#Warning!! Language filter!!
Cast :
Aomine Daiki (kuroko no basuke) x reader
Genre :
Drama, Romance
Chapter
2
I’ve
told you, senpai! (Aomine Daiki x Reader)
Hari
Pertama training camp...
Entah sudah berapa kali
aku bolak balik menatap layar ponselku. Kemarin saking senangnya aku jadi melupakan
sesuatu. Kenapa aku bisa lupa minta emailnya Daiki-kun???
Aku hanya bisa mendengus pasrah.
“Ini
sudah kesekian kalinya kau mendesah kecewa seperti itu, lagi ngeliatin apa
sih?” protes Minami
yang duduk disebelahku. Kami sedang berada dalam bus pagi yang berangkat menuju
kamp pelatihan. Ia mencoba mengintip layar poselku tapi segera kujauhkan benda
itu darinya.
“N-nothing!”
“Kemarin
kau kelihatan senang sekali sampai menyuruhku pulang lebih dulu, sekarang saat
duduk disebelahku kenapa malah kelihatan sedih? Apa kau mulai membenciku?”
“It’s
not like I hate you! Kau tahu aku tak mungkin membencimu, kan?” balasku. Minami adalah sahabatku
yang paling dekat. “Aku baik-baik saja,
jangan khawatir..”
“Hmm..
pasti karena Daiki-kun lagi kan?”
Aku hanya bisa tertawa getir mendengar tebakannya yang tepat sasaran.
Saat ini klub lari
sedang mengikuti kegiatan training camp diluar sekolah selama tiga hari. Kami
akan pergi kedaerah pegunungan dan melakukan latihan dialam terbuka. Sebulan
lagi akan ada turnamen lari, jadi kami akan mulai latihan intens.
Sebenarnya aku tak ingin
mengingat kejadian kemarin, hanya saja... sepanjang jalan penuh pohon yang saat
ini dilewati bus membuatku teringat pada sosok Daiki-kun yang kemarin berada
sedekat itu denganku, entah kenapa sosoknya selalu berkelebat dalam ingatanku
dan membuatku merasa malu luar biasa.
Aku benar-benar ingin
tahu keadaan Daiki-kun apa dia juga memikirkan kejadian kemarin sama sepertiku?
****
Di
sekolah pagi hari...
Aomine Daiki, seperti
biasa ia datang ke sekolah lima menit sebelum bel masuk. Tak ada yang spesial,
ia mengikuti mata pelajaran dikelasnya dan mengerjakan seluruh soal mata
pelajaran hari itu dengan hasil hampir benar semuanya. Ternyata ia termasuk
murid yang cerdas.
Jam istirahat ia
mengobrol santai dengan teman-temannya sambil membicarakan Horikita Mai, artis
cewek favoritnya yang baru-baru ini melakukan foto shoot terbaru. Tak lama
kemudian ia terlihat sedang mengobrol dengan Momoi-chan.
Sementara
itu di kamp pelatihan ...
“Semua
yang sudah mendapat kelompok silakan membentuk barisan, rute akan segera
dibagikan kepada ketua kelompok!” pekik
pelatih lariku, Kobayashi-san.
Kami semua berkumpul
sesuai kelompok masing-masing, kali ini aku tak satu kelompok dengan Minami. Ia
ada dikelompok 3 sementara aku dikelompok 2. Manajer kami membagikan selebaran
kertas petunjuk rute latihan hari itu.
Kami akan segera memulai
rute untuk berlari mendaki pegunungan.
Di
sekolah siang hari...
Aomine Daiki pergi
keatap sekolah tepat setelah istirahat kedua, ia menatap sekeliling atap yang
sepi itu lalu mulai mendaki tangga menuju atap ruang penyimpanan yang lebih
tinggi. Seperti biasa ia akan tidur siang disana.
Di
kamp pelatihan sore hari...
“(y/n)!!”
Kulihat Minami
melambaikan tangan padaku saat kelompokku muncul dijalan poros menuju camp
setelah menelusuri bagian dalam pegunungan. Aku pun berlari mendekatinya.
“Aahh,
rutenya sulit sekali...”
gumamku sambil memegangi lututku yang mulai lelah. Minami menyodorkan sebotol
minuman ion padaku. “Thank’s”
“Setelah
ini kita harus masak untuk makan malam,” lanjut Minami sambil membaca ulang jadwal hari
pertama. “Sebaiknya kau dan kelompokmu
laporan dulu ke Kobayashi-san, sebelum kita pergi berbelanja,”
“Aaahhh~~”
“Jangan
‘ah’ saja.. ayo cepat!” Minami
menarikku agar mengikuti langkahnya.
Di
sekolah sore hari...
Aomine Daiki duduk
termenung diatas atap lalu mengecek ulang jam tangannya, tak lama kemudian
Momoi-chan datang dan memarahinya lagi karena terlambat datang ke gimnasium
untuk latihan basket.
“Aomine-kun!
Ayo kita segera pergi, jangan bolos latihan terus!!” pekik Momoi-chan dari bawah tangga.
“Tch...
kau ini cerewet sekali sih... berisik tahu!” balasnya dingin.
Di
kamp pelatihan malam hari...
“Aaahhh~~
oishiiiii~~” pekik
Minami. Minami mulai mencomot beberapa masakan diatas meja yang baru saja
selesai kumasak.
“Mina-cchin,
berhenti! Senpai datang!!”
pekik teman-temanku yang lain, mencoba menghentikan Minami yang sibuk mencomot
makanan.
Kelompok kami kebagian
jadwal masak untuk hari pertama. Sementara kelompok lainnya mengerjakan tugas
lainnya, untuk tiga hari kedepan kami akan mengerjakan semua tugas secara
bergiliran
Hari pertama di kamp
pelatihan berhasil kami lalui dengan selamat. Kami baru saja selesai mandi
dipemandian air panas dan sedang menggelar futon empuk. Aku tak sabar ingin
segera tidur dan benar saja... tubuh dan otakku benar-benar sudah sangat lelah,
aku tak bisa memikirkan hal lain lagi.
Kutatap layar ponselku
dan membuka galeri foto, seperti biasa secara refleks tanganku mencari-carai
gambar Daiki-kun, aku tak pernah punya kesempatan bagus untuk mengambil fotonya
secara diam-diam. Tapi yang paling menyedihkan... aku justru memfoto poster
basketnya.
****
Hari
Kedua...
Di
kamp pelatihan pagi hari...
Kami bangun pagi-pagi
sekali dan langsung sarapan sebelum melanjutkan rute lari yang selanjutnya.
“Hari
ini kita akan melakukan pemanasan penuh, dua kali lipat lebih berat dibanding
biasanya..” Minami
kembali mengamati lembaran jadwal hari kedua.
“Ahh,
hari ini aku melewati rute yang kau lewati..” gumamku sambil melihat rute jelajah hari itu.
“Pemandangannya
bagus sekali lho... tapi kau harus mendaki beberapa bukit kecil sebelum
mencapai bendera,” jelasnya.
Terdengar bunyi peluit
yang menandakan kami harus segera berkumpul. Minami segera beranjak dan aku
berjalan mengikutinya sambil memeriksa ponselku lagi, tak ada apapun disana
selain jam dan gambar wajahku dan Minami yang sedang menatapku balik dari layar
ponsel.
“(y/n),
tak ada ponsel yang boleh aktif saat menjelajah,” tegur Kobayashi-san, aku pun
menyimpan ponselku lagi.
Di
sekolah pagi hari...
Aomine Daiki datang
lebih pagi kesekolah.. hal ini aneh.. dan ia terlihat sedang berdiri didepan
gerbang sambil mengecek ulang jam tangannya. Tak lama kemudian Momoi-chan
datang dan mengajaknya agar masuk kedalam lingkungan sekolah. Tanpa banyak
bertanya ia pun berjalan mengikuti Momoi-chan.
Di
kamp pelatihan tengah hari...
Rute hari itu cukup
sulit dan tubuhku terasa lebih lelah dibandingkan hari pertama. Apalagi kami
harus melakukan pemanasan dua kali lipat lebih berat dibanding biasanya.
Seperti kata Minami sebelumnya.. pemandangan pegunungannya sangat indah tapi
aku masih harus terus bergerak dan tak bisa menikmati pemandangan itu
seutuhnya.
Di
sekolah menjelang sore hari...
Aomine Daiki seperti
biasa bersantai diatas atap, kali ini ia tidak tidur tapi ia sedang membaca
majalah dewasa sambil mengamati lapangan latihan dibawah sana. Tak ada
pergerakan berarti, hanya sekumpulan anggota klub sepak bola dan klub tenis
yang sedang memakai lapangan untuk kegiatan klub mereka.
“Aomine-kun!!!”
“Iya-iya...
aku pergi...”
Aomine bangkit dan melempar majalah dewasa itu pada Momoi-chan yang datang
untuk menjemputnya pergi latihan basket. Momoi-chan menangkap majalah itu
panik.
Di
kamp pelatihan malam hari...
“Aaaaahhh~~
aku nggak sanggup lagi~~”
gumamku pada Minami. Kakiku rasanya hampir mati rasa.
Minami berguling diatas
futonnya dan mulai membuka lembaran jadwal untuk esok hari. “Waahh... besok
kita bisa sedikit lega, setelah sarapan kita akan kembali ke sekolah dan
melanjutkan latihan di track dengan beberapa rintangan."
“Ah!
Benarkah??”
Minami menatapku curiga. “Kenapa kau senang sekali?” gumamnya
ingin tahu.
“Tidak
kok...” lagi-lagi
Minami hampir membaca pikiranku.
“Tapi
tetap saja... latihan kita sama beratnya dengan sebelumnya, Kobayashi-san nggak akan segan-segan untuk menyiksa kita,” lanjutnya
lagi.
“Soalnya
semester ini terakhir kalinya kita ikut turnamen sebelum fokus pada ujian akhir
kan?”
“Tapi
bukankah kita mendapat rekomendasi universitas? Kau tidak mau mengambil
kesempatan itu?”
“Entahlah..
aku belum memikirkannya lagi...”
Kami terdiam lama sampai
akhirnya pintu bergeser terbuka. Teman sekamar kami Annie menyeruak masuk dan
menarik selimut dari tubuh kami berdua. “Mine-cchin!!
(y/n)-cchin!! Ayo keluar, mereka sedang membuat api unggun dan masak
barbeque!!”
****
Hari
Ketiga...
Tepat pukul 09.00 Semua
anggota klub lari telah masuk kedalam bus yang akan berangkat lima menit lagi.
“Aaahh~~” gumam Minami, aku yang saat itu
sedang menatap layar ponsel langsung segera menjauhkan benda itu dari Minami. “..lagi-lagi kau menatap foto poster
itu...” lanjutnya sambil mengunyah snack cumi-cumi kering.
Di
sekolah saat istirahat pertama...
Aomine Daiki berjalan
pelan sepanjang koridor lantai dua. Sosoknya terlihat mengerikan dan auranya
juga tampak tidak baik. Ia berhenti didepan pintu kelas tiga-dua dan beberapa
anggota basket yang ada dikelas itu rupanya mengenal Aomine mereka pun langsung
mendekatinya.
“Aomine
? Ada apa?”
“Hmm,
aku mencari (y/n) senpai, apa dia ada?”
“Hahh??” senpai itu langsung melirik kedalam
kelasnya dan mencari-cari. “Sepertinya dia
tidak masuk lagi..” senpai itu kembali menatap Aomine. “Kenapa kau mencari dia?”
“Kalau
dia muncul tolong beritahu kalau aku ingin buat perhitungan dengannya,”
“Haaahh??”
****
Kami
harus menghabiskan waktu selama lima jam berada dalam bus sebelum akhirnya
sampai di sekolah. Selama didalam bis aku dan Minami menghabiskan waktu kami
untuk berkaraoke bersama teman-teman se klub lalu tertidur dikursi
masing-masing karena kelelahan.
Saat
bus kami tiba di sekolah, aku langsung beranjak pergi meninggalkan teman-teman
klubku.
“Mina..
Aku harus ke ruang osis,”
gumamku pada Minami. “Ada beberapa hal
yang harus kuurus,”
“Baiklah,
kalau begitu kami tunggu di kafetaria ya?” balas Minami. “Jangan
sampai telat untuk latihan nanti sore,”
“Okee,”
Kami berpisah dan aku
pun menyusuri koridor yang berlawanan dengan teman-teman klubku. Selain ikut
klub lari aku juga menjabat sebagai salah satu anggota osis dan hari ini kami
akan mengadakan rapat untuk festival kembang api yang akan diadakan dua minggu
lagi. Festival ini juga kegiatan yang akan terakhir kali kukerjakan disemester
ini sebelum masa aktifku berakhir.
Aku ingin sekali melihat
Daiki-kun, dia sedang apa ya?
“(y/n)
san!”
Kulihat teman sekelasku
memanggil dan ia berlari menghampiriku, saat itu koridor sedang sepi karena
sudah masuk jam pelajaran.
“Kazuhara-san?”
“(y/n),
kau darimana saja?”
“Ah,
aku ikut kamp pelatihan kami baru saja kembali.. sekarang aku harus ikut rapat
osis, kau darimana?”
“Aku
dari toilet, oh ya... Aomine-kun mencarimu..”
Aomine
Daiki mencariku??
“Kau
punya masalah apa dengannya?”
“Masalah
apa? Tidak ada?”
“Tch,
lalu kenapa dia bilang ingin buat perhitungan denganmu?”
“Apa
maksudmu? Perhitungan apa?”
“Entahlah,
dia tidak memberitahuku... tapi sebaiknya kau tidak terlibat dengannya, kau kan
wakil ketua osis. Jja.. aku harus kembali ke kelas..” Kazuhara berlalu meninggalkanku sendirian
dikoridor.
Apa maksudnya dengan
membuat perhitungan?
****
Kata-kata Kazuhara
sukses membuatku tidak fokus dengan rapat hari itu, untung saja ini masih rapat
awal jadi kami hanya membicarakan tentang pembagian tugas dan masalah dana
saja. Kenyataan kalau Daiki-kun mencariku, hal itu membuatku sangat senang
tapi... mengingat tentang ‘perhitungan’ yang kudengar tadi, aku sama sekali
tidak tahu masalah apa yang telah kuperbuat padanya.
Rapat osis berakhir
sepuluh menit sebelum latihan track sore ini. Dengan cepat aku segera beranjak
menuju lantai paling atas gedung, berlari menaiki tangga secepat mungkin dengan
berkas ditangan dan tas berat masih tersanggul dibahu.
Kuharap ia ada di atap
gedung, seperti biasa sedang tidur siang menjelang sore yang telah jadi
rutinitasnya, seperti yang sering ia lakukan.
“Daiki-kun??” pintu menuju teras itu menjeblak
terbuka tapi tak ada siapapun disana. Kuputuskan untuk mencarinya di atas atap
gedung penyimpanan tapi ia tak ada. Kenapa Aomine tidak ada? Seharusnya dia
masih ada diatap dan tertidur pulas kan?
Gimnasium!
Kuputuskan untuk
mencarinya ke gelanggang basket, tempat ia dan teman-temannya biasa latihan.
Hal ini tentu saja membuatku terlambat muncul di track lari, tapi aku ingin
memastikannya.
Saat berjalan sepanjang
koridor menuju ruang latihan basket, aku bisa mendengar derap kaki dan decitan
sepatu yang bergesek keras dengan lantai. Rupanya mereka sedang latihan. Aku
berdiri selama beberapa menit didepan pintu gimnasium dan tidak berani masuk
kedalam.
Apa yang harus
kukatakan? Apa kubilang saja kalau kami pacaran? Tch.. tapi tidak ada pernyataan
pasti kalau kami jadian... hmmm... lalu kalau masuk dan tiba-tiba mengganggu
latihannya nanti aku dikira stalker... Argh!!
Pintu gimnasium terbuka
dan Kosuke Wakamatsu, kapten tim basket Touou pun muncul. Ia menatapku sejenak,
bingung. “Ah, wakil ketua osis? Sedang
apa disini?”
“T-tidak, aku hanya... kebetulan lewat,”
“Hmmm? Apa.. kau ingin menemui seseorang?”
gumamnya lagi sambil melap keringat dilehernya dengan handuk.
“Tidak aku cuma kebetulan le...”
“Apa kau ingin melihat latihan kami?”
serunya lagi sambil menggamit lenganku dan menarikku masuk kedalam gimnasium.
Aku tak bisa mencegahnya dia sangat kuat. “Mereka
sedang latihan untuk mengikuti turnamen selanjutnya,” gumam kapten tim saat
aku telah berdiri disebelahnya. “Hey
guys!” pekiknya, suaranya bergema dalam ruangan dan permainan basket
terhenti lalu semua mata menatap pada kami.
Disana!
Aomine Daiki! Ia memberiku tatapan tajam penuh dendam. Yang benar saja... apa
dia benar-benar marah??
“Wakil ketua osis sedang melakukan
inspeksi, berlatihlah lebih serius!” pekiknya lagi. Semua anggota tampak
mengerti dan kembali melanjutkan latihan mereka. Tapi Daiki-kun masih memberiku
tatapan kematiannya.
“Kau tak perlu mengatakannya kan? Sudah
kubilang aku hanya kebetulan lewat..” gumamku pada kapten tim.
Ia
tersenyum dan memperbaiki letak kacamatanya lalu membungkukkan sedikit tubuhnya
kearahku dan berbisik. “Aku melakukannya
supaya mereka lebih serius latihan,” gumamnya pelan.
Kami
terus mengobrol beberapa menit, kapten tim touou memang the best, dia terus
saja bicara tanpa henti. Aku sampai bingung memikirkan cara untuk kabur
darinya. Terpaksa kugunakan jurus pamungkas ‘harus pergi ke klub’ supaya bisa
kabur. Kalau tidak dia pasti akan terus bicara. Aku pun berhasil kabur dan
segera menutup pintu gimnasium dibelakangku dan langsung mendesah pasrah saat
memikirkan reaksi Aomine Daiki... tampaknya dia memang benar-benar kesal
padaku. Apa sih yang sudah terjadi selama aku pergi??
Decit
suara pintu gimnasium terbuka kembali dan mengagetkanku, seharusnya aku segera
pergi dari tempat itu sebelum Wakamatsu-san kembali muncul.
“Oi!”
Suara
itu... aku berbalik dan melihatnya, ia berdiri disana.
“Daiki-kun..?”
Aomine
berjalan pelan mendekatiku, ia tampak sangat berkeringat. “Kenapa senpai kemari?” tanyanya.
“Hmm.. Kazuhara-san bilang...
kau ingin buat perhitungan denganku?”
Daiki
tidak menjawab pertanyaanku, dia hanya diam sambil mengelap keringat dilehernya
dengan handuk kering.
“Hhhh.. Kenapa malah diam saja? Yasudah,
kita bicarakan lain kali saja, kau harus kembali lati...” Daiki menyambar
tanganku dan menarikku agar segera mengikuti langkahnya. “Hei! Kau mau bawa aku kemana??”
“Urusai! (Berisik!) Sudah diam dan ikut saja,”
Ia
membuka pintu ruangan lain dan menyeretku masuk kedalam lalu menutup pintunya.
Aomine mendorong tubuhku kepunggung pintu lalu menciumku dengan paksa. “Daiki..” berkas-berkas yang kupegang
jatuh berserakan dilantai saat ia menekan bahuku dengan jari-jari besarnya.
Ciuman itu hampir sama seperti ciuman pertama kami, aku juga bisa mencium
campuran aroma keringat dan cologn yang ia gunakan, bajunya yang basah menempel
ditubuhku.
“Dai.. stop!”
“I can’t wait anylonger..” bisiknya.
Aomine
kembali membungkam bibirku dengan bibirnya, membuatku kesulitan bernapas dengan
ciumannya yang kasar. Kurasakan lidahnya mencoba menerobos bibirku dan mengisi
ruang kosong itu, ia memainkannya lembut lalu kasar silih berganti. Aku tak
bisa menolaknya saat kurasakan tubuhku kehilangan energi, entah sejak kapan aku
pun jadi ikut membalas ciumannya dan mengikuti ritme Aomine. Ia berhasil
membuatku tidak bisa berpikir jernih. Kalau ada orang yang melihat ini, maka
habislah karirku sebagai wakil ketua osis.
Aomine
mulai menghentikan ciumannya dan menjauhkan bibir dan lidahnya dariku. Aku
hanya bisa diam sambil menatap wajah dinginnya lalu berusaha menarik oksigen
secepat mungkin kedalam paru-paruku. Kalau saja dia tak menghentikan ciuman
ini, mungkin aku akan kehabisan napas.
“Na-nani kangatenno..?(Apa yang kau pikirkan sih?)” gumamku pelan sambil mengelap
bibirku yang basah dengan punggung tanganku lalu memberinya tatapan sinis.
“Mana ponselmu?” pintanya sambil
menengadahkan tangannya padaku.
“Untuk apa?”
“Pinjam,”
Kuserahkan
ponselku padanya, ia pun membalikkan badannya agar membelakangiku dan langsung mengutak-atik
ponselku. Kulihat kertas-kertas yang telah bersebaran dilantai itu, yang benar
saja, aku harus menyusunnya kembali.
Terdengar
suara file berhasil terkirim dari ponselku. “Kau sedang apa?” tanyaku sambil membungkuk membereskan kertas yang
berhamburan. Ia berbalik dan berjongkok didekatku tak lama kemudian terdengar
suara bunyi jepretan dari ponselnya. “Hei!
Barusan kau memotretku ya?”
“Tidak,” gumamnya sambil terus
mengutak-atik ponselnya dan tersenyum licik.
“Tch... berkasku jadi berserakan semua, kau membuatku harus menyusun ulang semuanya lagi,” gumamku sebal.
“Gomen-gomen..” balasnya lalu mulai
membantuku memungut kertas-kertas itu dan menyerahkannya padaku.
“Jadi, kau ingin buat perhitungan apa?”
tanyaku lagi.
Ia
menatapku dan membantuku berdiri. “Sebentar
lagi latihanku selesai, setelah itu kita bisa pulang sama-sama..” gumamnya menghiraukan
pertanyaanku dan beranjak untuk membuka pintu.
“Hei kau belum memberitahuku! Daiki-ku...”
Kecupan
kilat dibibirku itu berhasil membungkam mulutku dan membuatku terdiam. “Bukannya barusan sudah kuberitahu.. shorty?” bisiknya
sambil tersenyum licik.
0 comments:
Post a Comment