Precious Devil
Part 1
Karakter : Jumin Han (Mystic Messenger) x Reader
Genre : Smut, Romance
Language : Bahasa Indonesia Mix
Gambar : Cheritz
“Apa maksudmu asisten Kang?! Jangan bercanda, kau tahu acara itu akan di mulai malam ini...
hhh... stop stop, yasudah aku akan mengirim mobil perusahaan untuk
mengantarmu... sudah hentikan aku tak mau mendengar alasan lagi, tunggu sampai
mobilnya datang lalu kau bisa pergi,”
Pria yang baru
saja mematikan panggilan telepon itu adalah bos di tempatku bekerja, Jumin Han
bos dari perusahaan C&R yang sangat besar di Korea.
“Jumin... kau
baik-baik saja? Apa yang terjadi? Apa Jaehee baik-baik saja?” gumamku, aku
sedang memberi makan seekor kucing persia berbulu putih milik Jumin Han,
namanya Elizabeth 3rd.
Jumin Han
terlihat sangat tenang dan ia meletakkan ponselnya diatas meja kecil lalu
beranjak mendekatiku.
“Kau tahu
pesta yang akan diadakan malam ini di
salah satu hotel berbintang lima milik Mr.Jung?”
“Ah, aku tahu...
Jaehee sudah menceritakannya padaku, apa sesuatu terjadi pada Jaehee?”
“Asisten Kang tidak
bisa datang karena ada urusan mendadak yang lebih penting dari pesta ini... dia
benar-benar keterlaluan baru memberitahuku sekarang..”
“Hmm... mungkin
hal itu memang sangat penting, biasanya Jaehee tak pernah mengabaikan
pekerjaannya kan kenapa tak kau biarkan dia untuk kali ini saja?”
“Akan kubiarkan
untuk kali ini saja...” gumam Jumin.
“Ah! Syukurlah :)”
“Tapi sebagai
gantinya kau yang akan menemaniku ke pesta itu,”
“Eh? Heh? Tapi
aku tidak bisa datang kesana...”
“Apa maksudmu,
ini bukan permintaan tapi tugas dari bos mu, mengerti?”
“Kau sudah lupa
dengan perjanjian kita ya? Hubungan antara bos dan bawahan berakhir saat kita
berada diluar kantor, itu sebagai bayaranku karena membantumu menjaga dan
merawat Elly.. lagipula aku menolak karena aku tidak diundang datang ke pesta
seperti itu!”
“Tch... jangan
khawatirkan masalah undangannya, tentang perjanjian itu, kenapa kau tidak mau
menerima uang sebagai bayarannya?”
“Kau tahu tidak
semua hal bisa dibeli pakai uang kan?”
“Hhhh... terserah
kau saja, tapi aku akan mencabut perjanjian itu dan memecat asisten Kang secara tidak
hormat jika kau menolak permintaanku... kau juga tak akan bisa bertemu Elly
lagi,” ancam Jumin.
“Jumin?! Ini
keterlaluan bahkan Elly juga?! Kenapa kau ingin memecat Jaehee?”
“Sebenarnya dia
tak akan kupecat jika kau menyetujui permintaanku,”
“Kau mengancamku?
Tega sekali kau memecat Jaehee? Kau bisa memecatku saja...”
“Kau tahu aku tak
akan memecatmu... kau sahabatnya kan? Kalau kau menolak aku tak akan segan memecat aisten Kang dan kupastikan dia akan kesulitan mendapatkan pekerjaan barunya...”
“Jumin, ini
kekanakan sekali... ini kan hanya undangan pergi ke pesta saja?”
“Aku tak ingin
berdebat... kau punya dua pilihan terima permintaanku atau tolak...”
“Meow!!”
“Nah... bahkan
Elizabeth 3rd memintamu untuk menerima permintaanku...”
“Meoww~”
“Jumin... Elly
hanya mengeong biasa...”
“Apa kau lupa? Aku
memahami Elizabeth 3rd lebih dari yang kau tahu...” jawab Jumin kaku sambil
memeluk Elizzabeth 3rd.
“Meoowww~”
“Apa kau akan
mengabaikan permintaan makhluk terindah didunia ini... (Name)?” tanyanya sambil
melempar tatapan tajam padaku.
“Ukh.. oke-oke
baiklah, ingat aku melakukannya untuk Jaehee... dan... Elly, tapi kali ini ada
syaratnya... aku ingin bayaranku dalam bentuk uang...” balasku setelah menimbang-nimbang permintaannya yang aneh.
Sesaat Jumin
tampak terkejut lalu ia tersenyum. “Sepertinya kau sudah tahu caranya
berbisnis. Jangan khawatir bayaranmu akan dikirim ke rekening malam ini juga, jadi sekarang kau
harus bersiap, kita akan berangkat dua jam lagi...”
“Kalau begitu aku
akan pulang dan mengambil setelanku...”
“Setelan apa yang
kau maksud?”
“Tentu saja
pakaian kerjaku ini pesta bisnis kan?”
“Ah, masalah itu
tidak perlu kau khawatirkan...”
“Hah?!”
“Sebentar aku
harus menelepon...” Jumin beranjak dan menelepon seseorang, aku tak bisa
mendengar percakapan mereka, sementara itu Elizabeth 3rd terus mengitari kakiku
minta diperhatikan kuputuskan untuk menggendongnya.
Setelah selesai
menelepon Jumin beranjak mendekatiku. “Berikan Elizabeth 3rd padaku..” pinta
Jumin. Ku berikan kucing itu padanya dan ia menggendongnya dengan penuh
kelembutan. Ia terlihat sangat tampan dan manis saat bersama Elizabeth. “Aku
dan (Name) akan keluar kau boleh bermain sesukamu di dalam kamarku...” gumam
Jumin pada Elizabeth 3rd, kucing itu mengeong padanya lalu Jumin memanggil
seorang pelayan dan ia pun menyerahkan Elizabeth 3rd pada pelayan itu.
“Sementara kami pergi tolong perhatikan dia dengan baik,” titah Jumin pada
pelayannya.
“Baik Tuan Han,”
jawab si pelayan lalu ia pergi dengan membawa Elizabeth 3rd bersamanya.
“Kau benar-benar
sangat menyukai kucing ya,” gumamku saat melihat Jumin beranjak mengambil sesuatu
dari laci kerjanya.
“Tidak juga...
cintaku hanya untuk Elizabeth 3rd...” ralatnya.
“Ya aku mengerti
sih... tapi... bukankah kau agak sedikit berlebihan?”
“Kau ini bicara
apa? Yang kubicarakan disini adalah kenyataan bahwa aku mencintai Elizabeth
3rd...”
“Hmmm... kurasa
cinta yang kau maksud itu sangat berbeda dengan cinta penuh hasrat yang
menggebu-gebu kepada seseorang, apa kau tak bisa membedakannya?”
Sesaat Jumin
menatapku dingin lalu menghembuskan napas panjang. “Terserah kau saja... ayo
kita pergi sekarang...” gumam Jumin, ia menarik tanganku dan membuatku hampir
jatuh saat mencoba mengikuti langkah kakinya yang panjang.
“Ju-Jumin! Kita
mau kemana?”
“Mencarikanmu
pakaian yang pantas.. sudah jangan cerewet dan ikut saja,”
****
Untuk pertama
kalinya dalam hidupku aku masuk kedalam sebuah butik ternama dan termahal di
Korea. Saat melangkahkan kaki masuk melewati pintu otomatis itu aku merasa
kakiku menjadi jelly, Jumin hanya diam menatapku yang diam-diam kagum pada
kemewahan ini.
“Jumin! Ada yang
bisa kubantu?” tegur seorang wanita yang sangat cantik, ia menghampiri Jumin
dan mereka langsung mengobrol akrab.
“Aku sudah
membawanya... tolong kau bereskan dia,” gumam Jumin sambil menunjukku.
“Oh jadi dia
wanita yang kau bicarakan ditelepon tadi?” seru wanita itu, ia menyapaku ramah dan
merangkul pundakku. “Namamu (Name) kan? Aku Maria senang bertemu denganmu,”
gumamnya ramah.
“Ah iya... senang
bertemu denganmu Ma-ria? Nona?”
“Kau boleh
memanggilku Maria :)”
“Baiklah, aku tak
punya banyak waktu... aku akan memilihkan pakaian untuknya sebelum pergi...”
gumam Jumin.
“What?! Wait...
maaf Maria aku harus bicara sebentar dengan Mr.Han” gumamku, Maria mengangguk
lalu beranjak pergi dan aku menggamit lengan Jumin lalu membawanya menjauh
kesalah satu sudut ruangan.
“Ada apa?” tanya
Jumin kaku.
“Kau serius? Aku
tak mungkin pakai pakaian ini...”
“Kenapa tidak
mungkin?”
“I-Ini terlalu
mahal... aku tak punya uang sebanyak itu...”
“Tenang saja aku
yang akan membayarnya...”
“Hah!!” Jumin
langsung menahan bahuku sebelum aku melompat dan mencakarnya.
“Dengar aku
membe...”
“Aku nggak mau
punya hutang denganmu!”
“Tch! Anggap saja
ini hadiah...”
“Tapi pakaian
disini mahal semua... apa kau bodoh?”
“Hhh... wanita
lain akan sangat bahagia jika dibelikan sesuatu oleh kekasih mereka...”
“Tapi kita kan
bukan sepasang kekasih...”
“Hhh...” Jumin
menatapku lalu menggeleng pusing.
“Ku koreksi...
wanita lain pasti akan sangat senang jika aku membelikan mereka sesuatu dengan
harga yang sangat fantastis, aku heran kenapa kau malah menolak...”
“Aku memang
miskin, tapi aku tak ingin memanfaatkan kebaikanmu...”
“Siapa yang
bilang aku baik?”
“Aku,”
“Ini aneh.. Bukankah
selama ini kau selalu berpikir kalau aku jahat?”
“Hhh... intinya
bukan itu... baiklah anggap saja aku meminjamnya darimu,”
“Tch... terserah
kau ingin menganggap apa yang jelas jika kau tak ingin menyimpannya kau boleh
membuangnya...”
“Hah?! Kau ini
keterlaluan... tentu saja akan kukembalikan padamu lagi,”
“Aku tak pakai
pakaian wanita apa kau pikun... sudah kita hentikan perdebatan ini, aku harus
segera memilihkan sesuatu untukmu, ayo ikut...”
Jumin beranjak
dan memanggil Maria, aku terpaksa mengekori mereka berdua. Jumin memilih banyak
pakaian yang harus kucoba, ia bahkan mendapat tempat duduk khusus dan seteko
teh Earl Grey ketika menungguku ganti pakaian dan mencoba semua baju.
“Aku tak suka
dengan warnanya...” gumam Jumin saat melihatku muncul dengan sebuah gaun
berwarna coklat.
“Ganti,”
gumamnnya lagi saat melihatku memakai gaun yang ada banyak mutiaranya.
“Aku heran kenapa
orang mau membeli pakaian seperti ini?” gumamnya ketus saat melihatku muncul
dengan gaun yang banyak rumbainya.
“Bukankah kau
sendiri yang memilih pakaian ini?” protesku sewot. Aku lelah jika harus melalui
masa ini tiga puluh menit kedepan lagi, aku bahkan mulai berkeringat karena
capek ganti baju dari tadi.
“Sepertinya tadi aku
salah lihat... ayolah, kita sudah kehabisan waktu” gumamnya mencari alasan.
Akhirnya, aku
pun menyambar asal tumpukan pakaian yang sudah ia pilih lalu beranjak untuk menggantinya lagi
dengan baju yang sudah kupakai.
Sepuluh menit
kemudian aku pun keluar dari dalam ruang ganti dan menemui Jumin lagi. “Ini
terakhir kalinya aku mengganti baju, walaupun kau tidak suka dengan model dan
warnanya aku akan tetap memakai pakaian ini!” gumamku sebal.
Jumin hanya diam
menatapku selama beberapa saat lalu perlahan ia menyantap earl greynya dan
beranjak dari sofa setelah meletakkan cangkir yang isinya sudah habis. “Maria
tolong kau rapikan dia... aku harus pergi sekarang,”
“Baiklah, jangan
khawatir aku akan membuatnya jadi wanita yang tak akan kau kenali lagi,”
“Jumin kau mau
kemana?”
“Ah, jangan
terlalu berlebihan aku lebih suka melihat wajah manusianya,” gumam Jumin tanpa
menghiraukanku.
“Baiklah, aku
akan melakukan yang terbaik,” jawab Maria.
Jumin beranjak
meninggalkanku tanpa berkata apa-apa. “Jumin kau mau kemana?” cegahku panik, ia
berbalik dan menatapku.
“Ada yang harus
ku bereskan, asisten Kang meninggalkan sedikit masalah... jangan khawatir aku akan
mengirim driver Kim untuk menjemputmu dengan sebuah limo, kita akan bertemu di
hotel, lalu... kuserahkan sisanya pada Maria, dia akan mengurusmu dengan baik, apa kau mengerti?”
Aku terdiam
sejenak saat mendengar penjelasannya yang terdengar lembut dan penuh
pengertian. Aku pun mengangguk mengiyakannya. “Good girl, Maria kuserahkan
semuanya padamu,”
“Tenang saja aku
akan mengurusnya,” jawab maria tulus. Lalu... Jumin pun pergi meninggalkanku
sendirian berada dalam butik termewah di Korea ini.
****
Ini pertama
kalinya aku didandani sedemikian rupa, dipakaikan gaun mahal dan sepatu indah
buatan designer terkenal. Aku selalu berusaha untuk tampil rapi dan anggun
disetiap acara kantor juga setiap kali aku ingin jalan-jalan atau sekedar ingin
menemui Jaehee dan Elly tapi memakai pakaian super mewah seperti ini... ini
adalah yang pertama kalinya.
“Nah kau sudah
bisa melihat hasil akhirnya,” gumam Maria setelah selesai memoles bibirku dengan
lipstik,”
Maria membalik
kursi yang kududuki agar aku bisa menatap cermin. Meskipun tak banyak yang
berubah, tapi aku merasa berbeda sekali, dandanan yang simple tapi terlihat
mewah ini pertama kalinya kulihat diriku seperti ini.
“Apa kau
menyukainya?” tanya Maria.
“Hmmm... kau
benar-benar seorang profesional sejati Maria, aku sangat menyukainya,”
Maria tersenyum
hangat. “Syukurlah kau menyukainya, aku yakin Jumin Han juga pasti sangat
menyukai hasil ini...”
“Hmm... kurasa
dia tak akan begitu perduli dengan perubahan apapun yang terjadi padaku,”
Maria menepuk
bahuku pelan untuk menenangkanku. “Aku tak tahu seperti apa hubungan kalian dan
aku sama sekali tak ingin menanyakannya padamu karena aku sangat perduli dengan
privasi Jumin... tapi kurasa ia menganggapmu sedikit lebih spesial diantara
wanita-wanita lain,”
“Ah... pasti
karena dia menganggapku temannya...”
“Yah pasti
begitu...”
“Nona Maria! Apa
saya sudah bisa membawa nona (Name) pergi?” tegur seseorang.
Maria berbalik
dan mendapati Mr. Kim telah muncul untuk menjemputku. “Ah driver Kim... tentu
saja, (Name) sudah bisa pergi sekarang... maaf ternyata butuh tambahan waktu
untuk memilihkan sepatu yang cocok untuknya,” seru Maria.
Setelah
berbasa-basi dan mengucapkan terima kasih aku pun pergi mengikuti driver Kim
keluar butik. Ia membukakanku pintu limosin yang ia kendarai. “Nona jika butuh
sesuatu kau bisa menekan tombol ini dan berbicara seperti biasa, aku bisa
mendengar suaramu dari tempat kemudi,” seru driver Kim sambil menunjukkanku
beberapa tombol khusus.
“Mr.Kim bagaimana
dengan Jumin?”
“Ah, Mr. Han
sudah berada di hotel ia akan menemui anda disana,”
Driver Kim
menutup pintu limosin dan tak lama kemudian mobil itu sudah meluncur di jalan
raya. Saat sedang asyik menikmati pemandangan malam dari dalam limo telepon
khusus yang ada didekatku berdering. Dengan perasaan bingung kuangkat telepon
itu.
“Halo?”
“Halo! Hey apa
kalian berdua sedang mempermainkanku hah? Acara sudah mulai sejak tiga puluh
menit lalu dan kau belum muncul juga?” suara Jumin terdengar kesal.
“Maaf, kami
berdua sedang dalam perjalanan... disini sangat macet, mungkin kami akan
terlambat sekitar satu jam lagi...” gumamku bohong. Padahal jalan yang kami
tempuh sangat lengang dan driver Kim memacu mobil dengan sangat cepat.
“Apa?!” pekik
Jumin. “Mana mungkin macet, Tch... aku tahu ini akan terjadi jika aku
membiarkanmu tanpa pengawasan... aku tak mau mendengar alasan
lagi, aku akan menelepon driver Kim dan memarahinya...”
Tutt~ Tutt~~
“Hah?! Jumin?!
Jumin halo?! Halo?! Duh dia memutus teleponnya...”
Dengan perasaan panik aku pun berusaha
membuka jendela kecil yang menghubungkan bagian belakang limo dengan tempat
kemudi.
“Mr.Kim? Apa
Jumin menelepon anda?!” tanyaku cepat.
“Ah nona? I-ini baru saja
tuan menelepon... sebentar akan saya terima panggilan tuan,”
Saat menguping
pembicaraan antara Jumin dan drivernya aku tak mendengar sedikit pun hal-hal
aneh, tak lama kemudian driver Kim mematikan panggilan tersebut.
“Apa yang
dikatakan Mr.Han?”
“Tuan meminta
saya agar mengendarai mobil dengan hati-hati dan mencari jalur tercepat yang
aman, dia meminta saya untuk memastikan keselamatan anda sebagai prioritas
utama..”
“Hah?”
“Tuan akan menemui
anda di lobby,”
“Di-dia tidak
memarahi anda?”
“Ah, tuan hanya
meminta saya untuk mencari jalur tercepat dan memastikan agar anda baik-baik
saja dan membuat anda merasa nyaman... apa anda baik-baik saja nona?”
“Oh... ya, a-aku
baik-baik saja... terima kasih Mr.Kim,”
“Sama-sama
nona... ngomong-ngomong kita sudah sampai ditempat tujuan, anda bisa merapikan
diri dulu sebelum keluar,”
Dengan cepat aku
pun merapikan diri dan kemudian seseorang membukakan pintu limo untukku, saat
keluar dari dalam mobil aku telah berdiri diatas red carpet dan tempat itu
masih dipenuhi beberapa reporter yang sebagian mengamatiku dan merasa bingung,
karena aku bukan seorang selebritis terkenal ataupun pengusaha terkenal mereka
pun tidak mengabadikan fotoku.
Aku pun berjalan
cepat menaiki tangga dan langsung berjalan menuju lobby hotel yang tidak begitu
ramai. Dengan perasaan bingung aku pun bertanya pada bagian informasi dimana
letak pesta perusaahan yang diadakan partner Jumin.
“Kau telat!”
Suara yang sangat
kukenal itu membuatku merasa lega, aku pun berbalik dan menatap Jumin dengan
penuh syukur.
“Jumi~ Ah Mr.Han
maaf...” gumamku lalu menghampirinya dan menjauh dari meja resepsionis.
Jumin menatapku
dalam diam untuk beberapa saat lalu ia memperbaiki letak dasinya dan menghela
napas panjang.
“Ada apa? Apa kau
begitu terpesona dengan kecantikanku sampai tak bisa bicara apapun?” candaku.
“Pakaianmu
terlalu terbuka tahu...” komentarnya dingin.
“Hah?! Apa maksudmu? Yang terbuka kan hanya bagian
punggung... kau jangan menatap punggungku dong!”
Jumin berdeham
lalu menghela napas lagi. “Hmm... kau... cantik kok,” gumamnya pelan, membuatku
terpana saat mendengarnya. “Sudah kan? Lupakan saja kata-kataku tadi... ayo
kita masuk,” serunya lalu mengajakku masuk lift dan seorang porter menekan
tombol sembilan, rupanya pesta itu diadakan dilantai sembilan hotel ini.
Selama didalam
lift Jumin tidak banyak bicara setelah keluar dari dalam lift dan berjalan
sepanjang koridor berdua dengannya kuputuskan untuk bertanya padanya. “Jumin
kenapa kau tidak datang sendirian? Biasanya kau selalu datang sendiri ke
acara-acara penting seperti ini,”
Jumin tak
langsung menjawab pertanyaanku ada sedikit jeda sebelum akhirnya dia mulai
bicara. “Sebenarnya pesta kali ini akan sedikit berbeda dari pesta bisnis yang
sudah-sudah... aku ingin kau mengerti bahwa aku tak punya pilihan lain selain
mengajakmu untuk ikut bersamaku,”
“Ah ya aku
mengerti... memangnya kenapa?”
“Aku yakin di
pesta kali ini pasti banyak wanita yang akan mendekatiku sama seperti sebelumnya,
tapi kali ini aku ingin fokus membicarakan masalah pekerjaan dan tak ingin
dikelilingi para wanita, sejujurnya aku sedikit memanfaatkanmu dengan membawamu
kesini... mereka tak begitu mengenalmu dan pasti mereka akan mengira kau wanita
yang sedang dekat denganku, jadi aku merasa sedikit tertolong dengan
kehadiranmu disini,”
Aku merasa kecewa
mendengar kata-kata Jumin karena sebenarnya aku punya perasaan khusus padanya
yang sudah lama kutepis jauh-jauh. Setiap kali bertemu dan berbicara dengannya
aku selalu menempatkan diri sebagai teman dan bawahan yang setia, aku tak
pernah berkeinginan untuk memiliki hubungan khusus dengan Jumin. Tapi tetap
saja mendengar kata-katanya membuatku merasa kecewa.
“Jangan khawatir,
kau sudah mentransfer bayaran ke rekening ku kan... jadi aku akan pura-pura
menjadi wanita yang sedang dekat denganmu, tapi tetap saja kita bukan kekasih kan?
Hanya dekat saja kan?” gumamku antusias, berusaha memastikan posisi dan peran
yang harus kumainkan.
Jumin menatapku
dengan tatapan kosong lalu tersenyum kecil. “Ya.. mohon bantuanmu, nona (Name),
kita masuk sekarang?”
Kutatap Jumin
lagi saat melihatnya menyodorkan lengannya padaku. “Kuharap semua akan
baik-baik saja...” gumamku cemas.
Jumin terkekeh
pelan. “Kalau kau sudah tak sanggup kau bisa berhenti dan menjauh dariku...”
gumamnya lalu memperbaiki letak rambutku dengan jari-jarinya. Sentuhan jarinya
dikulitku membuatku gemetar untuk alasan yang tak kutahu.
“Baiklah, ayo...”
****
Part 2
Chapter 2 nya adaaa ?
ReplyDelete