Thursday 13 October 2016

Mystic Messenger : Precious Devil #Part 01 [Jumin Han x Reader]

BY Unknown IN , 1 comment



Precious Devil
Part 1

Karakter         : Jumin Han (Mystic Messenger) x Reader
Genre             : Smut, Romance
Language     : Bahasa Indonesia Mix
Gambar         : Cheritz

“Apa maksudmu asisten Kang?! Jangan bercanda, kau tahu acara itu akan di mulai malam ini... hhh... stop stop, yasudah aku akan mengirim mobil perusahaan untuk mengantarmu... sudah hentikan aku tak mau mendengar alasan lagi, tunggu sampai mobilnya datang lalu kau bisa pergi,”

Pria yang baru saja mematikan panggilan telepon itu adalah bos di tempatku bekerja, Jumin Han bos dari perusahaan C&R yang sangat besar di Korea.

“Jumin... kau baik-baik saja? Apa yang terjadi? Apa Jaehee baik-baik saja?” gumamku, aku sedang memberi makan seekor kucing persia berbulu putih milik Jumin Han, namanya Elizabeth 3rd.

Jumin Han terlihat sangat tenang dan ia meletakkan ponselnya diatas meja kecil lalu beranjak mendekatiku.

“Kau tahu pesta  yang akan diadakan malam ini di salah satu hotel berbintang lima milik Mr.Jung?”

“Ah, aku tahu... Jaehee sudah menceritakannya padaku, apa sesuatu terjadi pada Jaehee?”

Asisten Kang tidak bisa datang karena ada urusan mendadak yang lebih penting dari pesta ini... dia benar-benar keterlaluan baru memberitahuku sekarang..”

“Hmm... mungkin hal itu memang sangat penting, biasanya Jaehee tak pernah mengabaikan pekerjaannya kan kenapa tak kau biarkan dia untuk kali ini saja?”

“Akan kubiarkan untuk kali ini saja...” gumam Jumin.

“Ah! Syukurlah :)

“Tapi sebagai gantinya kau yang akan menemaniku ke pesta itu,”

“Eh? Heh? Tapi aku tidak bisa datang kesana...”

“Apa maksudmu, ini bukan permintaan tapi tugas dari bos mu, mengerti?”

“Kau sudah lupa dengan perjanjian kita ya? Hubungan antara bos dan bawahan berakhir saat kita berada diluar kantor, itu sebagai bayaranku karena membantumu menjaga dan merawat Elly.. lagipula aku menolak karena aku tidak diundang datang ke pesta seperti itu!”

“Tch... jangan khawatirkan masalah undangannya, tentang perjanjian itu, kenapa kau tidak mau menerima uang sebagai bayarannya?”

“Kau tahu tidak semua hal bisa dibeli pakai uang kan?”

“Hhhh... terserah kau saja, tapi aku akan mencabut perjanjian itu dan memecat asisten Kang secara tidak hormat jika kau menolak permintaanku... kau juga tak akan bisa bertemu Elly lagi,” ancam Jumin.

“Jumin?! Ini keterlaluan bahkan Elly juga?! Kenapa kau ingin memecat Jaehee?”

“Sebenarnya dia tak akan kupecat jika kau menyetujui permintaanku,”

“Kau mengancamku? Tega sekali kau memecat Jaehee? Kau bisa memecatku saja...”

“Kau tahu aku tak akan memecatmu... kau sahabatnya kan? Kalau kau menolak aku tak akan segan memecat aisten Kang dan kupastikan dia akan kesulitan mendapatkan pekerjaan barunya...”

“Jumin, ini kekanakan sekali... ini kan hanya undangan pergi ke pesta saja?”

“Aku tak ingin berdebat... kau punya dua pilihan terima permintaanku atau tolak...”

“Meow!!”

“Nah... bahkan Elizabeth 3rd memintamu untuk menerima permintaanku...”

“Meoww~”

“Jumin... Elly hanya mengeong biasa...”

“Apa kau lupa? Aku memahami Elizabeth 3rd lebih dari yang kau tahu...” jawab Jumin kaku sambil memeluk Elizzabeth 3rd.

“Meoowww~”

“Apa kau akan mengabaikan permintaan makhluk terindah didunia ini... (Name)?” tanyanya sambil melempar tatapan tajam padaku.

“Ukh.. oke-oke baiklah, ingat aku melakukannya untuk Jaehee... dan... Elly, tapi kali ini ada syaratnya... aku ingin bayaranku dalam bentuk uang...” balasku setelah menimbang-nimbang permintaannya yang aneh.

Sesaat Jumin tampak terkejut lalu ia tersenyum. “Sepertinya kau sudah tahu caranya berbisnis. Jangan khawatir bayaranmu akan dikirim  ke rekening malam ini juga, jadi sekarang kau harus bersiap, kita akan berangkat dua jam lagi...”

“Kalau begitu aku akan pulang dan mengambil setelanku...”

“Setelan apa yang kau maksud?”

“Tentu saja pakaian kerjaku ini pesta bisnis kan?”

“Ah, masalah itu tidak perlu kau khawatirkan...”

“Hah?!”

“Sebentar aku harus menelepon...” Jumin beranjak dan menelepon seseorang, aku tak bisa mendengar percakapan mereka, sementara itu Elizabeth 3rd terus mengitari kakiku minta diperhatikan kuputuskan untuk menggendongnya.

Setelah selesai menelepon Jumin beranjak mendekatiku. “Berikan Elizabeth 3rd padaku..” pinta Jumin. Ku berikan kucing itu padanya dan ia menggendongnya dengan penuh kelembutan. Ia terlihat sangat tampan dan manis saat bersama Elizabeth. “Aku dan (Name) akan keluar kau boleh bermain sesukamu di dalam kamarku...” gumam Jumin pada Elizabeth 3rd, kucing itu mengeong padanya lalu Jumin memanggil seorang pelayan dan ia pun menyerahkan Elizabeth 3rd pada pelayan itu. “Sementara kami pergi tolong perhatikan dia dengan baik,” titah Jumin pada pelayannya.

“Baik Tuan Han,” jawab si pelayan lalu ia pergi dengan membawa Elizabeth 3rd bersamanya.

“Kau benar-benar sangat menyukai kucing ya,” gumamku saat melihat Jumin beranjak mengambil sesuatu dari laci kerjanya.

“Tidak juga... cintaku hanya untuk Elizabeth 3rd...” ralatnya.

“Ya aku mengerti sih... tapi... bukankah kau agak sedikit berlebihan?”

“Kau ini bicara apa? Yang kubicarakan disini adalah kenyataan bahwa aku mencintai Elizabeth 3rd...”

“Hmmm... kurasa cinta yang kau maksud itu sangat berbeda dengan cinta penuh hasrat yang menggebu-gebu kepada seseorang, apa kau tak bisa membedakannya?”

Sesaat Jumin menatapku dingin lalu menghembuskan napas panjang. “Terserah kau saja... ayo kita pergi sekarang...” gumam Jumin, ia menarik tanganku dan membuatku hampir jatuh saat mencoba mengikuti langkah kakinya yang panjang.

“Ju-Jumin! Kita mau kemana?”

“Mencarikanmu pakaian yang pantas.. sudah jangan cerewet dan ikut saja,”

****

Untuk pertama kalinya dalam hidupku aku masuk kedalam sebuah butik ternama dan termahal di Korea. Saat melangkahkan kaki masuk melewati pintu otomatis itu aku merasa kakiku menjadi jelly, Jumin hanya diam menatapku yang diam-diam kagum pada kemewahan ini.

“Jumin! Ada yang bisa kubantu?” tegur seorang wanita yang sangat cantik, ia menghampiri Jumin dan mereka langsung mengobrol akrab.

“Aku sudah membawanya... tolong kau bereskan dia,” gumam Jumin sambil menunjukku.

“Oh jadi dia wanita yang kau bicarakan ditelepon tadi?” seru wanita itu, ia menyapaku ramah dan merangkul pundakku. “Namamu (Name) kan? Aku Maria senang bertemu denganmu,” gumamnya ramah.

“Ah iya... senang bertemu denganmu Ma-ria? Nona?”

“Kau boleh memanggilku Maria :)

“Baiklah, aku tak punya banyak waktu... aku akan memilihkan pakaian untuknya sebelum pergi...” gumam Jumin.

“What?! Wait... maaf Maria aku harus bicara sebentar dengan Mr.Han” gumamku, Maria mengangguk lalu beranjak pergi dan aku menggamit lengan Jumin lalu membawanya menjauh kesalah satu sudut ruangan.

“Ada apa?” tanya Jumin kaku.

“Kau serius? Aku tak mungkin pakai pakaian ini...”

“Kenapa tidak mungkin?”

“I-Ini terlalu mahal... aku tak punya uang sebanyak itu...”

“Tenang saja aku yang akan membayarnya...”

“Hah!!” Jumin langsung menahan bahuku sebelum aku melompat dan mencakarnya.

“Dengar aku membe...”

“Aku nggak mau punya hutang denganmu!”

“Tch! Anggap saja ini hadiah...”

“Tapi pakaian disini mahal semua... apa kau bodoh?”

“Hhh... wanita lain akan sangat bahagia jika dibelikan sesuatu oleh kekasih mereka...”

“Tapi kita kan bukan sepasang kekasih...”

“Hhh...” Jumin menatapku lalu menggeleng pusing.

“Ku koreksi... wanita lain pasti akan sangat senang jika aku membelikan mereka sesuatu dengan harga yang sangat fantastis, aku heran kenapa kau malah menolak...”

“Aku memang miskin, tapi aku tak ingin memanfaatkan kebaikanmu...”

“Siapa yang bilang aku baik?”

“Aku,”

“Ini aneh.. Bukankah selama ini kau selalu berpikir kalau aku jahat?”

“Hhh... intinya bukan itu... baiklah anggap saja aku meminjamnya darimu,”

“Tch... terserah kau ingin menganggap apa yang jelas jika kau tak ingin menyimpannya kau boleh membuangnya...”

“Hah?! Kau ini keterlaluan... tentu saja akan kukembalikan padamu lagi,”

“Aku tak pakai pakaian wanita apa kau pikun... sudah kita hentikan perdebatan ini, aku harus segera memilihkan sesuatu untukmu, ayo ikut...”

Jumin beranjak dan memanggil Maria, aku terpaksa mengekori mereka berdua. Jumin memilih banyak pakaian yang harus kucoba, ia bahkan mendapat tempat duduk khusus dan seteko teh Earl Grey ketika menungguku ganti pakaian dan mencoba semua baju.

“Aku tak suka dengan warnanya...” gumam Jumin saat melihatku muncul dengan sebuah gaun berwarna coklat.

“Ganti,” gumamnnya lagi saat melihatku memakai gaun yang ada banyak mutiaranya.

“Aku heran kenapa orang mau membeli pakaian seperti ini?” gumamnya ketus saat melihatku muncul dengan gaun yang banyak rumbainya.

“Bukankah kau sendiri yang memilih pakaian ini?” protesku sewot. Aku lelah jika harus melalui masa ini tiga puluh menit kedepan lagi, aku bahkan mulai berkeringat karena capek ganti baju dari tadi.

“Sepertinya tadi aku salah lihat... ayolah, kita sudah kehabisan waktu” gumamnya mencari alasan.

Akhirnya, aku pun menyambar asal tumpukan pakaian yang sudah ia pilih lalu beranjak untuk menggantinya lagi dengan baju yang sudah kupakai.

Sepuluh menit kemudian aku pun keluar dari dalam ruang ganti dan menemui Jumin lagi. “Ini terakhir kalinya aku mengganti baju, walaupun kau tidak suka dengan model dan warnanya aku akan tetap memakai pakaian ini!” gumamku sebal.

Jumin hanya diam menatapku selama beberapa saat lalu perlahan ia menyantap earl greynya dan beranjak dari sofa setelah meletakkan cangkir yang isinya sudah habis. “Maria tolong kau rapikan dia... aku harus pergi sekarang,”

“Baiklah, jangan khawatir aku akan membuatnya jadi wanita yang tak akan kau kenali lagi,”

“Jumin kau mau kemana?”

“Ah, jangan terlalu berlebihan aku lebih suka melihat wajah manusianya,” gumam Jumin tanpa menghiraukanku.

“Baiklah, aku akan melakukan yang terbaik,” jawab Maria.

Jumin beranjak meninggalkanku tanpa berkata apa-apa. “Jumin kau mau kemana?” cegahku panik, ia berbalik dan menatapku.

“Ada yang harus ku bereskan, asisten Kang meninggalkan sedikit masalah... jangan khawatir aku akan mengirim driver Kim untuk menjemputmu dengan sebuah limo, kita akan bertemu di hotel, lalu... kuserahkan sisanya pada Maria, dia akan mengurusmu dengan baik, apa kau mengerti?”

Aku terdiam sejenak saat mendengar penjelasannya yang terdengar lembut dan penuh pengertian. Aku pun mengangguk mengiyakannya. “Good girl, Maria kuserahkan semuanya padamu,”

“Tenang saja aku akan mengurusnya,” jawab maria tulus. Lalu... Jumin pun pergi meninggalkanku sendirian berada dalam butik termewah di Korea ini.

****

Ini pertama kalinya aku didandani sedemikian rupa, dipakaikan gaun mahal dan sepatu indah buatan designer terkenal. Aku selalu berusaha untuk tampil rapi dan anggun disetiap acara kantor juga setiap kali aku ingin jalan-jalan atau sekedar ingin menemui Jaehee dan Elly tapi memakai pakaian super mewah seperti ini... ini adalah yang pertama kalinya.

“Nah kau sudah bisa melihat hasil akhirnya,” gumam Maria setelah selesai memoles bibirku dengan lipstik,”

Maria membalik kursi yang kududuki agar aku bisa menatap cermin. Meskipun tak banyak yang berubah, tapi aku merasa berbeda sekali, dandanan yang simple tapi terlihat mewah ini pertama kalinya kulihat diriku seperti ini.

“Apa kau menyukainya?” tanya Maria.

“Hmmm... kau benar-benar seorang profesional sejati Maria, aku sangat menyukainya,”

Maria tersenyum hangat. “Syukurlah kau menyukainya, aku yakin Jumin Han juga pasti sangat menyukai hasil ini...”

“Hmm... kurasa dia tak akan begitu perduli dengan perubahan apapun yang terjadi padaku,”

Maria menepuk bahuku pelan untuk menenangkanku. “Aku tak tahu seperti apa hubungan kalian dan aku sama sekali tak ingin menanyakannya padamu karena aku sangat perduli dengan privasi Jumin... tapi kurasa ia menganggapmu sedikit lebih spesial diantara wanita-wanita lain,”

“Ah... pasti karena dia menganggapku temannya...”

“Yah pasti begitu...”

“Nona Maria! Apa saya sudah bisa membawa nona (Name) pergi?” tegur seseorang.

Maria berbalik dan mendapati Mr. Kim telah muncul untuk menjemputku. “Ah driver Kim... tentu saja, (Name) sudah bisa pergi sekarang... maaf ternyata butuh tambahan waktu untuk memilihkan sepatu yang cocok untuknya,” seru Maria.

Setelah berbasa-basi dan mengucapkan terima kasih aku pun pergi mengikuti driver Kim keluar butik. Ia membukakanku pintu limosin yang ia kendarai. “Nona jika butuh sesuatu kau bisa menekan tombol ini dan berbicara seperti biasa, aku bisa mendengar suaramu dari tempat kemudi,” seru driver Kim sambil menunjukkanku beberapa tombol khusus.

“Mr.Kim bagaimana dengan Jumin?”

“Ah, Mr. Han sudah berada di hotel ia akan menemui anda disana,”

Driver Kim menutup pintu limosin dan tak lama kemudian mobil itu sudah meluncur di jalan raya. Saat sedang asyik menikmati pemandangan malam dari dalam limo telepon khusus yang ada didekatku berdering. Dengan perasaan bingung kuangkat telepon itu.

“Halo?”

“Halo! Hey apa kalian berdua sedang mempermainkanku hah? Acara sudah mulai sejak tiga puluh menit lalu dan kau belum muncul juga?” suara Jumin terdengar kesal.

“Maaf, kami berdua sedang dalam perjalanan... disini sangat macet, mungkin kami akan terlambat sekitar satu jam lagi...” gumamku bohong. Padahal jalan yang kami tempuh sangat lengang dan driver Kim memacu mobil dengan sangat cepat.

“Apa?!” pekik Jumin. “Mana mungkin macet, Tch... aku tahu ini akan terjadi jika aku membiarkanmu tanpa pengawasan... aku tak mau mendengar alasan lagi, aku akan menelepon driver Kim dan memarahinya...”

            Tutt~ Tutt~~

“Hah?! Jumin?! Jumin halo?! Halo?! Duh dia memutus teleponnya...”

        Dengan perasaan panik aku pun berusaha membuka jendela kecil yang menghubungkan bagian belakang limo dengan tempat kemudi.

“Mr.Kim? Apa Jumin menelepon anda?!” tanyaku cepat.

“Ah nona? I-ini baru saja tuan menelepon... sebentar akan saya terima panggilan tuan,”

Saat menguping pembicaraan antara Jumin dan drivernya aku tak mendengar sedikit pun hal-hal aneh, tak lama kemudian driver Kim mematikan panggilan tersebut.

“Apa yang dikatakan Mr.Han?”

“Tuan meminta saya agar mengendarai mobil dengan hati-hati dan mencari jalur tercepat yang aman, dia meminta saya untuk memastikan keselamatan anda sebagai prioritas utama..”

“Hah?”

“Tuan akan menemui anda di lobby,”

“Di-dia tidak memarahi anda?”

“Ah, tuan hanya meminta saya untuk mencari jalur tercepat dan memastikan agar anda baik-baik saja dan membuat anda merasa nyaman... apa anda baik-baik saja nona?”

“Oh... ya, a-aku baik-baik saja... terima kasih Mr.Kim,”

“Sama-sama nona... ngomong-ngomong kita sudah sampai ditempat tujuan, anda bisa merapikan diri dulu sebelum keluar,”

Dengan cepat aku pun merapikan diri dan kemudian seseorang membukakan pintu limo untukku, saat keluar dari dalam mobil aku telah berdiri diatas red carpet dan tempat itu masih dipenuhi beberapa reporter yang sebagian mengamatiku dan merasa bingung, karena aku bukan seorang selebritis terkenal ataupun pengusaha terkenal mereka pun tidak mengabadikan fotoku.

Aku pun berjalan cepat menaiki tangga dan langsung berjalan menuju lobby hotel yang tidak begitu ramai. Dengan perasaan bingung aku pun bertanya pada bagian informasi dimana letak pesta perusaahan yang diadakan partner Jumin.

“Kau telat!”

Suara yang sangat kukenal itu membuatku merasa lega, aku pun berbalik dan menatap Jumin dengan penuh syukur.

“Jumi~ Ah Mr.Han maaf...” gumamku lalu menghampirinya dan menjauh dari meja resepsionis.

Jumin menatapku dalam diam untuk beberapa saat lalu ia memperbaiki letak dasinya dan menghela napas panjang.

“Ada apa? Apa kau begitu terpesona dengan kecantikanku sampai tak bisa bicara apapun?” candaku.

“Pakaianmu terlalu terbuka tahu...” komentarnya dingin.

“Hah?! Apa  maksudmu? Yang terbuka kan hanya bagian punggung... kau jangan menatap punggungku dong!”

Jumin berdeham lalu menghela napas lagi. “Hmm... kau... cantik kok,” gumamnya pelan, membuatku terpana saat mendengarnya. “Sudah kan? Lupakan saja kata-kataku tadi... ayo kita masuk,” serunya lalu mengajakku masuk lift dan seorang porter menekan tombol sembilan, rupanya pesta itu diadakan dilantai sembilan hotel ini.

Selama didalam lift Jumin tidak banyak bicara setelah keluar dari dalam lift dan berjalan sepanjang koridor berdua dengannya kuputuskan untuk bertanya padanya. “Jumin kenapa kau tidak datang sendirian? Biasanya kau selalu datang sendiri ke acara-acara penting seperti ini,”

Jumin tak langsung menjawab pertanyaanku ada sedikit jeda sebelum akhirnya dia mulai bicara. “Sebenarnya pesta kali ini akan sedikit berbeda dari pesta bisnis yang sudah-sudah... aku ingin kau mengerti bahwa aku tak punya pilihan lain selain mengajakmu untuk ikut bersamaku,”

“Ah ya aku mengerti... memangnya kenapa?”

“Aku yakin di pesta kali ini pasti banyak wanita yang akan mendekatiku sama seperti sebelumnya, tapi kali ini aku ingin fokus membicarakan masalah pekerjaan dan tak ingin dikelilingi para wanita, sejujurnya aku sedikit memanfaatkanmu dengan membawamu kesini... mereka tak begitu mengenalmu dan pasti mereka akan mengira kau wanita yang sedang dekat denganku, jadi aku merasa sedikit tertolong dengan kehadiranmu disini,”

Aku merasa kecewa mendengar kata-kata Jumin karena sebenarnya aku punya perasaan khusus padanya yang sudah lama kutepis jauh-jauh. Setiap kali bertemu dan berbicara dengannya aku selalu menempatkan diri sebagai teman dan bawahan yang setia, aku tak pernah berkeinginan untuk memiliki hubungan khusus dengan Jumin. Tapi tetap saja mendengar kata-katanya membuatku merasa kecewa.

“Jangan khawatir, kau sudah mentransfer bayaran ke rekening ku kan... jadi aku akan pura-pura menjadi wanita yang sedang dekat denganmu, tapi tetap saja kita bukan kekasih kan? Hanya dekat saja kan?” gumamku antusias, berusaha memastikan posisi dan peran yang harus kumainkan.

Jumin menatapku dengan tatapan kosong lalu tersenyum kecil. “Ya.. mohon bantuanmu, nona (Name), kita masuk sekarang?”

Kutatap Jumin lagi saat melihatnya menyodorkan lengannya padaku. “Kuharap semua akan baik-baik saja...” gumamku cemas.

Jumin terkekeh pelan. “Kalau kau sudah tak sanggup kau bisa berhenti dan menjauh dariku...” gumamnya lalu memperbaiki letak rambutku dengan jari-jarinya. Sentuhan jarinya dikulitku membuatku gemetar untuk alasan yang tak kutahu.

“Baiklah, ayo...”

**** 
Part 2

1 comment: