Saturday 5 November 2016

Mystic Messenger : My Sweet Fiancee #Part 02 [Zen x MC]

BY Unknown IN No comments




#Part2
My Sweet Fiancee~

Karakter : Zen (Mystic Messenger by Cheritz) x MC
Language : Bahasa Indonesia (Mix)
Picture : Cheritz
Genre : Romance, Mature, Smut~

Bonus Song : Reader chan~ ^^ aku lagi suka banget sama lagu ini lho, kalau kalian suka lagu korea coba deh klik ini dan dengerin lagunya, karena lagu ini sedang booming mungkin kalian sudah dengar, tapi meskipun ‘sama’ lagu ini beneran ‘beda’ kok. Kalau kalian buka web ini lewat Pc mungkin sudah dengar langsung diplaylist laguku, tapi kalau bukanya lewat android pasti ga bisa dengerin ya [beneran ini bukan promote jualan ^^’ kalian juga bisa download lagu ini gratis- kalau berminat-]

PS : Sekilas info yah ^^ reader chan yang baik hati jika usiamu telah 18+ saya persilakan lanjut membaca dan mohon untuk yang masih dibawah 18+ saya harap kebijaksanaannya untuk tidak rebel ;3 dan kembali lagi kepage ini dilain waktu;). Cerita ini mengambil setting diluar indonesia jadi... mohon kebijaksanaan ketika membacanya agar tidak dipraktekkan didunia nyata [ambil hikmahnya saja;)], wkwkwk. Sekali lagi terima kasih sudah mampir ^^

#Part 2

“Zen!!!”

Seorang gadis yang sangat cantik dan menarik menerobos masuk kedalam ruang istirahat. Ia langsung menghampiri Zen yang tengah sibuk bermain dengan ponselnya, ia sedangasyik chatting dengan teman-teman RFA nya.

Zen terkejut saat melihat gadis cantik itu tiba-tiba duduk disebelahnya. “Zen, apa kau baik-baik saja?” tanya gadis itu tampak khawatir. “Kulihat kau langsung turun dari panggung padahal fan meeting belum selesai,”

“I-Iya..” gumam Zen gugup, para staf dan teman artisnya menatap Zen dengan wajah malu-malu. “Hmm... kau kan?”

“Erika! Aku fansmu!” gumamnya ceria sambil menggamit lengan Zen.

“A-aku tahu kau Erika... kau kan sangat terkenal,” gumam Zen gugup. “Kau fa-fans ku?”

“Tentu saja! Aku suka aktingmu! Aku fans beratmu...” serunya lagi lalu menyandarkan kepalanya dibahu Zen.

“Erika, tolong jangan seperti ini... tapi terima kasih, tak kusangka artis terkenal sepertimu menjadi fansku,”

“Huh? Memangnya kenapa tak boleh begini?” tanya Erika sambil menatap sekeliling ruangan yang banyak orangnya. Meskipun tampak tak perduli, Zen tahu kalau mereka semua mengamati dirinya dan juga Erika.

“Nanti akan ada yang salah paham...” jawab Zen dengan senyuman lebar sambil menarik tangannya dari pegangan Erika ia memundurkan duduknya agar sedikit menjauh dari gadis itu.

****

Lagi.

Ponselku bergetar lagi.

Didepan sana Mr. Kim masih berbicara sementara aku hanya bisa menatap layar ponsel yang berkelap kelip tergeletak diatas meja. Itu adalah panggilan ketiga yang kuabaikan. Panggilan itu dari....

“Zen, what’s wrong? Apa kau baik-baik saja?” bisikku saat berhasil menyelinap keluar ruangan.

Tunanganku, Hyun Ryu atau yang biasa publik kenal dengan nama Zen. Dia adalah seorang aktor musical yang terkenal dengan wajah tampan dan akting yang bagus. Karena ketampanannnya ia jadi sering narsis sendiri ^^

“Babe, aku baik-baik saja kok ^^, aku ingin menemuimu dan memberitahu sesuatu yang penting apa kau masih sibuk?”

“Ah, sebenarnya rapat masih berlangsung... suaramu terdengar senang, apa sesuatu yang baik sedang terjadi?”

“Hmmm... Yes babe!! Yes!! Karena kau sedang sibuk I’ll tell you later... oke?”

“Kenapa tidak sekarang saja?”

“Aaaahh!! Aku ingin memberimu kejutan >///<, lagipula aku ingin memelukmu saat menceritakannya... oh! Babe ada telepon masuk! Dari produser aku akan menerimanya dulu, maaf aku menyela waktu rapatmu, beritahu aku ketika rapatnya selesai oke? Aku akan segera menemuimu, muaahh~”

Telepon itu pun terputus. Seperti biasa, jika itu menyangkut produser dan pekerjaan dia akan langsung mengakhiri panggilan apapun. Aku cukup penasaran dengan kata-katanya barusan, kira-kira kejutan apa yang dia maksud?

Baru saja duduk dikursiku dan meletakkan ponsel diatas meja, tiba-tiba ponsel itu bergetar lagi kali ini bukan panggilan telepon tapi sebuah pesan dari Zen. Bukankah tadi dia bilang produser sedang meneleponnya? Apa mereka sudah selesai bicara? Padahal belum ada lima menit berlalu sejak panggilannya yang terakhir. Segera kubaca pesan itu.

“I miss you babe... see you soon ^^ send me some kiss please?”

Smsnya membuatku senyum-senyum sendiri, meskipun narsis dia tetap saja cute. “I miss you too Zenny ^^” balasku.

Sedetik kemudian pesan lainnya masuk. “Where is my kiss :* babe? >,<”

“Sorry babe... I can’t kiss you right now ^^”

“*^* haaahhh?! Why?!? People can’t see your messages right?”

“NO! I MEAN... I cant kiss you ‘right now’”

“ :3 uuugghhh... can’t wait to see you >,< I miss you so bad, just call me then ok? Producer is yelling on me now, see you later chagiya~”

Diakhir pesan ia mengirim banyak stiker XOXO dan aku tahu ketika dia melakukannya artinya dia sedang berada dalam mood yang baik. Sepertinya aku terlalu memikirkan mengenai situasi awkward yang terjadi antara Zen dan Mr.Kim baru-baru ini. Pasti dia hanya sedang tidak mood karena kelelahan, itulah yang kusimpulkan.

Rapat itu pun akhirnya selesai lima belas menit kemudian, aku pun segera mengirimi Zen sms lalu setelah itu membereskan peralatan yang masih berserakan didepanku.

“June!”

Mr.Kim beranjak mendekatiku saat rapat berakhir. “Ya, ada apa Mr.Kim?” balasku lalu berbalik menatapnya setelah selesai membereskan kertas-kertas yang ada diatas meja didepanku.

“Hmmm... kau akan datang kan malam ini?” tanyanya.

Aku baru ingat tentang makan malam yang ia sebutkan saat masih di kantor agensi dan juga teringat dengan Zen yang ingin segera pulang dan melewatkan makan malam itu.

“Entahlah Mr.Kim kurasa aku akan melewatkannya, aku harus mengecek keadaan Zen sepertinya dia kurang enak badan dan sebelumnya dia meminta untuk pulang lebih awal...” tolakku halus.

Mr.Kim menatapku sejenak lalu ia tersenyum. “Ah~ sayang sekali, padahal aku ingin membahas beberapa hal penting denganmu...”

“Hmm, kalau masalah tawaran kerja untuk Zen anda tak perlu khawatir kita masih bisa membahasnya saat rapat di kantor agensi nanti,”

“Sebenarnya malam ini ada beberapa aktris yang akan ikut bergabung makan malam denganku aku ingin kalian bertemu mereka langsung... tapi... kalau memang tidak bisa... aku akan coba mengaturnya dilain hari,”

“Thanks Mr.Kim, aku benar-benar minta maaf sudah merepotkanmu...”

“Tak perlu sungkan... aku senang bisa mengatur waktu untuk bertemu denganmu lagi...” serunya sambil tertawa renyah.

“Ah, terima kasih... Zen pasti senang mendengar kabar ini...”

Mr. Kim terdiam sesaat seperti sedang berpikir, lalu tak lama kemudian bibirnya kembali terbuka, hendak mengatakan sesuatu. “June... akhir-akhir ini Zen terlihat sangat sensitif padaku terutama saat aku bertanya sesuatu yang berhubungan denganmu, aku agak sedikit bingung...”

Huh?! Mr.Kim bertanya apa pada Zen?

“Jangan khawatir Mr.Kim, Zen hanya sedang tidak enak badan saja... mungkin itu mempengaruhi moodnya, nanti juga dia akan baik lagi,” gumamku menenangkan Mr.Kim. “Kalau boleh tahu apa yang kau tanyakan pada Zen? Kau bisa langsung tanyakan padaku saja,”

“Ah umm... bukan hal penting sih ^^” gumamnya tampak gugup. “Dia terlihat tidak begitu senang padaku... tapi mungkin aku berlebihan memikirkannya, oh ya, boleh aku menghubungimu lagi?” tanya Mr.Kim.

“June?” suara Zen terdengar dari arah pintu.

Ah, dia benar-benar muncul sesuai janjinya seperti disms tadi. Sejenak ia menatapku lalu ganti menatap Mr.Kim. “Kalian sedang apa? bukankah rapatnya sudah selesai? Semua orang sudah pergi...” gumam Zen, dari nada suaranya ia terdengar agak sedikit sewot.

Kulihat Mr.Kim tersenyum dan tampak santai saat menanggapi Zen. “Kami sedang membahas mengenai dirimu...” serunya.

“Hah?”

Zen beranjak masuk kedalam ruangan, bergabung dengan kami berdua lalu duduk dipinggiran meja rapat tepat disebelahku. “Begini... aku ingin kau ikut makan malam di restoran Misty Call, aku ingin membahas mengenai tawaran kerja, apa kau berminat Zen?” tawar Mr.Kim.

Zen menatapMr.Kim lalu menatapku tampak sedang berpikir. “Hmm...” gumamnya, dari reaksi wajahnya aku sudah bisa menebak keinginan Zen.

“Baiklah Mr.Kim kami akan bergabung...” celetukku.

“Hah?! Chag~ June!!” pekik Zen kaget. [Zen hampir keceplosan manggil ‘chagiya’, padahal dia sudah janji nggak akan panggil sayang-sayangan didepan teman kerja, hubungan ini masih harus dirahasiakan]

“Ah! Benarkah? Kau yakin? Tapi tadi kan...” Mr.Kim tak melanjutkan kata-katanya lagi, aku tahu dia ingin komplain karena awalnya aku menolak ajakan itu. Wajah Mr.Kim tampak cerah ceria. “Kalau begitu kita berangkat lima belas menit lagi, aku sudah memesan tempatnya... kita ketemu disana oke?”

Setelah Mr.Kim beranjak pergi keluar dari ruang rapat Zen mulai protes padaku. “Kenapa kau sangat mudah memutuskan untuk pergi kesana tanpa bertanya padaku?”

“Huh? Jadi kau ingin menolaknya ya? Kupikir kau ingin ikut. Sebenarnya aku sudah menolaknya sih, tapi ini ada kaitannya dengan tawaran main film lho...? Kau yakin tidak ingin ikutan?”

Zen tampak berpikir keras, ia sampai melipat kedua lengannya didada. “Aku ingin pergi sih...”

“Tuh kan bener...? Lalu kenapa kau ingin menolaknya?”

Zen menggigit bibirnya dan memejamkan mata. “Tadi disms aku bilang ada sesuatu yang ingin kukatakan padamu kan?” putusnya.

“Hmm.. iya? Apa itu? Kau terdengar sangat senang, kuharap itu berita yang baik...”

Zen menggaruk kepalanya yang sebenarnya tidak gatal. “Sebenarnya... tadi aku bertemu Erika...”

“Erika? Siapa...?”

“Artis yang sedang naik daun itu... tadi dia menemuiku diruang istirahat... ternyata dia fans beratku!!” serunya excited.

“Oh gitu...”

“Bu-bukan begitu! Jangan salah paham dulu chagi... aku tidak tertarik padanya, sungguh!” gumam Zen panik sambil meraih tanganku dan menggenggamnya erat.

“Hmmm... aku tidak marah kok, lalu apa yang kalian bicarakan?”

“Dia menawariku peran di film barunya..”

“Lalu?”

“Sebenarnya aku berminat dengan peran itu tapi aku belum mengatakan bersedia sih...”

“Kenapa kau terlihat bingung?”

“Aku ingin membicarakannya denganmu dulu sih...” Zen tampak berpikir keras, kurasa ia tak ingin mmebuatku cemas karena banyak wanita yang akan menjadi lawan mainnya dimasa depan.

“Kalau kau menginginkannya terima saja tawaran itu ^^”

“Hei? Kau tidak cemburu ya?” selidik Zen, dahinya tampak berkerut karena melihat ekspresi datar diwajahku. “Kalau kusetujui tawaran itu. Aku akan main peran sama Erika lho?”

“Kalau hanya main peran saja aku bisa mengerti, itukan resiko pacaran dneganmu. Aku sudah lama menemanimu bekerja, kalau hanya fans dan lawan main saja aku tidak akan marah atau cemburu... lagipula kau pantas menerima pujian dari fansmu karena kau sudah berusaha keras dalam peranmu, jadi jangan khawatir ^^”

“Ukh!!” Zen melenguh seperti kesakitan, ia sampai menutup wajah dengan satu tangannya.

“Ze-Zen!? Ada apa??” gumamku panik.

Zen kembali menatapku dengan tatapan memohon. “Chagi~~”

“Kau baik-baik saja kan?” tanyaku lagi sambil memegangi tubuhnnya, cemas.  “Ada yang sakit?”

“Chagi~ Boleh aku menciummu??”

“Hah~??”

“Kalau kau mengatakan hal semanis itu aku jadi tidak tahan, kau lihat tangan ini...” gumamnya sambil menggerakkan jari-jarinya didepanku. “Aku ingin menerkammu sekarang juga... boleh?”

“Babo! Memangnya kau serigala? >///<”

“Hmm... kau tahu kan aku bisa jadi serigala kelaparan jika berdua saja denganmu...” saat melihat tingkahnya aku hanya bisa tertawa. “Heyy jangan tertawa... aku serius, boleh kuterkam nggak? Aku akan bertanggung jawab penuh nih!”

“Ini kan tempat umum,”

“Tapi kita kan hanya berdua saja...” rengeknya.

“Hmm... kalau sedang berada dirumah ada kemungkinan aku mengijinkanmu... atau mungkin sebaliknya...”

Zen mengerutkan dahinya saat melihat ekspresi datarku. “Sebaliknya? Kau tidak akan mengijinkan gitu ya? Bukankah sesuai perjanjian... saat berada dirumah... kau adalah milikku seutuhnya, hal itu tak bisa diganggu gugat apapun yang terjadi kan? Kau sendiri yang mengiyakan apa kau pikun!”

“Maksudku... mungkin sebaliknya... kau yang akan kuterkam,” ralatku pelan. Damn... dia membuatku mengatakannya >///<

Zen menangkup setengah wajahnya dengan tangannya, ia tampak sangat senang, bisa kulihat ia sedang tersenyum lebar dengan wajah merona merah. “Babe! Tunggu saja saat sampai dirumah nanti... aku tidak akan segan-segan lagi... akan kubuat semua tetangga kita mendengar kau menyebut namaku sepanjang malam dan...”

“Guys?” kata-kata Zen terputus dan kami berdua menoleh kearah pintu. “Kalian berdua disini toh. Ayo! Sudah waktunya pergi ke Misty Call, Park Hyung sudah menunggu di mobil,” ajak staf yang semobil dengan kami.

“Ah~” gerutu Zen sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

“Baiklah oppa, kami akan pergi sekarang,” putusku lalu kemudian menarik tangan Zen dan mengajaknya pergi.

“Hei.. kapan-kapan panggil aku oppa dong,” bisik Zen.

“Zen-...” panggilku sambil melepar dead glare padanya. “ –ny oppa~ saranghae yo~” gumamku dengan nada cute.

Zen yang awalnya menatapku kaku langsung tersenyum lagi sambil menutupi wajahnya dengan satu tangannya sementara tangannya yang bebas menggenggam tanganku erat.

“Oh my god~~~~~~~ you’re so cutteee~~” ringisnya.

“Sekali ini saja ya... aku ini kan noonamu ^^”

[Zen si tukang iri yang super narsis..]

****

Selama di dalam mobil Zen jadi tidak banyak tingkah seperti sebelumnya saat kami berangkat dari kantor agensi ke tempat fanmeeting, dimana dia melakukan banyak gerakan bawah tanah yang tidak diketahui orang-orang yang semobil dengan kami.

Meskipun Zen bisa jadi sangat ‘percaya diri’ tak sekalipun aku merasa frustasi, karena bersama Zen sebenarnya sangat membuatku bahagia, hanya saja karena terlalu sibuk mempersiapkan banyak hal untuk semua jadwal Zen aku jadi terlalu lelah untuk menanggapinya. Terkadang aku merasa frustasi juga jika sikap sentimental Zen kumat hanya saja aku sudah tak bisa benar-benar mengabaikan pria yang kini sedang tertidur dibahuku ini.

Setelah menempuh waktu tiga puluh menit, mobil kami pun akhirnya sampai ditempat tujuan. Misty Call adalah restoran family yang bagian dalamnya sedikit mirip klub, karena konsepnya berbeda dari restoran lainnya tempat ini jadi terkenal dikalangan para artis dan biasanya juga digunakan sebagai tempat ngumpul besar. Parkir bagian dalam saja sampai penuh sehingga mobil kami pun harus diparkir agak jauh dari restoran.

“Zenny?” gumamku sambil mengguncang tubuh Zen namun tak ada respon. “Wah, tidurnya nyenyak sekali,” protesku.

“Dia pasti lelah sekali June,” celetuk staf yang duduk didepanku ia baru hendak keluar dari dalam mobil, menyusul staf lainnya. “Coba kau bangunkan lagi...” serunya “Kami ingin ke toilet dulu, sudah gak tahan nih, Park Hyung mau pergi beli rokok katanya, ini kunci mobil tolong kau kuncikan ya,” seru temanku sambil menyodorkan kunci mobil padaku.

“Zenny, kita sudah sampai, ayo bangun,” gumamku pelan sambil menggesek bagian dagu dan bibir bawahnya dengan jari telunjukku. Langsung terbangun namun masih menutup matanya, ia pun tersenyum lebar dan tangannya menangkap tanganku.

“Chagi~ jangan...” gumamnya pelan.

“Akhirnya ^^... Ada apa, kau tidak suka ya?” gumamku, sambil mencoba mencubit dagunya lagi. Ia kembali tergelak. Untung saja para staf sudah keluar dari mobil.

“Kalau kau terus melakukannya aku akan menciummu lho... sekarang kita akan makan malam dengan banyak orang dan kau tahu kan... aku tak bisa berhenti melakukannya jika hanya dalam satu atau dua menit saja...” protesnya.

“Ah~ Kau benar... Sebaiknya kita segera masuk resto sebelum mereka keluar lagi dan mencari kita.. ayo cepat!”

Zen beranjak untuk keluar lebih dulu dari dalam mobil lalu aku pun menyusulnya. Karena mobil kami parkir diseberang jalan restoran itu jadi kami harus menyeberangi jalan melewati mobil-mobil yang ramai berseliweran.

Ia membantuku memegangi pintu mobil, saat sudah keluar dari mobil ia tak bergerak dari tempatnya membuatku berada dalam posisi terkurung antara pintu mobil, badan mobil dan dirinya.

“Cuacanya dingin sekali June,” gumam Zen, ia langsung melepaskan mantel besar yang dipakainya. “Ini... pakai mantelku, bajumu kan tipis kalau tidak pakai ini kau bisa sakit...” ia pun menyampirkan mantel itu ditubuhku dan tersenyum lebar.

“Terima kasih, tapi kurasa kaulah yang lebih membutuhkannya. Kalau ada apa-apa dengan tubuhmu aku harus bagaimana?” protesku saat ia sedang asyik merapikan letak mantel kebesaran itu ditubuhku. “Lagi pula mantelmu berat...”

“Ahh~ kalau sesuatu terjadi dengan tubuhku... aku tahu kau akan mengurusku dengan benar...” godanya.

“Kita sudah terlalu lama disini, ayo segera pergi ke restoran,” ajakku cuek.

Zen tidak beranjak dari posisinya meskipun aku terus mendorong tubuhnya agar segera menjauh, ia menatapku diam dari puncak kepalaku. Dengan tingginya yang hampir mencapai 2 meter aku yang kecil mungil ini bisa apa?

“Zenny...?”

Perlahan wajah Zen mendekati wajahku, hanya dengan melihat gesturenya saja aku mengerti bahwa ia ingin menciumku. Mata semerah darah yang kelam itu kini sedang menatapku dengan tatapan rindu, warna rambutnya yang putih cemerlang terlihat kontras dengan langit malam diatasku, wajah tampannya memunculkan imajinasi tentang bibir tipisnya yang menempel dibibirku. Membayangkan rasa ketika dia sedang menciumku. Ah~ apa yang sedang kupikirkan sih?

“Guys?”

Mendengar panggilan itu membuat Zen terkejut dan menghentikan kegiatannya. Ternyata yang menegur adalah Park Hyung, driver kami.

“Hyung!!” protes Zen.

“Maaf Zen, tapi sebaiknya kita masuk sekarang...”

“Ayo,” ajakku sambil mendorong tubuh Zen agar mundur sehingga aku bisa menutup pintu mobil dan menguncinya. “Kita sudah sangat terlambat mereka pasti sedang menunggu,” ajakku lagi.

“Hyung dari mana saja?” tanya Zen saat kami bertiga berjalan menyebrangi jalan ramai.

“Habis beli rokok, untung saja dapet...” gumamnya sambil menunjukkan rokok miliknya.

“Ah, aku juga suka merek rokok itu...” gumam Zen. “Yang menthol lebih berasa lho...”

“Jadi kau masih merokok? Bukannya kau bilang mau berhenti”

“Kadang-kadang saja sih, sehari sebatang untuk membiasakan diri, jika tidak begitu seseorang akan mengamuk padaku dan membenciku...” gumam Zen dari belakangku.

“Ah ya, kau benar istriku juga sering menasihatiku soal rokok. Tapi sampai sekarang aku belum bisa benar-benar mengurangi kebiasaanku... aku jadi merasa bersalah padanya, kau masih muda jadi kau harus lebih memperhatikan kondisi tubuhmu,”

“Terima kasih hyung, kadang-kadang aku masih nggak tahan sih, tapi aku masih berusaha, punya seseorang yang memperhatikan kita itu ternyata sangat menyenangkan, benarkan June?”

Mengingat bahwa Park hyung tadi melihat kami sedang berduaan saja membuatku merasa malu luar biasa. Aku bahkan tak berani menoleh kebelakang dan bertatapan mata dengannya.

“Ngomong-ngomong... maaf ya Zen... soal yang tadi...” lanjut Park hyung.

“Hah? Soal apa hyung?”

“Aku... aku sudah mengganggu... ditengah aktifitas kalian,”

“Aahhh~ kenapa diingatkan lagi hyungg~~ kau benar-benar mengganggu tahu nggak~~” protes Zen.

“Tadi hampir saja  ya...”

“Iya benar.... hampir saja T v T”

“Hmmm... harusnya aku tidak menginterupsi kalian...”

“Kau benar-benar yang terburuk hyung... harusnya kau tidak pernah muncul!” ringis Zen disela-sela tawanya.

“Kalian berdua... tolong... hentikan percakapan ini...” Ukh... malunya.

****

To Be Continued~~

PS : Tampaknya di Page kali ini banyak ‘PS’ nya yah ^^’ Di chapter kali ini nggak banyak yang bisa kutulis T v T gomen, formatnya juga kubuat berbeda dari yang sebelumnya. Tadinya ingin di clear kan sampai chapter ini dan langsung keintinya saja, tapi cerita ini akhirnya tetap akan berkembang ke chapter selanjutnya... hahaha, sampai jumpa di chapter selanjutnya reader chan ^^ Jannee~~

0 comments:

Post a Comment