#Part2
My
Sweet Fiancee~
Karakter : Zen (Mystic
Messenger by Cheritz) x MC
Language : Bahasa Indonesia
(Mix)
Picture : Cheritz
Genre : Romance, Mature, Smut~
Bonus Song : Reader chan~ ^^
aku lagi suka banget sama lagu ini lho, kalau kalian suka lagu korea coba deh
klik ini dan dengerin lagunya, karena lagu ini sedang booming mungkin kalian
sudah dengar, tapi meskipun ‘sama’ lagu ini beneran ‘beda’ kok. Kalau kalian
buka web ini lewat Pc mungkin sudah dengar langsung diplaylist laguku, tapi
kalau bukanya lewat android pasti ga bisa dengerin ya [beneran ini bukan
promote jualan ^^’ kalian juga bisa download lagu ini gratis- kalau berminat-]
PS : Sekilas info yah ^^
reader chan yang baik hati jika usiamu telah 18+ saya persilakan lanjut membaca
dan mohon untuk yang masih dibawah 18+ saya harap kebijaksanaannya untuk tidak
rebel ;3 dan kembali lagi kepage ini dilain waktu;). Cerita ini mengambil
setting diluar indonesia jadi... mohon kebijaksanaan ketika membacanya agar
tidak dipraktekkan didunia nyata [ambil hikmahnya saja;)], wkwkwk. Sekali lagi
terima kasih sudah mampir ^^
#Part 2
“Zen!!!”
Seorang gadis yang sangat
cantik dan menarik menerobos masuk kedalam ruang istirahat. Ia langsung
menghampiri Zen yang tengah sibuk bermain dengan ponselnya, ia sedangasyik chatting
dengan teman-teman RFA nya.
Zen terkejut saat melihat
gadis cantik itu tiba-tiba duduk disebelahnya. “Zen, apa kau baik-baik saja?”
tanya gadis itu tampak khawatir. “Kulihat kau langsung turun dari panggung
padahal fan meeting belum selesai,”
“I-Iya..” gumam Zen gugup,
para staf dan teman artisnya menatap Zen dengan wajah malu-malu. “Hmm... kau
kan?”
“Erika! Aku fansmu!” gumamnya
ceria sambil menggamit lengan Zen.
“A-aku tahu kau Erika... kau
kan sangat terkenal,” gumam Zen gugup. “Kau fa-fans ku?”
“Tentu saja! Aku suka
aktingmu! Aku fans beratmu...” serunya lagi lalu menyandarkan kepalanya dibahu
Zen.
“Erika, tolong jangan seperti
ini... tapi terima kasih, tak kusangka artis terkenal sepertimu menjadi fansku,”
“Huh? Memangnya kenapa tak
boleh begini?” tanya Erika sambil menatap sekeliling ruangan yang banyak
orangnya. Meskipun tampak tak perduli, Zen tahu kalau mereka semua mengamati
dirinya dan juga Erika.
“Nanti akan ada yang salah
paham...” jawab Zen dengan senyuman lebar sambil menarik tangannya dari
pegangan Erika ia memundurkan duduknya agar sedikit menjauh dari gadis itu.
****
Lagi.
Ponselku bergetar lagi.
Didepan sana Mr. Kim masih
berbicara sementara aku hanya bisa menatap layar ponsel yang berkelap kelip
tergeletak diatas meja. Itu adalah panggilan ketiga yang kuabaikan. Panggilan
itu dari....
“Zen, what’s wrong? Apa kau
baik-baik saja?” bisikku saat berhasil menyelinap keluar ruangan.
Tunanganku, Hyun Ryu atau
yang biasa publik kenal dengan nama Zen. Dia adalah seorang aktor musical yang
terkenal dengan wajah tampan dan akting yang bagus. Karena ketampanannnya ia
jadi sering narsis sendiri ^^
“Babe, aku baik-baik saja kok
^^, aku ingin menemuimu dan memberitahu sesuatu yang penting apa kau masih
sibuk?”
“Ah, sebenarnya rapat masih
berlangsung... suaramu terdengar senang, apa sesuatu yang baik sedang terjadi?”
“Hmmm... Yes babe!! Yes!! Karena
kau sedang sibuk I’ll tell you later... oke?”
“Kenapa tidak sekarang saja?”
“Aaaahh!! Aku ingin memberimu
kejutan >///<, lagipula aku ingin memelukmu saat menceritakannya... oh! Babe
ada telepon masuk! Dari produser aku akan menerimanya dulu, maaf aku menyela
waktu rapatmu, beritahu aku ketika rapatnya selesai oke? Aku akan segera
menemuimu, muaahh~”
Telepon itu pun terputus. Seperti
biasa, jika itu menyangkut produser dan pekerjaan dia akan langsung mengakhiri
panggilan apapun. Aku cukup penasaran dengan kata-katanya barusan, kira-kira
kejutan apa yang dia maksud?
Baru saja duduk dikursiku dan
meletakkan ponsel diatas meja, tiba-tiba ponsel itu bergetar lagi kali ini
bukan panggilan telepon tapi sebuah pesan dari Zen. Bukankah tadi dia bilang
produser sedang meneleponnya? Apa mereka sudah selesai bicara? Padahal belum
ada lima menit berlalu sejak panggilannya yang terakhir. Segera kubaca pesan
itu.
“I miss you babe... see you
soon ^^ send me some kiss please?”
Smsnya membuatku
senyum-senyum sendiri, meskipun narsis dia tetap saja cute. “I miss you too
Zenny ^^” balasku.
Sedetik kemudian pesan
lainnya masuk. “Where is my kiss :* babe? >,<”
“Sorry babe... I can’t kiss
you right now ^^”
“*^* haaahhh?! Why?!? People
can’t see your messages right?”
“NO! I MEAN... I cant kiss you
‘right now’”
“ :3 uuugghhh... can’t wait
to see you >,< I miss you so bad, just call me then ok? Producer is
yelling on me now, see you later chagiya~”
Diakhir pesan ia mengirim
banyak stiker XOXO dan aku tahu ketika dia melakukannya artinya dia sedang
berada dalam mood yang baik. Sepertinya aku terlalu memikirkan mengenai situasi
awkward yang terjadi antara Zen dan Mr.Kim baru-baru ini. Pasti dia hanya
sedang tidak mood karena kelelahan, itulah yang kusimpulkan.
Rapat itu pun akhirnya
selesai lima belas menit kemudian, aku pun segera mengirimi Zen sms lalu
setelah itu membereskan peralatan yang masih berserakan didepanku.
“June!”
Mr.Kim beranjak mendekatiku
saat rapat berakhir. “Ya, ada apa Mr.Kim?” balasku lalu berbalik menatapnya
setelah selesai membereskan kertas-kertas yang ada diatas meja didepanku.
“Hmmm... kau akan datang kan
malam ini?” tanyanya.
Aku baru ingat tentang makan
malam yang ia sebutkan saat masih di kantor agensi dan juga teringat dengan Zen
yang ingin segera pulang dan melewatkan makan malam itu.
“Entahlah Mr.Kim kurasa aku
akan melewatkannya, aku harus mengecek keadaan Zen sepertinya dia kurang enak
badan dan sebelumnya dia meminta untuk pulang lebih awal...” tolakku halus.
Mr.Kim menatapku sejenak lalu
ia tersenyum. “Ah~ sayang sekali, padahal aku ingin membahas beberapa hal
penting denganmu...”
“Hmm, kalau masalah tawaran
kerja untuk Zen anda tak perlu khawatir kita masih bisa membahasnya saat rapat
di kantor agensi nanti,”
“Sebenarnya malam ini ada
beberapa aktris yang akan ikut bergabung makan malam denganku aku ingin kalian
bertemu mereka langsung... tapi... kalau memang tidak bisa... aku akan coba
mengaturnya dilain hari,”
“Thanks Mr.Kim, aku
benar-benar minta maaf sudah merepotkanmu...”
“Tak perlu sungkan... aku
senang bisa mengatur waktu untuk bertemu denganmu lagi...” serunya sambil
tertawa renyah.
“Ah, terima kasih... Zen
pasti senang mendengar kabar ini...”
Mr. Kim terdiam sesaat
seperti sedang berpikir, lalu tak lama kemudian bibirnya kembali terbuka,
hendak mengatakan sesuatu. “June... akhir-akhir ini Zen terlihat sangat
sensitif padaku terutama saat aku bertanya sesuatu yang berhubungan denganmu,
aku agak sedikit bingung...”
Huh?! Mr.Kim bertanya apa
pada Zen?
“Jangan khawatir Mr.Kim, Zen
hanya sedang tidak enak badan saja... mungkin itu mempengaruhi moodnya, nanti
juga dia akan baik lagi,” gumamku menenangkan Mr.Kim. “Kalau boleh tahu apa
yang kau tanyakan pada Zen? Kau bisa langsung tanyakan padaku saja,”
“Ah umm... bukan hal penting
sih ^^” gumamnya tampak gugup. “Dia terlihat tidak begitu senang padaku... tapi
mungkin aku berlebihan memikirkannya, oh ya, boleh aku menghubungimu lagi?”
tanya Mr.Kim.
“June?” suara Zen terdengar
dari arah pintu.
Ah, dia benar-benar muncul
sesuai janjinya seperti disms tadi. Sejenak ia menatapku lalu ganti menatap
Mr.Kim. “Kalian sedang apa? bukankah rapatnya sudah selesai? Semua orang sudah
pergi...” gumam Zen, dari nada suaranya ia terdengar agak sedikit sewot.
Kulihat Mr.Kim tersenyum dan
tampak santai saat menanggapi Zen. “Kami sedang membahas mengenai dirimu...”
serunya.
“Hah?”
Zen beranjak masuk kedalam
ruangan, bergabung dengan kami berdua lalu duduk dipinggiran meja rapat tepat
disebelahku. “Begini... aku ingin kau ikut makan malam di restoran Misty Call,
aku ingin membahas mengenai tawaran kerja, apa kau berminat Zen?” tawar Mr.Kim.
Zen menatapMr.Kim lalu menatapku
tampak sedang berpikir. “Hmm...” gumamnya, dari reaksi wajahnya aku sudah bisa
menebak keinginan Zen.
“Baiklah Mr.Kim kami akan
bergabung...” celetukku.
“Hah?! Chag~ June!!” pekik
Zen kaget. [Zen hampir keceplosan manggil ‘chagiya’, padahal dia sudah janji
nggak akan panggil sayang-sayangan didepan teman kerja, hubungan ini masih harus
dirahasiakan]
“Ah! Benarkah? Kau yakin? Tapi
tadi kan...” Mr.Kim tak melanjutkan kata-katanya lagi, aku tahu dia ingin
komplain karena awalnya aku menolak ajakan itu. Wajah Mr.Kim tampak cerah
ceria. “Kalau begitu kita berangkat lima belas menit lagi, aku sudah memesan
tempatnya... kita ketemu disana oke?”
Setelah Mr.Kim beranjak pergi
keluar dari ruang rapat Zen mulai protes padaku. “Kenapa kau sangat mudah
memutuskan untuk pergi kesana tanpa bertanya padaku?”
“Huh? Jadi kau ingin
menolaknya ya? Kupikir kau ingin ikut. Sebenarnya aku sudah menolaknya sih,
tapi ini ada kaitannya dengan tawaran main film lho...? Kau yakin tidak ingin
ikutan?”
Zen tampak berpikir keras, ia
sampai melipat kedua lengannya didada. “Aku ingin pergi sih...”
“Tuh kan bener...? Lalu
kenapa kau ingin menolaknya?”
Zen menggigit bibirnya dan
memejamkan mata. “Tadi disms aku bilang ada sesuatu yang ingin kukatakan padamu
kan?” putusnya.
“Hmm.. iya? Apa itu? Kau
terdengar sangat senang, kuharap itu berita yang baik...”
Zen menggaruk kepalanya yang
sebenarnya tidak gatal. “Sebenarnya... tadi aku bertemu Erika...”
“Erika? Siapa...?”
“Artis yang sedang naik daun
itu... tadi dia menemuiku diruang istirahat... ternyata dia fans beratku!!”
serunya excited.
“Oh gitu...”
“Bu-bukan begitu! Jangan
salah paham dulu chagi... aku tidak tertarik padanya, sungguh!” gumam Zen panik
sambil meraih tanganku dan menggenggamnya erat.
“Hmmm... aku tidak marah kok,
lalu apa yang kalian bicarakan?”
“Dia menawariku peran di film
barunya..”
“Lalu?”
“Sebenarnya aku berminat
dengan peran itu tapi aku belum mengatakan bersedia sih...”
“Kenapa kau terlihat bingung?”
“Aku ingin membicarakannya
denganmu dulu sih...” Zen tampak berpikir keras, kurasa ia tak ingin mmebuatku
cemas karena banyak wanita yang akan menjadi lawan mainnya dimasa depan.
“Kalau kau menginginkannya
terima saja tawaran itu ^^”
“Hei? Kau tidak cemburu ya?”
selidik Zen, dahinya tampak berkerut karena melihat ekspresi datar diwajahku. “Kalau
kusetujui tawaran itu. Aku akan main peran sama Erika lho?”
“Kalau hanya main peran saja
aku bisa mengerti, itukan resiko pacaran dneganmu. Aku sudah lama menemanimu
bekerja, kalau hanya fans dan lawan main saja aku tidak akan marah atau cemburu...
lagipula kau pantas menerima pujian dari fansmu karena kau sudah berusaha keras
dalam peranmu, jadi jangan khawatir ^^”
“Ukh!!” Zen melenguh seperti
kesakitan, ia sampai menutup wajah dengan satu tangannya.
“Ze-Zen!? Ada apa??” gumamku
panik.
Zen kembali menatapku dengan
tatapan memohon. “Chagi~~”
“Kau baik-baik saja kan?”
tanyaku lagi sambil memegangi tubuhnnya, cemas.
“Ada yang sakit?”
“Chagi~ Boleh aku menciummu??”
“Hah~??”
“Kalau kau mengatakan hal
semanis itu aku jadi tidak tahan, kau lihat tangan ini...” gumamnya sambil
menggerakkan jari-jarinya didepanku. “Aku ingin menerkammu sekarang juga...
boleh?”
“Babo! Memangnya kau
serigala? >///<”
“Hmm... kau tahu kan aku bisa
jadi serigala kelaparan jika berdua saja denganmu...” saat melihat tingkahnya
aku hanya bisa tertawa. “Heyy jangan tertawa... aku serius, boleh kuterkam
nggak? Aku akan bertanggung jawab penuh nih!”
“Ini kan tempat umum,”
“Tapi kita kan hanya berdua
saja...” rengeknya.
“Hmm... kalau sedang berada dirumah
ada kemungkinan aku mengijinkanmu... atau mungkin sebaliknya...”
Zen mengerutkan dahinya saat
melihat ekspresi datarku. “Sebaliknya? Kau tidak akan mengijinkan gitu ya? Bukankah
sesuai perjanjian... saat berada dirumah... kau adalah milikku seutuhnya, hal
itu tak bisa diganggu gugat apapun yang terjadi kan? Kau sendiri yang
mengiyakan apa kau pikun!”
“Maksudku... mungkin
sebaliknya... kau yang akan kuterkam,” ralatku pelan. Damn... dia membuatku
mengatakannya >///<
Zen menangkup setengah
wajahnya dengan tangannya, ia tampak sangat senang, bisa kulihat ia sedang
tersenyum lebar dengan wajah merona merah. “Babe! Tunggu saja saat sampai
dirumah nanti... aku tidak akan segan-segan lagi... akan kubuat semua tetangga kita
mendengar kau menyebut namaku sepanjang malam dan...”
“Guys?” kata-kata Zen
terputus dan kami berdua menoleh kearah pintu. “Kalian berdua disini toh. Ayo! Sudah
waktunya pergi ke Misty Call, Park Hyung sudah menunggu di mobil,” ajak staf
yang semobil dengan kami.
“Ah~” gerutu Zen sambil
menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
“Baiklah oppa, kami akan
pergi sekarang,” putusku lalu kemudian menarik tangan Zen dan mengajaknya
pergi.
“Hei.. kapan-kapan panggil
aku oppa dong,” bisik Zen.
“Zen-...” panggilku sambil
melepar dead glare padanya. “ –ny oppa~ saranghae yo~” gumamku dengan nada
cute.
Zen yang awalnya menatapku
kaku langsung tersenyum lagi sambil menutupi wajahnya dengan satu tangannya
sementara tangannya yang bebas menggenggam tanganku erat.
“Oh my god~~~~~~~ you’re so
cutteee~~” ringisnya.
“Sekali ini saja ya... aku ini
kan noonamu ^^”
[Zen si tukang iri yang super
narsis..]
****
Selama di dalam mobil Zen
jadi tidak banyak tingkah seperti sebelumnya saat kami berangkat dari kantor
agensi ke tempat fanmeeting, dimana dia melakukan banyak gerakan bawah tanah
yang tidak diketahui orang-orang yang semobil dengan kami.
Meskipun Zen bisa jadi sangat
‘percaya diri’ tak sekalipun aku merasa frustasi, karena bersama Zen sebenarnya
sangat membuatku bahagia, hanya saja karena terlalu sibuk mempersiapkan banyak
hal untuk semua jadwal Zen aku jadi terlalu lelah untuk menanggapinya. Terkadang
aku merasa frustasi juga jika sikap sentimental Zen kumat hanya saja aku sudah
tak bisa benar-benar mengabaikan pria yang kini sedang tertidur dibahuku ini.
Setelah menempuh waktu tiga
puluh menit, mobil kami pun akhirnya sampai ditempat tujuan. Misty Call adalah
restoran family yang bagian dalamnya sedikit mirip klub, karena konsepnya
berbeda dari restoran lainnya tempat ini jadi terkenal dikalangan para artis
dan biasanya juga digunakan sebagai tempat ngumpul besar. Parkir bagian dalam
saja sampai penuh sehingga mobil kami pun harus diparkir agak jauh dari
restoran.
“Zenny?” gumamku sambil
mengguncang tubuh Zen namun tak ada respon. “Wah, tidurnya nyenyak sekali,”
protesku.
“Dia pasti lelah sekali June,”
celetuk staf yang duduk didepanku ia baru hendak keluar dari dalam mobil,
menyusul staf lainnya. “Coba kau bangunkan lagi...” serunya “Kami ingin ke
toilet dulu, sudah gak tahan nih, Park Hyung mau pergi beli rokok katanya, ini
kunci mobil tolong kau kuncikan ya,” seru temanku sambil menyodorkan kunci
mobil padaku.
“Zenny, kita sudah sampai,
ayo bangun,” gumamku pelan sambil menggesek bagian dagu dan bibir bawahnya
dengan jari telunjukku. Langsung terbangun namun masih menutup matanya, ia pun tersenyum
lebar dan tangannya menangkap tanganku.
“Chagi~ jangan...” gumamnya
pelan.
“Akhirnya ^^... Ada apa, kau
tidak suka ya?” gumamku, sambil mencoba mencubit dagunya lagi. Ia kembali
tergelak. Untung saja para staf sudah keluar dari mobil.
“Kalau kau terus melakukannya
aku akan menciummu lho... sekarang kita akan makan malam dengan banyak orang
dan kau tahu kan... aku tak bisa berhenti melakukannya jika hanya dalam satu
atau dua menit saja...” protesnya.
“Ah~ Kau benar... Sebaiknya
kita segera masuk resto sebelum mereka keluar lagi dan mencari kita.. ayo
cepat!”
Zen beranjak untuk keluar
lebih dulu dari dalam mobil lalu aku pun menyusulnya. Karena mobil kami parkir
diseberang jalan restoran itu jadi kami harus menyeberangi jalan melewati
mobil-mobil yang ramai berseliweran.
Ia membantuku memegangi pintu
mobil, saat sudah keluar dari mobil ia tak bergerak dari tempatnya membuatku
berada dalam posisi terkurung antara pintu mobil, badan mobil dan dirinya.
“Cuacanya dingin sekali June,”
gumam Zen, ia langsung melepaskan mantel besar yang dipakainya. “Ini... pakai
mantelku, bajumu kan tipis kalau tidak pakai ini kau bisa sakit...” ia pun
menyampirkan mantel itu ditubuhku dan tersenyum lebar.
“Terima kasih, tapi kurasa
kaulah yang lebih membutuhkannya. Kalau ada apa-apa dengan tubuhmu aku harus
bagaimana?” protesku saat ia sedang asyik merapikan letak mantel kebesaran itu
ditubuhku. “Lagi pula mantelmu berat...”
“Ahh~ kalau sesuatu terjadi
dengan tubuhku... aku tahu kau akan mengurusku dengan benar...” godanya.
“Kita sudah terlalu lama
disini, ayo segera pergi ke restoran,” ajakku cuek.
Zen tidak beranjak dari
posisinya meskipun aku terus mendorong tubuhnya agar segera menjauh, ia
menatapku diam dari puncak kepalaku. Dengan tingginya yang hampir mencapai 2
meter aku yang kecil mungil ini bisa apa?
“Zenny...?”
Perlahan wajah Zen mendekati
wajahku, hanya dengan melihat gesturenya saja aku mengerti bahwa ia ingin
menciumku. Mata semerah darah yang kelam itu kini sedang menatapku dengan
tatapan rindu, warna rambutnya yang putih cemerlang terlihat kontras dengan
langit malam diatasku, wajah tampannya memunculkan imajinasi tentang bibir
tipisnya yang menempel dibibirku. Membayangkan rasa ketika dia sedang menciumku.
Ah~ apa yang sedang kupikirkan sih?
“Guys?”
Mendengar panggilan itu
membuat Zen terkejut dan menghentikan kegiatannya. Ternyata yang menegur adalah
Park Hyung, driver kami.
“Hyung!!” protes Zen.
“Maaf Zen, tapi sebaiknya
kita masuk sekarang...”
“Ayo,” ajakku sambil
mendorong tubuh Zen agar mundur sehingga aku bisa menutup pintu mobil dan
menguncinya. “Kita sudah sangat terlambat mereka pasti sedang menunggu,” ajakku
lagi.
“Hyung dari mana saja?” tanya
Zen saat kami bertiga berjalan menyebrangi jalan ramai.
“Habis beli rokok, untung
saja dapet...” gumamnya sambil menunjukkan rokok miliknya.
“Ah, aku juga suka merek
rokok itu...” gumam Zen. “Yang menthol lebih berasa lho...”
“Jadi kau masih merokok? Bukannya
kau bilang mau berhenti”
“Kadang-kadang saja sih,
sehari sebatang untuk membiasakan diri, jika tidak begitu seseorang akan
mengamuk padaku dan membenciku...” gumam Zen dari belakangku.
“Ah ya, kau benar istriku
juga sering menasihatiku soal rokok. Tapi sampai sekarang aku belum bisa
benar-benar mengurangi kebiasaanku... aku jadi merasa bersalah padanya, kau
masih muda jadi kau harus lebih memperhatikan kondisi tubuhmu,”
“Terima kasih hyung,
kadang-kadang aku masih nggak tahan sih, tapi aku masih berusaha, punya
seseorang yang memperhatikan kita itu ternyata sangat menyenangkan, benarkan
June?”
Mengingat bahwa Park hyung
tadi melihat kami sedang berduaan saja membuatku merasa malu luar biasa. Aku bahkan
tak berani menoleh kebelakang dan bertatapan mata dengannya.
“Ngomong-ngomong... maaf ya
Zen... soal yang tadi...” lanjut Park hyung.
“Hah? Soal apa hyung?”
“Aku... aku sudah mengganggu...
ditengah aktifitas kalian,”
“Aahhh~ kenapa diingatkan
lagi hyungg~~ kau benar-benar mengganggu tahu nggak~~” protes Zen.
“Tadi hampir saja ya...”
“Iya benar.... hampir saja T
v T”
“Hmmm... harusnya aku tidak
menginterupsi kalian...”
“Kau benar-benar yang
terburuk hyung... harusnya kau tidak pernah muncul!” ringis Zen disela-sela
tawanya.
“Kalian berdua... tolong...
hentikan percakapan ini...” Ukh... malunya.
****
To Be Continued~~
PS : Tampaknya di Page kali
ini banyak ‘PS’ nya yah ^^’ Di chapter kali ini nggak banyak yang bisa kutulis
T v T gomen, formatnya juga kubuat berbeda dari yang sebelumnya. Tadinya ingin
di clear kan sampai chapter ini dan langsung keintinya saja, tapi cerita ini akhirnya
tetap akan berkembang ke chapter selanjutnya... hahaha, sampai jumpa di chapter
selanjutnya reader chan ^^ Jannee~~
0 comments:
Post a Comment