuh rasa ingin tahu. Bisa-bisa akan ada yang salah paham.

“Apa kau sudah menyelesaikan yang kuminta tadi?” tanyaku padanya sambil menaruh majalah dan tas yang daritadi kupegang lalu mulai mengecek pekerjaan Kise dengan cepat. “Ah, ternyata kau bisa diandalkan juga ya, kupikir kau hanya modal tampang saja,”. Tak kusangka ia bisa mengerjakan tugasnya dengan cukup baik. Aku hanya harus menyelesaikan akhirannya sebelum menjilid berkas itu.

Ia beranjak kedekatku lalu sibuk mengamati wajahku. Dia benar-benar membuatku merasa malu. “Kau sadis sekali (y/n)-cchii~~,” gumamnya. “Hei, ku tinggal sebentar ya, aku akan segera kembali..” Kise beralih menuju pintu dan keluar dari ruang osis sebelum aku sempat menginterupsinya.

Yang benar saja... kenapa dia bisa bersikap seenaknya seperti itu? Mirip sekali dengan seseorang.

“Senpai~” tegur salah seorang anggota osis. Akhirnya... pasti akan ada yang mulai menginterogasi tentang bagaimana hubunganku dan Kise...

“Nani? (Ada apa?)”

Gadis imut itu beranjak kedekatku dan meraih sesuatu yang tergeletak didekatku. “Ano~  (Anu~) sejak kapan... senpai membaca majalah seperti ini..?” gumamnya sambil memperlihatkan majalah itu padaku.

Damn!

Aku lupa... majalah yang disodorkan Aomine padaku tadi... adalah majalah dewasa.

****

Langkah kakinya bergema saat ia menapaki anak tangga itu satu persatu. Didorongnya pintu yang sedikit terbuka itu dengan kakinya lalu melangkah keluar keteras atap gedung sekolah.

Kise Ryouta tampak sedang mencari seseorang, ia menolehkan kepalanya kesegala arah tapi ia tak kunjung melihat Aomine Daiki. Namun akhirnya ia bisa menemukan sosok Aomine sedang duduk-duduk santai sambil bersandar pada dinding yang terlindung dari cahaya. Ia tampak sedang tidur.

“Aominecchi~!!” panggilnya. Tak ada jawaban. Kise mendekati Aomine lalu berjongkok didekatnya. “Aominecchiiiii~~” panggil Kise ia bersikap sedikit kekanakan.

“Urusai na~ (Berisik~)” gumam Aomine tanpa membuka matanya. Kise tersenyum lalu bangkit berdiri dan bersandar pada pagar atap sambil menikmati pemandangan dilapangan bawah. Cuaca tampak mulai mendung.

“Yang benar saja, ternyata kau ini masih saja suka membolos... tadi aku ke gimnasium lalu Momocchi bilang kau ada disini,”

“Mmhh... kenapa kau mencariku?” gumam Aomine dengan mata masih tertutup.

Kise terdiam sejenak lalu mulai berbicara. “Aku sudah tanya langsung pada (y/n)...” Aomine mulai membuka matanya dan menatap langit yang mendung. Ia menunggu Kise melanjutkan kalimatnya.

“Kau bicara soal apa?” gumamnya malas-malasan.

“Kau ingat tidak pertanyaanku saat kita bertemu ditaman beberapa hari yang lalu? Kau tidak menjawabku dan menyuruhku untuk bertanya langsung padanya, apa dia punya hubungan spesial denganmu atau tidak,”

“Oh.. lalu dia jawab apa?”

“Dia bilang kalau kalian berdua nggak menjalin hubungan khusus dan dia nggak mau kencan dengan adik kelasnya, mengecewakan sekali...”

“Oh.. Tuh kan sudah dengar sendiri. Hmm~ kalau mau curhat pergi saja ketempat Tetsu, (Tetsuya Kuroko)” gumam Aomine malas lalu memejamkan matanya lagi.

Kise tersenyum saat menatap Aomine yang sedang bersikap tidak berminat dengan suatu hal yang disebut ‘cinta’.

“Sebenarnya aku sedikit nggak percaya saat dia bilang nggak ingin kencan dengan adik kelas, apalagi sikapmu tadi... kau tak pernah seperti itu sebelumnya kan? Menurutku, sikapmu tadi tampak mencurigakan.. padahal aku hanya ingin merangkulnya,”

Aomine memperbaiki posisi duduknya lalu menatap Kise. “Tch.. Jadi kau mau bilang kalau aku cemburu?”

“Hmmm~ Aku jadi merasa bersalah denganmu kalau bergerak terlalu aktif saat mendekatinya...”

“Haahh? Hal itu tak ada hubungannya denganku, Dummy! Dia itu cuma cewek menyebalkan yang suka menggangguku,”

Kise terdiam sejenak, ia menatap wajah Aomine yang nggak berekspresi. Aomine hanya sibuk memperhatikan udara disekelilingnya. Ia sedang berpikir.

“Hmmm.. kalau begitu nggak masalah kan kalau aku mengajaknya kencan?” gumam Kise. Aomine menatap langit mendung diatasnya dan tidak menjawab pernyataan Kise barusan. “Kalau begitu, sebaiknya bilang saja padanya kalau kau membencinya dengan terus terang... jangan bersikap setengah-setengah begitu,”

Aomine masih tak menjawabnya dan kembali memejamkan matanya. “Aku kemari cuma untuk memastikan hal ini saja kok, aku merasa bersalah kalau memang kau menaruh hati pada (y/n)-cchi, tapi kalau memang kau nggak suka padanya.. aku juga nggak akan segan-segan lagi,”

“Gambatte!” gumam Aomine.

“Hhh~~ kau ini, coba lah sedikit menanggapiku...” rengek Kise.

Aomine kembali membuka matanya dan menatap Kise. “Coba saja mengalahkannya..” gumam Aomine. “Kalau kau berhasil aku akan mengakhiri kesepakatan kami berdua,”

“Kesepakatan? What do you mean?”

“Kami punya satu kesepakatan rahasia, aku nggak bisa memberitahumu detailnya tapi kau juga nggak boleh memberitahunya kalau kau tahu hal ini dariku... kalau kau bisa mengalahkan (y/n) dan dia memilihmu, aku akan menyudahi kesepakatan kami,”

Kise diam sejenak dan berusaha mencerna kalimat-kalimat Aomine barusan. “Kau ini jahat sekali ya... kalau memang kau nggak suka pada (y/n)-cchi setidaknya jangan manfaatkan dia... hhh, yang benar saja bisa-bisa kau akan menyesal nanti..”. Aomine tak menjawab hanya memberi Kise tatapan kematiannya. “Jja... kalau begitu aku pergi dulu, sayonara..”

Kise tersenyum dan beranjak pergi meninggalkan Aomine. Setelah Kise menghilang dibalik pintu Aomine mendesah pelan.

“Bukannya aku nggak suka...” gumamnya lirih lalu memejamkan matanya lagi.

****

Dua hari telah berlalu sejak Kise mengajakku untuk pergi kencan dengannya. Saat itu ia tampak serius.. tapi sayangnya aku lebih ingin kencan dengan Aomine. Tapi aku tak bisa... ya.. kami nggak bisa!!! Dia pasti akan menolak ajakan kencan dengan sangat keras!!! (T.T)

Hmmm.. kupandangi list dalam kertas panjang itu lalu mendesah pasrah. Aku mendapat tugas untuk membeli beberapa perlengkapan persiapan festival bunkasai nanti. Dalam list itu tertulis banyak sekali barang yang harus dibeli. Hal ini cukup membuatku kerepotan tapi Kise bilang dia akan membantuku, aku merasa sangat terbantu dengan kebaikannya.

“(y/n)!” Minami muncul dikelas dan menghampiriku. “Kita nggak bisa latihan dilapangan karena sepertinya akan hujan,” gumamnya padaku lalu duduk dikursinya yang ada didepanku.

“Yokattaa~~” bahagianya... karena badanku terasa capek sekali. Aku bahkan sampai lupa kalau setelah festival nanti masih harus ikut turnamen lari.

“Jangan senang dulu, kau pikir Kobayashi-san akan membiarkan kita nggak latihan? Dia sudah mempersiapkan strategi baru untuk latihan didalam ruangan,”

“Mati aku...”

Bisa-bisanya pelatih satu itu juga bersikap layaknya setan... seharian ini saja Aomine terus memintaku mengerjakan beberapa pekerjaan yang cukup menguras banyak tenagaku.

Flashback...

Siang hari diatap gedung sekolah, saat istirahat dan waktu untuk makan siang. Aomine mengamati botol jus yang ada ditangannya dengan dahi berkerut. “Aahh... bukannya kau salah beli? Harusnya bukan jus ini... rasanya kan nggak enak... coba cari yang benar...”

Dia memang benar-benar dewa kesengsaraan!

Aku jadi harus bolak balik turun naik tangga sampai dua kali hanya untuk beli jus. Tapi nggak hanya jus!!! Ia bahkan memintaku mengambilkan ini dan itu saat aku sedang rapat osis, bahkan saat aku sedang berada dalam toilet!!!

Dia juga nggak bohong, saat dia bilang nggak akan segan-segan untuk memperlakukanku sebagai pelayan meskipun aku seorang wakil ketua osis dan senpainya. Dia benar-benar total ketika melakukan tugasnya sebagai seorang majikan. Aku memang merasa lelah dan repot saat menghadapi tingkahnya, tapi... entah kenapa aku nggak benci padanya.

Beberapa hari ini langit terus saja mendung, aku dan Kise jadi kesulitan mengatur waktu untuk pergi berbelanja bareng karena hujan selalu menjadi penghalang kami. Tapi.. apa aku harus bilang pada Aomine kalau aku akan pergi dengan Kise..?

Hmmm... sebenarnya sih nggak perlu bilang... karena Aomine pasti nggak akan menanggapinya. Seandainya dia menanggapinya... Damn! Aku ingin tahu, perasaan Aomine...

****

Sore itu hujan deras mengguyur kota, klub lari tak bisa latihan karena track lari basah dan jadi sangat berbahaya bagi para pelari. Kalau tetap memaksakan latihan dalam hujan, terkena demam dan tergelincir jatuh saat lari akan benar benar jadi resiko yang sangat fatal.

Sementara itu di gimnasium basket, suara decit dan gesekan antara sepatu olahraga dan lantai terdengar saling bersahutan, begitu juga dengan suara pantulan bola yang terus bergaung tanpa henti.

“Aomine-kun,” Kapten tim basket SMA Touou, Kosuke Wakamatsu berjalan mendekatinya. “Tumben kau semangat sekali? Kau hampir melibas kami semua tahu..” gumam Wakamatsu sambil mengelap keringatnya dengan punggung tangan.

“Hontou? (Benarkah?), Maaf... aku cuma sedang bosan saja...”

“Bo-bosan, kau bilang?” pekiknya gusar.

“Mhh~~ aku sedang nggak semangat jadi...”

“Kau ini memang benar-benar mengerikan...” gumam Wakamatsu sambil berkacak pinggang. “Minnaa~~” panggilnya, semua anggota basket menoleh padanya. “Ayo semuanya kumpul, aku punya pengumuman penting,”

5 menit kemudian...

“Haaahhh!!!?? Wakamatsu-san kau pasti bercanda kan?!” pekik Ryo Sakurai, ia adalah shooting guard tim basket inti SMA Touou.

Wakamatsu menggeleng. “Nope! I’m so serious!!” Ia kembali meyakinkan anggota basket lainnya tentang ide briliannnya ini. “You know.. it must be so fun!!”

Aomine beranjak dari tempatnya berdiri dan berjalan meninggalkan lingkaran kelompoknya. “Maaf saja tapi aku nggak ikutan,”

Wakamatsu berjengit. “Keinginan ditolak!! Semua anggota akan ikut berpartisipasi!!” pekiknya lagi. “Kau mau kemana, brengsek? Aku belum selesai bicara!!” geramnya.

Aomine menoleh dan menatap Wakamatsu sambil menyeringai jahil. Ia memang sengaja memancing emosi Wakamatsu. “Dakara (sudah kubilang)... aku nggak mau ikut...”

Wakamatsu kembali menggeram sebal. “Apa kau bilang?? Aomine sialan!!! Kembali kau!!! Pokoknya kau harus ikutan!!!” pekiknya, ia mulai mendatangi Aomine dengan maksud untuk mengajaknya berantem tapi Ryo dan anggota lain berusaha mencegahnya.

Aomine pergi meninggalkan gimnasium dan beranjak menuju ruang ganti. Ia mandi dan mengganti bajunya sambil berpikir keras tentang pertemuannya dengan Kise beberapa hari lalu. Dia memang nggak suka pada (y/n) tapi dia juga nggak merasa ‘nggak suka’ ataupun benci ketika gadis itu berada disekitarnya.

Meskipun sedikit banyak ia merasa kalau (y/n) senpai itu terkadang menyebalkan, tapi ia tetap nggak bisa membenci gadis itu. Ini juga bukan karena Aomine jatuh cinta atau mulai suka... dia sendiri juga nggak tahu kenapa dia bisa memikirkan (y/n) senpai sampai seperti ini.

“Cih... mana mungkin aku mau jadi pelayan di Maid Cafe nanti,” gumamnya pelan. Ia mendesah pelan lalu keluar dari ruang ganti dan bersiap pulang.

Saat itu langit sudah mulai gelap dan ia pun beranjak menuju loker untuk menukar sepatu dalam ruangannya dengan sepatu biasa. Ia bisa mendengar suara hujan yang saat itu mengguyur kota dengan sangat deras.

Ia pun kembali teringat kalau ia lupa membawa payung, biasanya disaat seperti ini Momoi-chan akan muncul dan memberinya sebuah payung cadangan. Tapi saat ini Momoi sedang berada di gimnasium dan tidak muncul untuk menghampirinya.

“You’re late,” gumam suara yang sangat dikenalnya.

Aomine menoleh kearah suara itu dan melihat sosok (y/n) sedang berdiri dengan payung ditangan. Ia tampak sedang sibuk mengetik sesuatu di handphonenya sebelum akhirnya menatap wajah Aomine.

“Wahh?? Kau masih disini toh? Kupikir kau sudah pulang duluan,” gumam Aomine dengan suaranya yang berat. Ia mengunci lokernya.

“Hmm.. aku masih ada sedikit urusan disini, jadi... ayo,” (y/n) mengulurkan tangannya pada Aomine. “... kita pulang sekarang?” ajaknya.

Aomine terdiam beberapa detik sebelum akhirnya mendapatkan jiwanya lagi. Ia membungkuk sedikit dan mensejajarkan wajahnya dengan wajah (y/n). “Hmm~~ sekarang kau bersikap manis padaku ya? Padahal tadi siang kau asik berduan dengan Kise kan?” ledeknya.

Damn! Mulai lagi... beberapa hari ini dia selalu bersikap seperti ini.

“Wa-why? A-are you jealous?” balasku. Ia memberiku tatapan kematiannya lalu menegakkan badannya dan beranjak menuju pintu keluar.

“Hmmm... in your dream.. lets go,” ajaknya.

****

Aku hanya membawa satu payung saja. Payung itu memang tidak cukup besar untuk menampung kami berdua tapi setidaknya masih bisa melindungi kami dari hujan... tapi, tetap saja... Aomine itu, badannya tinggi sekali. Tingginya sekitar 193cm dan aku hanya 160cm. Tanganku pasti pegal sekali kalau harus memegangi payung itu tinggi-tinggi selama beberapa puluh menit.

“Mana?” tanya Aomine ia menatapku sambil menyodorkan tangannya sebelum kami masuk dalam siraman air hujan.

“Wa-what?”

“Payungnya.. sini,” pintanya lagi.

No-no way?! It can’t be happen.. right?

Kusodorkan payung itu padanya dan ia menyambut payung itu dalam diam lalu membukanya. “Ayo,” ajaknya sambil menarikku masuk kebawah lindungan payung. Aku hanya bisa berjalan dalam diam disampingnya saat kami masuk dalam siraman air hujan.

Impossible!!!!

“Da-daiki-kun...”

“Hmmm...?”

“What are you doing?”

“Haahh? What did you mean? I don’t understand...” gumamnya lalu menatapku, kupikir ini sangat aneh karena saat ini dia sedang menatapku dengan sorot mata yang lembut.

Bukankah aku pelayanmu.. jadi seharusnya aku yang memayungimu...”

“Tch...” potongnya. “... kau masih mau main yang begituan disaat seperti ini, huh?” tanyanya sambil menatapku bingung. “Stop staring at me like that, baka senpai!”

“Bu-but... It’s really really weird!!”

Kenapa sikapnya jadi lebih hangat dibanding sebelumnya? Padahal selama ini ia selalu mengerjaiku?

“Baka!” bisiknya lagi lalu menarikku kedekatnya. Ia merangkulku erat. “Berhenti mikir yang aneh-aneh, nanti kau kebasahan..” lanjutnya lagi. Te-ternyata bahu dan tasku memang basah terkena hujan. Tak kusangka ia akan memperhatikan hal sekecil ini. “Untuk hari ini saja ya... aku cuma nggak mau kau sampai sakit, nanti aku nggak punya pelayan lagi..” gumamnya pelan.

I-it still feels really weird... but... Thank god... it’s a rainy day  \(///^o^///)/

****
Previous Chapter                     Next Chapter



0 comments:

Post a Comment