Sunday 17 January 2016

Chapter 2 - Professor's Secret (Nightclub)

BY Unknown IN 3 comments





#Warning! Cerita ini berisi konten yang sedikit berbahaya untuk reader dibawah usia 18yo :)

Cast : Levi Ackerman x Reader, Genre : Drama & Romance
Professor’s Secret (Night Club!) Ch.2

Lima menit yang lalu kau pergi dari kantor Levi dengan perasaan kesal dan marah luar biasa, tapi sekarang kau justru telah berada didepan pintu kantornya lagi. Crap! Kau merasa kesal dengan dirimu sendiri karena teledor telah melupakan tasmu yang tertinggal dalam kantornya.


Perlahan kau mengangkat kepalan jari-jarimu dan setelah dua menit berlalu akhirnya kau pun memutuskan untuk mengetuk pintu kantor Levi lagi. Ketukan pertama itu menggema dikoridor yang sepi, tak lama setelahnya terdengar suara benda jatuh dari dalam kantor Levi dan tak lama pintu itu terbuka. Levi terlihat sedikit kacau.

“Are you okay, sir?” tanyamu, sekedar berbasa-basi.

“I’m fine,” jawab Levi sambil mengelus kepalanya, ia menatapmu lalu melihat jam tangannya. “Bukankah, seharusnya kau sudah pulang?” komentarnya lagi.

“Aku lupa mengambil tasku,” jawabmu singkat.

Levi mengerutkan dahinya lalu menatap kedalam ruangan. Kau bisa melihat tasmu tergeletak rapi diatas meja kerja Levi. “Ah.. itu? Ambil saja..” gumamnya santai. Ia membuka lebar pintu kantornya dan mempersilakanmu masuk.

Kau masih kesal padanya karena ia menciummu dan masih merasa takut masuk kedalam ruangan itu, tapi tampaknya Levi tidak perduli dengan perasaanmu dan ia hanya menatapmu dingin. Tanpa banyak berpikir lagi kau pun masuk kedalam ruangannya dan berharap bisa segera pergi dari ruangan itu.

Tasmu tampak baik-baik saja dan kau memeriksa ulang isinya, ternyata isinya masih lengkap didalamnya ada buku yang dipinjamkan Levi untukmu dan juga ponsel yang kau cari dari tadi.

“Ada yang hilang?” gumam Levi tepat didekatmu. Kau berjengit kaget saat mendengar suaranya yang terdengar sangat dekat denganmu. Kau pikir dia akan menyerangmu lagi dan kau pun mundur beberapa langkah menjauh darinya sambil memeluk erat tas yang kau pegang.

Levi menatap wajah ketakutanmu yang berusaha terlihat tegar lalu menaikkan satu alisnya, meminta jawaban. “T-tidak ada yang hilang.. aku akan pergi sekarang sir,” gumammu lagi lalu beranjak pergi.

“I’m sorry!” gumam Levi, setengah berteriak, tepat saat kau akan keluar dari dalam kantornya dan membuka pintu. Kau tahu ia sedang meminta maaf mengenai ciuman itu.

Kau tidak berbalik untuk menatapnya karena mulai merasa kesal lagi. “It’s okay.. nevermind,” gumammu.

“Semoga... hal itu tidak mengganggu proses belajarmu..”

What? Tidak mengganggu? Tentu saja hal itu sangat mengganggu! Kau jadi tak bisa konsentrasi belajar jika merasa ketakutan saat berdua saja dengan Profesor bahasa Jermanmu yang ternyata seorang psiko.

“I hope so..” gumammu pelan lalu membuka pintu.

Pintu itu terdorong kuat dan meninggalkan bunyi keras saat menimpa tubuhmu. Kau merasa sakit luar biasa dibagian wajahmu saat akhirnya mendengar suara keras profesor Hanji memenuhi ruangan Levi.

“Ah!! (y/n)!! Are you okay?? Did I hurt you??” pekiknya nyaring mendorong tubuhmu dan ia langsung mengamati wajahmu yang tampak kesakitan.

“I-I’m okay, miss..” gumammu dengan tubuh sempoyongan. Kau sedang memegangi wajahmu saat merasa seseorang menarik tanganmu dan membawamu menuju sofa.

“Duduklah,” gumam Levi, ia melepaskan pegangannya ditanganmu lalu duduk diatas meja sofa dan menarik tanganmu yang sedang menutupi wajah. Ia sedang mengamati wajahmu dan kau bisa melihat ia tampak khawatir. “Tch...” decak Levi sambil melempar tatapan kematiannya pada Hanji.

“Is she okay, shorty?”

“You broke her nose, stupid idiot glasses ,” gumam Levi dingin.

“Oh my frankenstain!!”

Hanji tampak panik lalu ia mendekatimu namun Levi bangkit dan menarik Hanji agar menjauh. “Kau! Duduk disini saja,” titah Levi.

“What’s the problem?? Aku ingin mengobatinya, shorty! Dia berdarah!!” pekik Hanji saat Levi menyuruhnya untuk duduk dibelakang meja kerjanya. Membuatmu berada jauh dari Hanji.

“Biar aku saja,” gumam Levi sambil berjalan menuju lemari tempat ia menyimpan kotak P3K. “What are you doing in here?” tanyanya kemudian.

“Aku mencarimu dari tadi, ada sesuatu yang ingin kuberitahu...”

Levi berjalan mendekatimu dengan kotak P3K ditangannya. Ia mengeluarkan beberapa peralatan lalu mulai mengobatimu. “Bukankah kau bisa meneleponku saja?” gumam Levi kesal. Kau meringis kesakitan saat Levi membersihkan lukamu. “It’s okay.. rasanya memang sedikit sakit, jadi kau harus menahannya sebentar,” gumamnya padamu sambil menotol lukamu dengan kapas yang telah dilumuri alkohol.

Kau sedikit terkesima saat mendengar kata-katanya yang menurutmu terdengar sangat aneh. Levi tak mungkin bersikap lembut padamu.

“Aku sudah meneleponmu berkali-kali tapi kau tidak mengangkatnya! Makanya aku kesini, tak kusangka aku justru mendapatimu berdua dengan (y/n), apa kalian sedang melakukan sesuatu saat aku datang dan menginterupsi kalian berdua?” tanya Hanji tersenyum lebar ingin tahu.

“What do you mean? It’s not your bussiness,” gumam Levi, ia telah selesai membersihkan lukamu dan sedang mencari plester dalam kotak P3K.

“Kau tidak ingin memberitahuku, kalau kalian berdua akhirnya pacaran?” tebak Hanji lagi. Kau langsung menggeleng kuat saat mendengarnya, Levi yang akan menempelkan plaster kehidungmu langsung mengerutkan kening.

“Tch, glasses berhentilah mengerjainya... aku harus menempelkan plester ini,” gumam Levi sambil memegangi kepalamu agar berhenti bergerak.

“Hmmm... ternyata kau ini memang lamban sekali, shorty!” gumam Hanji, ia beranjak dari kursi Levi dan duduk disebelahmu, mulai menanyaimu pertanyaan seputar luka dan rasa sakit. Levi telah selesai mengobatimu dan tampak sangat prihatin saat mengamatimu sebelum akhirnya beranjak pergi lalu menyimpan kotak P3K kedalam lemari.

“Kau sudah boleh pergi dan jangan lupa memeriksa lukanya di klinik,” gumam Levi padamu sambil menyilangkan tangannya didada. Kau merasa lega luar biasa karena akhirnya bisa segera pergi dari neraka ini.

Ah!!! (y/n) apa kau sibuk?” tanya Hanji.

Sebenarnya kau ingin pergi menemui teman-temanmu di Avenue, tetapi setelah semua kejadian ini kau hanya ingin segera pulang keapartemenmu, mandi air hangat lalu tidur. “Ti-tidak juga sih, tapi...”

“Ah!!! Baguslah!! Kalau begini, total anggotanya jadi pas!” pekik Hanji. “Ayo!!” Hanji menarik tanganmu agar mengikutinya pergi.

“Glasses! Biarkan dia pergi!” gumam Levi lagi.

Namun Hanji hanya menghiraukan Levi dan kau sendiri tak bisa menolak profesormu yang kini sedang menarikmu pergi keluar dari ruangan Levi. “Shorty!! Kita berangkat pakai mobilmu!” pekik Hanji sambil melambaikan kunci mobil Levi yang ada ditangannya.

“Shit, you better watch your ass, glasses.. give me the key!”

****

Kau akhirnya berada dalam mobil Levi dan duduk dikursi belakang dengan perasaan bingung. Hanji sama sekali tidak memberitahumu kemana kalian akan pergi. Ia sedang berbicara panjang lebar menjelaskan penelitian anehnya pada Levi yang hanya diam mendengarkan ocehannya.

Kau mengamati puncak kepala Levi dan takjub padanya karena mampu bertahan mendengar semua ocehan Hanji. Mereka berdua tampak sangat cocok walaupun akan sedikit terlihat aneh jika melihat mereka berdua punya hubungan khusus.

Apakah mereka sudah lama berteman? Kenapa Levi tak pacaran saja dengan Hanji? Shit! Kenapa sekarang kau justru jadi memikirkan hubungan mereka berdua? Bukankah itu bukan urusanmu? Kau kembali merasa sebal dan memutuskan untuk mengalihkan pandanganmu keluar kaca mobil.

Cuaca malam itu tampak sangat dingin, karena kau bisa melihat orang-orang berjalan lalu lalang ditrotoar sambil mengenakan jaket tebal mereka. Kau baru sadar bahwa jaketmu tidak cukup tebal untuk bertahan diluar sana. Dalam hatimu kau merasa sedikit beruntung karena bisa berada dalam mobil Levi.

“Dimana tempatnya?”

“Diperempatan itu kau belok kanan,” Levi mengarahkan mobilnya mengikuti instruksi Hanji. Ia membelokkan jalur mobil kekanan. “Yak, masuk kegedung ini dan parkir dibasementnya,” seru Hanji. Levi mengikuti instruksinya lagi.

“Tempat apa ini?” tanya Levi. Ia memarkir mobilnya dibasement dengan sangat hati-hati.

“Ah.. parkir saja dan ikuti aku..”

“Kau tahu... aku merasa sedikit curiga padamu..” gumam Levi. Ia mematikan mesin mobil lalu melepas seat beltnya. “(y/n) apa kau baik-baik saja?” tanya Levi padamu. Seketika kau menatapnya dan mengangguk tegang.

“Come on (y/n)!! Hurry up!!” ajak Hanji. Ia telah keluar dari mobil dan menarik tanganmu agar mengikutinya. Dengan setengah hati kau pun berjalan mengikuti Hanji, ia menggandeng tanganmu erat.

“Tch, bisakah kau tidak memegangi tangannya seperti anak kecil?” gumam Levi, ia berjalan dibelakangmu dan Hanji.

Hanji berbalik dan menatap Levi dengan sigap ia mengalungkan tangannya kepinggangmu. Membuatmu sedikit berjengit. “Why? Bukankah kami berdua terlihat cocok?” gumam Hanji lagi. Kelakuan aneh Hanji membuatmu ingin mendorongnya jauh-jauh darimu. Tapi kau tak bisa, dia dosenmu lagipula dia perempuan jadi kau tak terlalu mempermasalahkannya. Setidaknya yang sedang merangkulmu saat ini bukan Levi.

Shit! Kenapa kau masih memikirkan tentang Levi, kau harusnya tidak membayangkan ia sedang merangkul pinggangmu seperti yang dilakukan Hanji saat ini.

“Tch... kau akan membuatnya ketakutan..”

“Hmm... wanita dan wanita memang tidak mungkin sih ya?” gumam Hanji sambil menatapmu. Kau hanya tertawa garing menanggapi kata-katanya. Kalian telah berada didepan pintu lift dan Hanji menekan tombol lift keatas. “Shorty! Apa kau mau menggantikan posisiku?” lanjutnya lagi. Pintu lift terbuka dan Levi beranjak masuk lebih dulu melewati kalian berdua.

“Jangan merencanakan sesuatu yang aneh-aneh..” gumam Levi lalu menekan tombol pintu menutup saat kalian bertiga telah berada dalam lift.

****

Pintu lift itu terbuka dan hingar bingar musik langsung menyambut kalian bertiga. Kau merasa kaget luar biasa dan tak menyangka bahwa Hanji akan mengajakmu pergi ke pub. Kau melihat kearah Levi dan ia tampak baik-baik saja, seolah sudah terbiasa.

“Ayo! Sebelah sini!” ajak Hanji, ia menarik tanganmu lagi dan kalian bertiga berjalan menembus kerumunan orang-orang yang sedang menari. Entah apa yang terjadi nanti, kau sama sekali tak bisa membayangkannya. Kau tak ingin tahu rencana Hanji selanjutnya. “Oke, lewat tangga ini!” pekik Hanji berusaha mengimbangi suara musik yang keras. Kau dan Levi terus berjalan mengikuti langkah Hanji.

Tangga itu menuju keatas dan kalian akhirnya tiba dipuncak. Hanji menunjukkan sebuah kartu pada para penjaga yang kemudian mempersilakan kalian bertiga masuk kedalam sebuah koridor dalam.

Koridor itu hanya diterangi cahaya remang-remang dari lampu yang ada didinding-dinding yang terhias mewah. Kau langsung tahu bahwa kartu yang ditunjukkan hanji pada para penjaga tadi adalah kartu anggota VIP. Kau benar-benar tak menyangka hal ini sama sekali. Dosen-dosenmu suka pergi ketempat yang menurutmu sangat berbahaya. Kau kembali memikirkan kemungkinan psiko lainnya, apa mungkin Hanji akan melelangmu pada orang-orang yang tidak kau kenal?

“Apa kau pernah ketempat ini?” tanya Hanji padamu. Koridor itu tampak sepi hanya beberapa orang yang terlihat berlalu lalang bersama pasangannya.

“Umm.. aku pernah mendatangi klub bersama teman-temanku tapi untuk tempat semewah ini...”

“Shorty ini juga pertama kalinya kau pergi ketempat ini kan?” pekik Hanji.

“Yeah.. Aku tidak tertarik dengan tempat seperti ini, lagi pula ada hal lain yang lebih penting yang harus kulakukan,” gumam Levi cuek.

“Oh.. lalu kenapa sekarang kau ada disini? Kenapa kau berubah pikiran?”

“Tch... bukankah kau menyita kunci mobilku? Jangan pura-pura lupa..”

“Ah! Karena kau sudah mengantar kami berdua kalau kau ingin pergi sekarang, tidak apa-apa kok,”

“Tch.. Kenapa sekarang kau mengusirku?”

“Bukankah kau ingin pergi karena ada urusan yang lebih penting? Bukankah harus membersihkan toilet apartemenmu lagi? Atau... kau khawatir pada (y/n)?”

“Hoo, seems like you need to clean up your dirty ass (mulut) hole, huh?”

Hanji hanya menghiraukan Levi dan ia membuka sebuah pintu tepat disebelah kirinya. Pintu itu terbuka dan didalamnya ada profesor Erwin, profesor Mike, profesor Auro dan profesor Nanaba, lalu ada dua orang pria yang tidak kau kenal. Mereka menyambut kedatangan kalian bertiga dengan sorak sorai, kau bisa mencium bau alkohol dalam ruangan itu.

“Oi Hanji! Kau benar-benar membawa barang bagus ya!” pekik salah satu pria yang  tidak kau kenal, ia sedang mengamatimu dari puncak kepala hingga ujung kaki.

Shit!! What the hell was going on???

3 comments: