Chapter
7
You
think I’m jealous..?
Cast :
Aomine Daiki (Kuroko No Basuke) x Reader
Genre : Drama,
Romance, Mature
Language : Bahasa Indonesia, Japanese, English
Kuroko no Basket Fanfic
Kuroko no Basket Fanfic
Jam telah menunjuk pukul dua pagi dan aku masih berguling diatas kasur
dengan mata terbuka. I can’t sleep!
It
feels like Insomnia..
Aku baru saja menyelesaikan pekerjaan
rumahku dan mengeringkan blazerku yang basah, mencoba untuk bersikap tenang,
tidak memikirkannya dan santai. Calm down, calm down.. aku terus membisikkan
kata-kata itu, hanya sekedar untuk megingatkanku bahwa aku seorang senpai dan
harus bersikap selayaknya. Aku tak boleh merasa sesenang ini!!!
(///>.<///)
Tapi tetap saja... wajah Aomine terus
berkelebat dalam ingatanku. Ini benar-benar buruk.
Kupandangi handphone yang tergeletak
diatas meja belajarku lalu meraihnya. Hal ini selalu terjadi sebelum aku
berangkat tidur, aku selalu mengecek emailku dan memandangi fotonya,
benar-benar kekanakan.
Sejak sibuk dengan kegiatan osis, aku
jadi jarang melihat foto Aomine bahkan tak sempat lagi curhat sama Minami
tentang Aomine. Kalau dia sampai tahu tentang kesepakatanku dan Aomine, dia
pasti akan sangat marah.
“You
such a lucky guy, Daiki-kun... because I love you,”
bisikku tak jelas. Aku nggak bisa mengatakan hal ini padanya, karena dia menyukai
orang lain. Momoi-chan..
Entah kenapa saat ini aku jadi ingin
mendengar suara dewa kesengsaraan itu, tapi sekarang sudah jam dua pagi. Dia
pasti sudah tidur, kalau aku mengganggunya... hmmm.. sepertinya itu bukan ide
yang bagus.
Kuputuskan untuk tidur karena besok
masih akan ada persiapan lainnya. Lagipula aku sudah punya janji dengan Kise.
Saat makan malam tadi Kise meneleponku dan mengajak untuk pergi berbelanja
besok. Kupaksa mataku agar terpejam meskipun otakku masih terus bekerja.
Jam menunjuk pukul 02.45 saat
handphoneku berdering. Kurasa aku baru saja tertidur selama tiga puluh menit.
Kuraih ponsel itu malas-malasan dan memencet tombol menerima telepon.
“Kau
pikir sekarang jam berapa?” gumamku dengan suara berat.
Si penelpon terdiam beberapa saat
sebelum menjawab. “Sorry senpai, kau
sudah tidur ya?” gumam suara berat itu.
Aku pernah mendengar suara ini entah
dimana. Kualihkan ponsel itu tepat kedepan mataku dan melihat nama yang tertera
dilayarnya. Crap!
“Da-daiki-kun?
Na-nani?” seketika saja jantungku berdebar keras.
“Hmmm..
I just...” Ia terdiam, kupikir ia telah memutus telepon itu
seandainya saja ia tak lanjut berbicara. “Aku
cuma mau mengingatkan, jangan lupa membuat lemon madu untukku, kau harus
memotong lemonnya tipis-tipis sebelum merendamnya dengan madu dan jangan lupa
isi onigirinya dengan acar...” gumamnya lalu kembali terdiam.
“Wa-wakarimasuta...
(Aku mengerti..) tapi, bukankah kau sudah memberitahuku dua kali? Tadi sore?”
“Tch...
ya sudah, teleponnya kututup ya...”
“C-chotto
matte!!” cegahku lalu terduduk dikasurku. Bisa kurasakan
wajahku mulai memanas, untung saja Aomine tidak melihatnya.
“Hmm..
nani? (Apa?)” gumamnya lembut.
Kubaringkan tubuhku lagi kekasur dan
tersenyum senang. “Yokatta.. (Syukurlah)”
gumamku lega.
“Hmm?
What happened with you, baka senpai?”
“I’m
glad you call me, I really wanna hear your voice, right now... I can’t sleep,”
gumamku.
Ia terdiam sejenak. “Mmh.. hontou? (benarkah?) bukannya tadi
kau merasa kesal padaku? Lagipula kau tadi sudah ketiduran kan? Jangan bohong,”
Entah kenapa aku terkekeh mendengar kata-katanya. “Hmm.. siapa yang menyuruhmu menertawaiku, huh?” gumamnya lagi.
“S-stop
joking, baka... you hurt my stomach,” gumamku sambil terkikik
geli. Dia hanya mendesah pelan lalu terdiam. “Ja-jadi.. kau meneleponku hanya untuk memberitahuku soal bento?”
“Apa
kau keberatan kalau kutelepon jam segini?”
Entah kenapa aku menggelengkan
kepalaku padahal dia tak melihatnya. “I-it’s
okay.. it doesn’t matter... sebenarnya aku agak insomnia,”
“Kenapa
nggak bisa tidur? Do you need anything or... do you miss me?”
He knows..
Aku terdiam dan memejamkan mataku,
kutarik selimutku agar menutupi seluruh tubuhku lagi. “I don’t know...” gumamku. “maybe...
I feel like... I miss you a lot,”
Ia terdiam dan tak menjawab
pernyataanku. Apa dia marah? Aku tahu ia tak mau mendengar hal-hal seperti
itu.. tapi dia duluan yang mulai kan?
“Damn!”
gumamnya sebal. Ternyata dia memang marah. “It’s
too early for this, baka..” aah harusnya aku memang tidak mengatakannya! “This is weird.. I kind of want to kiss
you.. right now,”
Eh?
“Say
something.. senpai?” gumamnya lagi.
“You’re
annoying!” gumamku.
Ia mendecakkan lidahnya sebal. “Hmm?! What was that?? I know you’re always
like our kissing scene..”
“Shut
up! I’m not!”
“Don’t
lie to me...” gumamnya lalu kami terdiam beberapa saat. “Okay it’s time for child to go to sleep,
just go back to your dream and talk to your pillow.. baka,” gumamnya sebal.
Kupikir ia akan mematikan telepon itu setelah mengatakannya... tapi telepon itu
masih tersambung.
“Daiki-kun..”
“Nan
desu ka? (Kenapa?)”
Mungkin tak apa jika aku mengatakan
ini. “You call me at this late.. do you
feel.. insomnia?”
Ia terdiam lagi dan bisa kudengar
suara napasnya yang teratur. “Probably...
this is because of you..” gumamnya pelan. “Tch.. I just want to make sure you will made a right bento, that’s
all. You need to go back to sleep now senpai, oyasumi nasai~”
Tuut,
tuut, tuut~ He ended the call..
Apa dia merasa malu? Entah kenapa aku
jadi membayangkan wajah Aomine saat malu. Dia tampak sangat lucu. Kurasa aku
akan tidur dengan nyenyak malam ini, aku sudah tak sabar ingin melihatnya besok
pagi.
“Oyasumi
nasai (selamat malam)~ Daiki-kun..”
****
Siang
itu disekolah...
Aku sudah berjalan mondar mandir selama
lima menit dilorong gimnasium. Entah apa yang ada dalam pikiran Aomine saat
ini, tiba-tiba saja ia memintaku membawakan bentonya ke gimnasium. Gosh! Apa
yang sedang ia rencanakan? Kuharap bukan sesuatu yang mengejutkanku.
“Senpai?”
Tegur suara yang hampir membuat
jantungku melompat dari tempatnya. Kupandangi gadis berambut pink yang berdiri
didepanku itu dengan perasaan kalut. “Mo-momoi..”
“Woah,
senpai kau sedang menunggu seseorang ya?” tanyanya dengan
ekspresi ingin tahu. Sepertinya ia baru saja keluar dari dalam gimnasium. “Apa perlu kupanggilkan dia? Apa kau mencari
Kazuhara senpai? Sebentar ya akan kupanggil,” gumamnya lalu beranjak
membuka pintu gimnasium.
Dengan cepat kutangkap lengannya. “Chotto matte!!” pekikku tertahan, ia
menatapku bingung. Segera kulepas peganganku dilengannya. “Ah, bukan sih... hmm, sebenarnya aku Cuma kebetulan lewat... kalau
begitu aku akan pergi sekarang,” aku hanya bisa tersenyum padanya. Geez...
tak mungkin kubilang padanya kalau aku sedang mencari Aomine.
Pintu gimnasium kembali terbuka dan
segerombolan anggota tim basket keluar. “Ah,
kalian mau kemana?” gumam Momoi saat melihat teman-temannya.
Diantara pria-pria kekar penuh
keringat itu aku melihat Aomine sedang mengeringkan keringatnya dengan handuk. Gosh!! Kenapa dia harus muncul disaat
seperti ini?
“Hari
ini Wakamatsu ingin kita melakukan persiapan untuk bunkasai, jadi latihan
dipercepat, pelatih juga sudah setuju,” jawab Ryo.
Aomine berjalan melewati Momoi dan Ryo
Sakurai, ia berjalan mendekatiku sambil terus menggosok kepalanya dengan
handuk. Ia menatapku dingin. “Apa kau
membuatnya dengan benar?” gumamnya padaku.
Kusodorkan bento itu padanya, ia langsung
meraih bento itu lalu memeriksa isinya. Momoi dan Ryo beranjak mendekati
Aomine. “Dai-kun! Jangan mengganggu
senpai! Kembalikan bento itu padanya!”geram Momoi.
Aomine sedang mengunyah lemon madunya
saat berbalik menatap Momoi. “Apa
maksudmu? Aku nggak mengganggunya kok,” gumamnya lalu menelan lemon
madunya.
Momoi dan Ryo tampak terkejut, dengan
cepat mereka memberiku tatapan penuh pertanyaan. Aku hanya bisa membalasnya
dengan senyuman pasrah. Momoi tampak ingin mengatakan sesuatu. “Ka-kalian berdua...”
“Pacaran
ya?”
sambung Ryo dengan ekspresi riang.
“Chigaimasu!”
gumamku cepat.
“Tapi
senpai..”
“Kami
nggak pacaran!” gumam Aomine. “Mana mungkin aku pacaran dengan cewek dada rata sepertinya,” lanjutnya lagi. Geezz.. dia mengatakannya
dengan sangat jelas. “Tapi... lemon madu
dan onigiri buatannya cukup enak, tidak seperti Momoi dia bisa memasak makanan
enak,”
“Ugh!
Dai-kun!! Kau tidak boleh bicara seperti itu tentang senpai, tahu!”
geram Momoi lagi.
“Memangnya
kenapa? Toh dia tak marah.. aah aku tahu, kau pasti cemburukan?”
gumam Aomine menggoda Momoi dan pernyataannya cukup membuat Momoi gusar hingga
membuat mereka berdebat.
Apa yang kupikirkan sih? Aku tak boleh
cemburu pada Momoi meskipun aku sangat ingin.. mereka sudah lama bersama jadi
aku harus membiasakan diri melihat adegan ini.
Sepertinya Aomine tak merasa canggung
memperlihatkan ‘kedekatan’ kami pada teman-temannya. Kalau begitu aku juga
harus bisa menyesuaikan diri setidaknya ia tidak mengatakan pada mereka kalau
aku adalah ‘maid’nya.
“Amaaiiii
(manis)~~ Arigatou anata (makasih sayang)~~”
pekik Ryo girang sambil mengunyah lemon madu yang disuapkan Aomine padanya. Ia juga
menjejalkan sepotong lemon madu kemulut Momoi. Gadis itu tampak malu namun ia mengunyah lemon madu itu dengan
perasaan malu sambil terus mengomel.
“Senpai
lemon madu buatanmu enak juga, Momo-chan sepertinya kau harus belajar dengan
senpai bagaimana cara memasak yang benar,” gumam Ryo dengan
mulut penuh.
“Huh?
Momoi nggak akan bisa bikin yang begini, aku selalu sakit perut setiap makan
bekal buatannya,” gumam Aomine.
Geezz.. sepertinya aku memang
benar-benar cemburu, aku hanya bersikap bodoh kalau bilang tidak. Tapi...
Aomine tertawa senang dan ia terlihat lebih santai dibandingkan sebelumnya,
kurasa hanya ini yang bisa kuharapkan.. kalau memang dia merasa bahagia seperti
ini, aku nggak bisa minta banyak. Entah kenapa aku malah ikut tersenyum. Baka! Seharusnya
aku segera pergi dari sini.
“Jja~
kalau begitu aku pergi dulu ya.. masih ada yang harus kukerjakan,”
gumamku dengan suara ceria lalu beranjak menjauhi mereka, aku harus segera
pergi dari sini sebelum api cemburu membakarku. Setidaknya ia menikmati bento
buatanku, bagiku itu sudah lebih dari cukup.
“Oi!”
Aomine? Kuhentikan langkahku dan berbalik
menatapnya.
“Dai-kun!
Kau harus sopan pada (y/n) senpai! Bisa-bisanya kau memanggilnya dengan sebutan
‘Oi’!!” protes Momoi.
“Nani?” gumamku.
Ia memberiku tatapan tajam itu lalu
tersenyum iseng. “Kalau aku sampai sakit
perut setelah memakan ini.. kau akan dapat hukuman!” gumamnya.
“Hah!!”
pekik Ryo dan Momoi kaget. “Beraninya
kau bilang begitu!!” geram Momoi.
Geezz!! Dia ini memang bisanya bikin malu
saja!!
“Ah,
kuanggap saja kau sedang bilang makasih,” gumamku lagi, ia
tersenyum lebar dan melambaikan tangannya padaku. Huh! Bisa-bisanya dia
membuatku salting disaat seperti ini, kalau begini terus.. aku akan semakin
menyukai Aomine.
Gosh! Aku... wakil ketua osis dan
seorang senpai. Saat ini sedang jatuh cinta pada adik kelas yang menjadikanku ‘maid’nya.
Mungkinkan aku ini benar-benar bodoh.. bisa-bisanya kubiarkan diriku diperbudak
oleh adik kelasku sendiri. Tidak.. bukan ‘mungkin’ lagi.. aku pasti benar-benar
bodoh.
****
Sejak hari itu tak ada perubahan yang
berarti, ia masih saja tetap menjadi dewa kesengsaraan yang kejam.
“Kau
lama sekali tahu,” gumamnya sambil mengambil botol air minuman
ion yang kusodorkan padanya. “Aku sudah
haus banget,” lanjutnya lagi lalu meminum air itu. Ia baru saja selesai
berlatih basket dan aku masih bisa mendengar suara decit sepatu didalam
gimnasium.
“Kau
ini.. aku langsung berlari kemari setelah rapat selesai hanya untuk mengantar
botol ini untukmu, tahu,” protesku dengan napas terengah-engah.
Ia menatapku dengan dead glarenya. “Kau ini kan maidku jadi jangan banyak
protes,” gumamnya lalu menyodorkan botol minuman itu padaku. “Apa kau membuatkan lemon madu lagi?”
tanyanya.
“Iya,”
kukeluarkan bento itu dari dalam tasku dan menyodorkannya padanya. “Aku sudah buatkan porsi yang lebih banyak
dari kemarin.. apa kau yakin ingin menghabiskan semuanya sendirian?”
Aomine mengambil bento itu dan
memeriksa isinya. Hari ini dia hanya minta dibuatkan lemon madu dan tidak ingin
dibuatkan yang lain. “Tentu saja... apa
kau ragu padaku?” gumamnya sambil mengunyah lemon madu dimulutnya.
Kazuhara dan Ryo keluar dari dalam
gimnasium dan bisa kulihat wajah Ryo langsung tersenyum cerah saat melihat
wajahku, ia langsung mendekat dan menghampiri kami berdua diikuti Kazuhara.
“(y/n)?
Sedang apa kau disini? Bukankah kau harusnya rapat osis?” tegur
Kazuhara.
Sial! Disaat seperti ini justru
Kazuhara yang muncul. “Ah.. rapatnya
baru saja selesai jadi aku mampir kesini sebentar..” balasku. Kazuhara
terdiam dan menatapku curiga.
“Senpai,
kau membuat lemon madu lagi ya?” gumamnya ceria. Aku hanya
bisa memberinya senyuman lebar dan anggukan kepala, aku tak tahu mau bilang apa
saat Kazuhara menatapku seperti itu.
“Aku
nggak akan membagimu, kau tahu!” gumam Aomine sambil
memukul jari Ryo yang tadinya akan menyentuh lemon madu itu. Ryo meringis lalu
dengan cuek mencomot lemon madu yang luput dari penjagaan Aomine.
Kazuhara mengerutkan dahinya
sepertinya ia sedang menganalisis sesuatu. “Tumben
kau bikin yang beginian?” gumamnya sambil menatapku ingin tahu. Kutelan liurku
dengan susah payah.
“Sepertinya
senpai sedang belajar masak jadi dia membiarkan kami mencicipi makanan
buatannya.. benarkan (y/n) senpai?” gumam Aomine dengan
ekspresi licik diwajahnya. Kuanggap saja ia sedang membantuku mencari alasan.
“Yah,
begitulah... aku memang sedang belajar masak,”
gumamku tak yakin. “Ah, kalau begitu silakan
dinikmati aku harus pergi sekarang..”
“Kau
jadi pergi ke Shibuya siang ini?” potong Kazuhara. Aomine
memicingkan matanya padaku.
“Iya..
aku harus membeli beberapa perlengkapan untuk persiapan bunkasai nanti,”
“Kau
pergi sendirian..?” gumam Aomine.
“Begitulah,
hanya mencari beberapa barang saja sih..”
“Aku
bisa menemanimu, latihan kami sudah selesai kok,”
gumam Kazuhara ia meraih tanganku dan melihat jam yang ada dilenganku. “Aku bisa bolos dan menemanimu ke..”
“Nggak
perlu!” tolakku sambil menjauhkan tanganku darinya. “Aku nggak mau kau bolos pelajaran karena pergi menemaniku,”
Kazuhara tertawa dan menyentil pelan
dahiku. “Aku nggak keberatan kok! Lagian
kau juga secara nggak langsung sedang bolos kan,” gumamnya tersenyum lebar.
Kupijat pelan bekas sentilan Kazuhara sambil menatap Aomine, kulihat ia sedang
menatapku dengan ekspresi tampak tak perduli sambil menikmati lemon madunya, ia
sedang melap madu yang menetes di bibir dengan jempolnya.
“Nggak
perlu! Daijoubu.. aku bisa pergi sendiri kok,”
tolakku lagi dan Kazuhara kembali protes, ia tampak kecewa.
Aku beranjak meninggalkan mereka
bertiga dan segera pergi menuju loker sepatu, saat sedang mengganti sepatu
dalam ruangan dengan sepatu luar ruangan, dering ponselku membuatku terkejut. Kuraih
ponselku dan melihat nama yang tertera dilayar ponsel itu.
Aomine?! Kenapa dia menelepon? Pasti dia
ingin protes yang aneh-aneh lagi..
“Moshi-mosh..”
“Kau
dimana?”
“Lo-loker..”
“Yosh!
Jangan pergi dulu.. aku akan segera ketempatmu..”
potongnya. Lalu terdengar bunyi tuut, tuut.. Damn! Kenapa sih dia selalu menutup
teleponnya begitu saja?
0 comments:
Post a Comment