Saturday 6 February 2016

[My Dilemma] Chapter 4 - The only one who can beat me (Aomine Daiki x Reader)

BY Unknown IN No comments




Cast       : Aomine Daiki (Kuroko No Basuke) x Reader
Genre   : Drama, Romance, +18yo
Language : Bahasa Indonesia, Japanese, English
Kuroko no Basket Fanfic 

Chapter 4
 The only one who can beat me is... part 1

Kamisama!!! Gimana caranya agar aku bisa menang melawan Aomine dalam pertandingan basket????

“Syaratnya mudah sekali, senpai cukup memasukkan satu tembakan saja dan aku hanya akan menjaga..” gumamnya menjelaskan dengan kedua tangan berada dalam kantung celananya. “Kalau senpai berhasil melewati pertahananku.. akan kukabulkan apapun permintaan senpai dan aku juga akan menjawab pernyataan senpai dengan lebih serius...”


“Tapi kalau aku gagal?”

“Kau harus jadi pelayanku sampai hari kelulusanmu nanti..”

Dengan susah payah kutelan air liurku. Mungkinkah aku telah jatuh cinta pada setan?? Kenapa dia bisa sejahat ini??

“Bagaimana?”

“Kalau aku menolak?”

Ia terdiam menatapku dengan dahi berkerut.

“Senpai harus melupakan semua yang terjadi diantara kita dan jangan pernah muncul dihadapanku lagi.” gumamnya pelan lalu beranjak membelakangi ring basket. “Kita berdua sudah sejauh ini kan? Akan lebih lega kalau kau bisa menyelesaikan permainan ini kan?”

Bukankah aku tak punya pilihan? Apa aku harus melupakan Aomine? Kupikir beberapa hari ini kami berdua mulai semakin dekat dan aku semakin bisa mengerti sifat aslinya yang benar-benar buruk. Aku juga tak tahu kenapa aku malah bertahan dan semakin menginginkan Aomine ada didekatku.. seandainya saja dia orang yang lebih flamboyan.

Khayalanku melayang jauh dan disana ada Aomine Daiki dengan segala sifat pangeran yang mengagumkan seperti dalam film dan juga anime shoujo.

#Imajinasi

Prince Aomine : “Kau terlihat pucat sayangku.. sebaiknya kau istirahat dalam pelukanku, aku akan memberimu obat yang kusebut... cinta!!”

Devil Aomine : “Shorty... your lips look so pale, cold and lonely.. come here I would put a special lipstick on your lips..”

Prince Aomine : “Sayangku... kau bagaikan bulan yang selalu menyinari malam-malam kelamku,”

Devil Aomine : “Just shut down the light shorty... dark place is really good for playing some funny freaky stuff,”

Damn!! Kenapa seringai jahil Devil Aomine selalu membayangi senyum manis Prince Aomine??

“Oi? Kau mau atau tidak? Satu jam lagi kita pulang dan harus berangkat sekolah,” suara Aomine kembali menyadarkanku.

Kuhirup napas dalam-dalam lalu mengambil keputusan.

“Be calm okay?”

“Don’t worry. Aku akan memakai 5 persen kekuatanku saja, lima menit cukup?”

Tch! Dia benar-benar meremehkanku!

****

                Perlahan kuhentakkan bola basket itu kelantai dan ia mulai memantul. Kucoba untuk menstabilkan dribble-an bolaku dan ternyata sulit sekali. Aku memang juara dalam turnamen lari tapi tak kusangka bola yang tadinya ada ditanganku bisa memantul sendiri ditempatnya saat aku telah mulai beraksi dan berpindah tempat.

                “Pfftt!!!”

        “Stop laughing!!!” pekikku sebal saat Aomine berusaha menahan tawanya sambil memegangi perutnya.

                Aku tahu ini tak akan mudah. Kuambil lagi bola yang berguling itu dan mencoba mendriblenya lagi, menstabilkannya dengan gerakanku. Saat sudah merasa lebih percaya diri kucoba untuk mendrible melewati Aomine dan mendekati ring. Bola itu mulai memantul cepat dan menyesuaikan dengan ritme gerakanku. Kini aku mulai terbiasa dengan bola itu dan bersiap untuk menembak... tepat, saat Aomine mencuri bola itu dariku.

                “Come on!! Kau harus lebih berusaha!” gumamnya lalu menembakkan satu poin kedalam ring yang ada diwilayahku. Shot itu tidak dihitung tapi cukup untuk menurunkan semangatku.

                Aomine tak suka orang yang lemah dan mudah menyerah! Aku tahu itu!! Sigh~~ aku sangat kuat kalau berlari, tapi kuakui aku benar-benar bodoh dalam basket (T.T)

                “Tenang saja, yang tadi itu baru pemanasan setelah ini aku akan lebih serius,” gumamku padanya. Ia hanya menatapku dengan gaya meremehkan.

                “Ooh.. begitu?”

                Aomine melempar bola itu padaku, dengan setengah panik ku tangkap bola itu. Calm down, calm down, aku bisa melakukannya. Ku drible lagi bola itu dan melesat cepat namun teratur, berkat latihan lari yang rajin tubuhku jadi terasa ringan dan lebih mudah bergerak. Namun dengan Aomine berjaga dibelakangku membuatku kesulitan mencari celah untuk menyelip diantara tubuh tinggi kuatnya.

                Ada satu celah pertahanan Aomine yang terbuka tepat disebelah kirinya. Aku sudah menduga kalau dia memang sengaja membuat celah itu dan membiarkanku lewat dengan mudah. Meskipun aku tahu dia sengaja melakukannya tapi tak ku sia-siakan kesempatan itu dan segera berkelok kesisi Aomine.

                Responnya melemah dan aku pun segera berlari mendekati ring dan mengambil ancang-ancang untuk melakukan shot. Aku tak terlalu tahu banyak tentang gerakan menembak, yang penting asal masuk saja. Bola itu terlepas dari tanganku dan melayang menuju ring, aku tahu bola itu akan masuk meskipun lemparanku hanya asal-asalan.

                Hanya saja... tak kusangka bola itu kembali terhempas ketanah dengan kerasnya saat Aomine memblokir shot dengan lompatan tingginya. Damn! Padahal dia bilang hanya akan memakai 5 persen kekuatannya saja tapi menurutku dia sedang menggunakan 30 persen kekuatannya.

“See?” gumamnya lagi tampak puas. “Ayo, tinggal dua menit lagi!” lanjutnya sambil menatap jam tangannya lalu melempar bola padaku.

Hanya karena ingin mendengar jawaban jujurnya tentang pernyataan cintaku, aku sampai harus melakukan hal seperti ini. Bahkan Aomine terlihat sangat menikmati detik-detik akhir kekalahanku, tentu saja... dia akan berhasil membuat seorang wakil ketua osis menjadi seorang pelayan.

Damn! Kenapa ceritanya jadi mirip Kaichou wa maid-sama sih???

Bola itu terlepas lagi dari tanganku saat Aomine menyentaknya. Bola itu menggelinding keluar dari lapangan. Bisa kulihat raut wajahnya yang sangat puas. Aku pun beranjak untuk mengambil bola yang menggelinding itu. Saat sedang membungkuk untuk mengambil bola kulihat seseorang ikut membungkuk dan meraih bola itu.

“Ini..” gumamnya sambil tersenyum manis lalu menyodorkan bola itu padaku. Dia sangat tampan dan manis, rambutnya berwarna blonde terang dan ia terlihat seperti seorang model.

“Arigatou,” jawabku, ku akui aku sedikit terpana saat melihat sosoknya. Kuambil bola itu darinya.

“Sedang berlatih sendiri ya?” tanyanya lagi. “Sepertinya kau juga suka basket?”

Chigaimasu!! Aku lebih suka lari daripada harus tanding basket melawan Aomine. Aku pun tersenyum karena sikapnya padaku sangat ramah. “I-iya.. begitulah,”

“Aku bisa membantumu latihan kalau kau mau?” tawarnya.

“Tidak perlu, aku sedang bersama...”

“Oi!” Suara Aomine bergaung dibelakangku. Ku lihat ia baru saja sampai didekatku.

Cowok yang ada didepanku itu menoleh pada Aomine. “Aominecchi?” gumamnya lalu tersenyum. Hah? A-aomi-necchi~~??

“Tch, kenapa lama sekali sih?” gumam Aomine padaku.

“Aku sedang mengobrol dengannya,” jawabku. Aomine menatap cowok blonde itu dan dia tampak terkejut.

“Kise...” gumam Aomine pada cowok itu. Ia kembali menatapku lalu dahinya berkerut sebal. Ia memegang bahuku lalu membalik badanku, menepuk punggungku pelan, menyuruhku pergi. “Tunggu aku didalam..” gumamnya.

Aku pun berjalan pelan menjauhi mereka, aku ingin menguping pembicaraan mereka. Kudengar Aomine menyebut cowok itu dengan sebutan Kise dan ia tampak sebal saat Kise memanggilnya dengan sebutan Aominecchi~

Saat kembali ke lapangan kuputuskan untuk latihan menembak sambil menunggu Aomine kembali. Shotku memang tidak bagus dari tiga tembakan hanya satu yang berhasil masuk, itu pun bolanya masih berputar dipinggiran ring.

Akhirnya pertandingan kami jadi tertunda karena munculnya Kise. Saat sedang memantulkan bola ke lantai, kulihat Aomine kembali beranjak mendekati tiang ringnya diikuti Kise.

“Ayo!” gumam Aomine ia mulai mengambil kuda-kuda. “Waktunya sudah habis, jadi akan kupermudah, kau hanya perlu melakukan satu shot saja, aku tak akan melakukan pertahan, hanya block!”

“Kalian sedang apa sih?” tanya Kise sambil duduk dibangku dan mengamati kegiatan kami.

“Kami sedang bertaruh,” jawab Aomine.

“Sudah siap?” tanyaku pada Aomine. Ia menggerakkan tangannya dan tersenyum jahil. Aku pun mengambil kuda-kuda untuk menembak. Bola itu terlepas dari tanganku dan melayang menuju ring, bola itu memantul dibibir ring dan menggelinding kedekat kaki Kise.

Aomine menatapku dengan dead glarenya. “Ayo! Sekali lagi...” gumamnya lagi.

Kulap keringat yang mengucur di pelipisku dengan punggung tanganku. Kise beranjak dari duduknya dan memungut bola itu, ia mendekatiku. “Mau kuberitahu cara mengalahkan Aominecchi?” gumamnya padaku.

Eh? Mengalahkan Aomine?

“Oi Kise jangan menggodanya!” gumam Aomine sambil berkacak pinggang ia tampak tak suka.

“Memangnya kau bisa mengalahkan dia?” gumamku tak percaya.

“Mochiron! (Tentu saja!), Mudah sekali,” Kise tersenyum manis lalu menyodorkan bola itu padaku, ia beranjak kebelakang punggungku dan bisa kurasakan panas tubuhnya di punggungku. “Yang bisa mengalahkan Aomine hanya dirinya sendiri, kalau kau melawannya sendirian kau tak akan bisa menang. Tapi kalau aku membantumu.. kita bisa mengalahkannya bersama-sama,” Ia memegang kedua tanganku dan membantuku mengarahkan bola itu ke ring. Aomine menatap kami tanpa ekspresi.

Saat itu aku sedang menatap Aomine yang terdiam tak bergerak ditempatnya ketika bola basket yang telah melayang karena bantuan Kise itu berhasil masuk kedalam ring dibelakangnya. Aku tak tahu kapan sebenarnya bola itu melayang!

“Ma-masuk?” gumamku tak percaya.

“Cih, Aominecchi~ harusnya kau memblock tembakan barusan kan?” protes Kise.

Bola itu memantul dibelakang Aomine. Kudorong tubuh Kise dariku lalu beranjak mengambil bola yang menggelinding. Kise sedang tersenyum menatapku saat melihatku berjalan mendekatinya lagi. “Thank you Kise kun,” gumamku.

“K-kun?” gumam Kise bingung.

Kuambil kuda-kuda dan bersiap untuk melakukan tembakkan lagi, ini adalah shot terakhirku. Aku tak bisa minta bantuan Kise karena ini pertandingan antara aku dan Aomine, jadi... aku harus fokus... aku ingin mendengar jawaban Aomine.

****

Bola itu melesat dari jari-jariku dan melayang diudara lalu mengarah pada ring yang sedang dijaga Aomine sedetik kemudian kurasa aku akan berhasil dan bola itu memantul dipinggiran bibir ring... lagi.

“Aku kalah,” gumamku pada diriku sendiri.

Aomine mendesah pelan lalu membungkuk mengambil bola yang menggelinding didekatnya ia beranjak mendekati ku yang sudah duduk diatas bangku dan sedang mencoba mengeringkan bajuku yang mulai basah. Hawa pagi itu sudah tidak sedingin tadi.

“Tch.. padahal Kise sudah membantu senpai kan... pakai acara pegang-pegang tangan romantis segala lagi,” gumam Aomine.

“Ba-baka! Aku gagal memasukkannya karena memang nggak bisa main basket kan!” balasku padanya.

“Jadi kau senpainya Aominecchi?” tanya Kise, ia terduduk disebelahku. “Perkenalkan, aku Kise Ryouta,” serunya sambil mengulurkan tangan padaku. Kusambut uluran tangannya dan menyebutkan namaku.

Ini adalah perkenalan pertamaku dan Kise, sifatnya sangat bertolak belakang dengan Aomine yang mirip berandalan. Ia benar-benar terlihat bagai malaikat disiang bolong.

Setelah mengobrol selama beberapa menit Kise pun pamit pergi. Ia meninggalkanku dan Aomine berdua dilapangan itu. Kami memutuskan untuk beritirahat lebih lama. Tak kusangka Aomine akan menyetujui dan beralih untuk duduk disebelahku. Ia bersandar santai pada punggung bangku taman itu.

“Jadi?” sambung Aomine.

“Sesuai kesepakatan aku akan jadi pelayanmu sampai hari kelulusanku nanti,” gumamku padanya lalu menyilangkan tanganku didada lagi. Tiba-tiba hawa menjadi dingin lagi, kulihat Aomine tampak tenang dan tidak kedinginan sedikitpun. Benar-benar bukan manusia.

“Lalu... bagaimana dengan statusmu..?”

“Maksudmu? Jabatan wakil ketua osis?” tebakku. Aomine mengangguk lalu menatapku lagi. “Tak perlu ada yang tahu tentang ini kan? Lagi pula sebentar lagi aku akan melepas jabatan itu, jadi kesepakatan ini rahasia, paham?”

“Jadi kau tidak keberatan? Kau terlihat sangat yakin, kau tahu aku tak akan bersikap lunak padamu meskipun kau senpaiku kan?” lanjutnya lagi.

Tentu saja aku keberatan! I-iya juga sih... aku tahu sekali soal itu. Jadi maid-nya Aomine pasti bukanlah hal yang mudah. Contohnya saja pagi ini, padahal aku ingin tidur lebih lama karena klub lari sedang libur latihan, tapi aku justru berakhir dilapangan ini dengan tubuh yang kecapekan dan kedinginan.

Sebenarnya aku hanya ingin mendengar pernyataan Aomine, tapi... sepertinya memang mustahil. Aomine mungkin memang lebih menyukai Momoi-chan, makanya dia selalu menolakku.

“Oh ya!” gumamku sambil merapikan rambutku. “Kalau kau jadi majikan, artinya kau tidak boleh jatuh cinta pada pelayanmu ya...” Aomine tidak menjawabku. “Kalau begitu aku juga nggak boleh jatuh cinta padamu kan? Ah, tapi aku sudah jatuh cinta duluan, gimana ya.. aku sudah sadar sejak awal, mana mungkin dia mau pacaran denganku.



Aomine menyampirkan jaketnya padaku hingga jaket itu menutupi kepalaku dan setengah wajahku, aroma tubuhnya tiba-tiba langsung memenuhi hidungku. “Pakai jaket ini pelayan,” gumamnya.

Cih! Kalau dia tidak pakai jaketnya dia bisa sakit kan! “Kau ini.. sudah kubilang aku nggak apa-ap...”

“Urusai-na.. (Berisik)” bisiknya sebal. Saat kulihat wajahnya dengan jelas dari balik bayangan jaket itu, detik berikutnya bisa kurasakan bibir Aomine yang hangat menempel lembut dibibirku dan matanya tertutup. Ia merangkulku dengan lengan kirinya yang bebas dan membiarkan jaket itu tetap menutupi kepalaku. Ciuman itu begitu lembut dan ia tidak melakukannya dengan kasar seperti sebelumnya.

Beberapa detik kemudian ia menjauhkan bibirnya dariku, meninggalkan rasa basah dan lembab disana, namun wajah kami berdua hanya terpisah lima senti saja. Aku bisa merasakan hembusan napasnya yang hangat menerpa kulitku.

“Seharusnya kau tidak boleh menciumku kan?”

“Siapa yang bilang aku tak boleh menciummu..huh?” bisiknya.

“Tapi..”

“Shut up!” bisiknya dengan nada kesal. “Lemme taste your sweet lips.. senpai,” Ia kembali menciumku dan merangkulku lebih erat.

Kamisama, sepertinya... aku memang jatuh cinta pada sosok bad Aomine.

**** 
Thank you for coming! I hope you like it :)

Previous Chapter                    Next Chapter


0 comments:

Post a Comment