Monday 29 June 2015

Shingeki No Kyojin : Chapter 1 [Bunga Liar / Wild Flower]

BY Unknown IN No comments



Shingeki No Kyojin Special : Levi’s  Romantic Love Story
“Wild Flower”

Cast    : Levi Ackerman x Minazuki
    Genre : Romance, Action, Mature

Chapter 1
Ucapan Selamat Tidur

Siang itu dalam ruang kerjanya Rivaille sedang sibuk mengisi kolom TTS dengan wajah sangat serius, dahinya mengkerut ketika ia berpikir keras mencari jawaban. Tiba-tiba saja Minazuki mendobrak masuk pintu ruangan dan berjalan penuh keceriaan mendekati Rivaille, ia meletakkan sebuah bungkusan dimeja lainnya.
“Heichou ayo kita kencan!”ajak Minazuki.
Ia memasang wajah penuh senyuman saat menopang wajahnya di atas meja yang ada dihadapan Rivaille.
Rivaille mengangkat dagunya menatap Minazuki. Wajahnya masih sedingin es.“Iie betsu ni, aku sibuk” jawab Rivaille santai, ia pun kembali menyibukkan diri mengisi kolom TTS yang ada ditangannya.
Minazuki mendongakkan kepalanya untuk melihat buku TTS yang ada ditangan Rivaille.
“Hmm, sibuk apanya.. kau sedang cuti kan kenapa justru mengurung diri dalam ruangan ini dan hanya mengisi buku TTS, ayo kita pergi kencan..” ajak Minazuki lagi.
“Meskipun cuti, aku harus tetap waspada, mana mungkin bisa santai, kalau kau ingin menggangguku sebaiknya kau segera mencari kegiatan lain,”
Minazuki beranjak mendekati jendela, ia pun menikmati semilir angin yang masuk melalui celah jendela. Tanpa disadarinya Rivaille sedang memandanginya.
“Kapan kau pulang ke rumah?” tanya Minazuki yang masih menatap keluar jendela.
“Hmm, entahlah masih ada yang harus ku lakukan disini,”Rivaille kembali memandangi buku ditangannya. Minazuki tersenyum tipis ketika ia menoleh kearah Rivaille.
“Pulanglah sesekali, bukankah itu rumahmu? Kalau kau pulang aku bisa memasak makanan apapun yang kamu inginkan, bahkan aku bisa menina bobo-kan mu,”serunya tersenyum jahil.
Rivaille berpura-pura tidak mempedulikan kata-kata Minazuki, ia masih menatap bukunya. Minazuki beranjak dari jendela mendekati Rivaille yang masih berpura-pura tidak memperhatikannya. Sebuah kecupan mendarat tepat di pelipis Rivaille, seketika saja ia merasa jantungnya memompa cepat dan seolah akan melompat jatuh dari dalam dadanya. Ia mengernyitkan dahinya lagi lalu menatap Minazuki dengan serangan tatapan setajam es.
“Aaaahhh.. kawaiii!!” pekik Minazuki riang kemudian langsung merangkul Rivaille dan mengacak rambutnya.
“Hentikan! Lepaskan aku!” seru Rivaille sebal sambil mencoba melepaskan diri dari Minazuki.

Brakk!

Pintu ruang kerja menjeblak terbuka dan Erwin muncul, ia sempat tidak menyadari kehadiran Minazuki di dalam ruangan itu, ketika pintu telah menutup di belakangnya dan ia berbalik akhirnya ia bisa melihat pose keduanya yang sangat tidak biasa bagi seorang kapten seperti Rivaille.
“A-apa aku mengganggu?” serunya dengan wajah gugup. Ia menatap Rivaille yang sudah menekuk wajah semakin dalam. “Nanti aku akan kembali lagi,” serunya panik sembari berusaha melarikan diri dari ruangan itu.
“Chotto! Minazuki bukankah sekarang waktunya kau pergi latihan?”gumam Rivaille pelan.
“He?”Minazuki menatap Rivaille bingung, namun segera saja ia tersenyum lagi dan melepaskan rangkulannya dileher Rivaille.
Tapi Erwin yang sudah terlanjur merasa tidak enak karena telah menghancurkan mood kedua orang yang sedang kasmaran ini tetap berusaha melarikan diri.“Ah, tak apa aku bisa kembali lagi nanti,”
Pangkat Erwin sebenarnya diatas Rivaille, dia adalah seorang komandan 13 dari Survey Corps namun entah kenapa dia suka sekali datang tiba-tiba keruangan Rivaille dari pada harus memanggil pria itu keruangannya.
“Ah maaf komandan, aku memang harus pergi sekarang..” cegah Minazuki. Ia beranjak menuju sebuah meja tempat tadi ia menaruh sebuah kotak makanan yang sudah terbungkus rapi. Ia memindahkan kotak makan itu ke meja Rivaille.
“Setelah rapat dengan komandan jangan lupa memakan makan siangmu Heichou, kalau kau sakit siapa yang akan menyelamatkan dunia?” seru Minazuki sembari tersenyum penuh keisengan. Lalu ia beranjak meninggalkan keduanya sembari mengucapan perpisahan pada komandan Erwin.
“Aku tidak tahu kalau sekarang Minazuki menjadi kekasihmu, dia sangat perhatian padamu ya, aku sedikit iri..” seru Erwin sambil berjalan mendekati sebuah kursi yang ada didekat meja Rivaille lalu duduk disitu.
Rivaille meletakkan buku TTS-nya lalu memijit-mijit keningnya pelan. “Jangan salah paham, Minazuki bukan kekasihku,”serunya dingin. “Jadi apa yang ingin anda bahas denganku?” tanyanya lagi berusaha mengalihkan pembicaraan.
“Ini mengenai strategi untuk invasi selanjutnya..”
* * *

Minazuki berjalan pelan menuruni tangga. Wajahnya muram, sebenarnya dia sangat ingin bertemu dengan Rivaille. Invasi yang dilakukan Rivaille bersama rekan-rekannya minggu lalu membuat Rivaille harus meninggalkan kota selama dua minggu, ia sudah kembali sejak tiga hari yang lalu tapi sama sekali belum pulang ke rumah. Padahal Rivaille sudah mendapatkan cuti selama seminggu tapi dia sama sekali tidak beristirahat sedikitpun. Minazuki benar-benar merasa dadanya sakit ketika memikirkan Rivaille.
“Yo Minazuki!” sebuah suara mengagetkannya dan seketika ia berjengit kesakitan ketika sebuah pukulan mendarat dipunggungnya.
“Ah, Eren?”serunya sembari berusaha mengelus punggungnya yang kesakitan.
“Kau sedang apa disini?”
“Aku baru saja mengantar makan siang Heichou,”
Eren memegangi perutnya dan mengelusnya pelan. “Wah beruntung sekali, kenapa justru pria sedingin es itu yang mendapat kiriman makan siang sih. Mendengarnya membuatku menjadi lapar,”
“Jangan berkata seperti itu, bisa bahaya kalau dia mendengarnya kan,” tegur Minazuki sambil tersenyum jahil. “Kau belum makan?”
Eren menggelengkan kepalanya. “Sejak semalam aku belum makan apapun, hmm.. bagaimana kalau kau menemaniku makan? Apa kau sudah makan siang?”
“Wah ayo! kebetulan sekali aku juga belum makan siang. Kita bisa mencoba datang ke toko kelontong yang baru buka minggu lalu, kudengar makanan disana sangat enak,”ajak Minazuki riang sembari menarik Eren agar berjalan mengikutinya.
Cahaya matahari siang itu sangat terik namun hawa udaranya tidaklah panas sehingga Eren dan Minazuki dapat berjalan santai sepanjang jalan menuju toko kelontong.
“Bagaimana kabarmu? Apa invasinya berjalan lancar?” tanya Minazuki. Sebenarnya ia sedang berusaha mencari jalan untuk mengumpulkan informasi mengenai Rivaille.
“Hmm, sangat berat. Invasi kali ini tidak berbeda dengan sebelumnya, kau tahu kan banyak teman-teman yang kembali dengan luka yang sangat parah bahkan beberapa rekan kami.. tidak bisa kembali,  tapi pengorbanan mereka tidak boleh disia-siakan, kami harus berusaha melakukan yang terbaik dalam setiap invasi,”
Minazuki merasa bersalah telah menanyakan pertanyaan itu. Eren pasti merasa sangat edih karena harus kehilangan orang-orang yang dekat dengannya, ia pun akan merasakan hal yang sama jika Rivaille...
“Aku selalu berharap kalian semua bisa kembali dengan selamat tanpa kurang apapun,” celetuknya. “Daijoubu, aku yakin pengorbanan mereka nggak akan sia-sia. Kau tahu.. Aku bahkan telah bergabung dalam akademi dan saat ini sedang menjalani beberapa pelatihan, aku sudah tak sabar ingin pergi ke medan perang bersama kalian,”
“Hah?!” Eren menghentikan langkahnya dan mengernyitkan dahinya menatap Minazuki. “Kau mau ikut ke medan perang? Jangan bercanda!”serunya lagi sembari menjitak kepala Minazuki.
“Uuuh,” ringisnya. “Siapa yang bercanda? Lagi pula aku ini lebih tua darimu berani sekali kau menjitak kepalaku, hah!!”
Minazuki memukuli lengan Eren sementara Eren menyambutnya dengan tawa. Mereka berdua telah sampai di toko kelontong dan segera mencari tempat duduk kemudian memesan makanan.
“Hei, apa kapten itu tau kau masuk akademi?”
Minazuki menggeleng kuat. “Dia tidak tahu. Kau juga tidak boleh memberitahunya ya,”
“Hmm, kenapa tidak boleh? Bukannya dia pasti setuju?”
Makanan mereka pun datang dan keduanya mulai menyantap makanan itu dengan lahap.
“Hmm, entahlah.. aku merasa lebih baik tidak mengatakannya padanya. Lagi pula meskipun aku ikut divisi itu atau tidak ku rasa dia tidak akan perduli,”
“Sou ka. Tapi.. kurasa justru sebaliknya.. dia akan..” celetuk Eren pelan. Tangannya masih sibuk menyuapkan makanan secara beruntun kedalam mulutnya.
“Hah!? Ap-”
Eren menepuk-nepuk dadanya membabi buta. Wajahnya memerah.
“Uhuk! Uhuk! Uhuk! Air!”
Minazuki bangkit dari duduknya dan menepuk-nepuk punggung Eren.
“Naaniiii?? Ah, yang benar saja... makannya pelan-pelan dong! Kalau gaya makanmu begini kau bisa mati tersedak, Baka!”ia membantu Eren meminum airnya dan mengelap bibir Eren dengan sapu tangannya.“Daijoubu?”tanyanya lagi. Eren mengangguk mengiyakan. “Pelan-pelan saja makannnya,”
“Gomen,” seru Eren tertawa sembari menggaruk belakang kepalanya yang sebenarnya tidak gatal.
Seseorang yang berdiri diluar toko terlihat sangat terkejut ketika melihat pemandangan intim Eren dan Minazuki yang saat itu berada di dalam toko kelontong. Wajahnya menyiratkan kebahagiaan. Hanji, ia berniat akan meluangkan waktu setelah rapat untuk memata-matai kedua muda-mudi itu.
Hanji masih tersenyum penuh arti ketika ia berjalan masuk ke dalam kantor Rivaille. Ia sedang memikirkan cara untuk mengerjai Eren dan Minazuki nanti.
“Apa yang kau lakukan Hanji? Jangan tersenyum licik begitu tanpa mengatakan sepatah kata pun,” tegur Rivaille.
“Ahaha, gomen-gomen hanya saja saat ini aku sedang bahagia, ayo kita lanjutkan lagi rapatnya..” serunya tenang.
“Rapatnya sudah selesai, kau datang terlambat,” seru Mikasa dingin ia pun berpamitan untuk pergi.
“Ah, kenapa terburu-buru begitu Mikasa?” tanya Hanji.
“Aku sedang mencari Eren, oh ya apa kau melihatnya?” tanya Mikasa.
“Oh, kalau Eren dia sedang berada di toko kelontong bersama pacarnya. Aku melihat mereka sedang makan siang yang suasananya sangat intim sekali, sebaiknya kau jangan mengganggu mereka,”seru Hanji melebih-lebihkan.
Mendengar kata-kata Hanji membuat Mikasa langsung naik pitam.
“Hah?! Pacar? Siapa?!”tanyanya kesal, ia mengepalkan jari-jarinya menahan amarah.
“Kalau tidak salah Minazuki-san, aah mereka terlihat sangat mesra sekali bahkan Minazuki membersihkan bibir Eren dengan sapu tangan miliknya dan menepuk-nepuk mesra punggungnya, lalu mereka kisu-kisu..”
“Bakaa~~~”
Mikasa langsung menyeret Hanji untuk mengikutinya pergi.
“Chottooooo~~~” pekik Hanji, berusaha untuk menghindar namun gagal.
 Pintu kantor kembali tertutup dengan Erwin dan Rivaille yang terdiam menyaksikan kepergian mereka berdua.
Erwin beralih menatap Rivaille dan pintu secara bergantian.
“Kau.. tidak ingin menyusul?” tanyanya gugup.
Rivaille menangkupkan kedua jemarinya didepan dadanya. “Untuk apa? Hal itu tidak ada hubungannya denganku”. Namun wajah Rivaille terlihat tertekuk sangat dalam.
Erwin terkekeh pelan sambil memijat keningnya. “Jangan terlalu keras pada dirimu sendiri, aku tidak ingin kau menyesal nantinya..”
“Hhhh.. hentikan omong kosong itu, dia tak ada hubungannya denganku..”
* * *

Minazuki pulang ke rumah tepat sore hari menjelang malam, Eren mengantarkannya sampai rumah. Mereka berdua terlihat bahagia dan tidak terlihat tanda-tanda Hanji dan Mikasa.
“Arigatou Eren, hari ini benar-benar menyenangkan,”
“Hontou?”
“Hontou ni!” pekik Minazuki  tersenyum lebar. “Bagaimana kalau kita pergi kesana lagi, mumpung kau sedang cuti?”
“Ah, ide bagus.. kalau begitu besok aku akan menjemputmu ya?”
Minazuki mengangguk mengiyakan permintaan Eren sebelum melepas pemuda itu pergi. Setelah Eren pergi ia terlihat murung lagi dan berjalan pelan masuk kedalam rumah. Tak ada Eren atau pun Rivaille lagi, rumah sebagus ini pun akan terasa sepi jika hanya seorang diri saja yang menghuninya.
“Dari mana saja kau?”
Minazuki terlonjak kaget ketika mendengar suara yang sangat dikenalnya menegurnya bagai hantu disiang bolong.
“Heichou?” serunya sembari mencari sosok yang ternyata sedang duduk disalah satu kursi baca yang ada diruang tamu. Minazuki bisa melihat sosok Rivaille yang sedang duduk manis dengan sebuah buku ditangan dan ekspresi wajah yang super dingin terhias diwajahnya. “Kau kembali?”
“Aku kembali untuk mengecek keadaan rumah ini, apa yang sudah kau kerjakan selama ini? Rumah ini terlihat sangat kotor, debu dimana-mana.. aku ingin kau segera membersihkannya..”
Namun Minazuki tak menggubris omelan Rivaille ia segera mendekati pria es itu dan memandanginya dengan senyum ceria terekah di wajahnya. Melihat hal itu membuat Rivaille salah tingkah hingga ia berusaha agar tidak terlihat gugup didepan Minazuki.
“Yokattaaa,” gumam Minazuki bahagia.
Rivaille berdiri dan meletakkan buku yang dipegangnya ke dalam rak buku yang tertempel pada tembok. Ia berusaha mengalihkan pandangannya dari Minazuki.“Kau tidak mendengarku?”tanya Rivaille kali ini ekspresi wajahnya berubah lebih lembut. “Bersihkan rumah sekarang juga dan buatkan aku makan malam,’
“Hmm, okay,”
Minazuki beranjak dari hadapan Rivaille dan menuju dapur. Namun sebelum pergi sejenak ia memeluk punggung Rivaille. “Kau ingin makan apa Heichou?”bisiknya lembut.
“Apa saja boleh dan berhentilah memelukku,”
“Baiklah-baiklah,” Minazuki melepas pelukannya dan menepuk pelan punggung Rivaille. “Akan segera kubuatkan, oh ya aku akan memanaskan air untukmu jadi kau bisa mandi sebelum makan malam,”
Setelah Minazuki beranjak menuju dapur. Rivaille merasa sangat putus asa, dia menekan-nekan pelipisnya dengan tangan kanannya. “Jeager sialan..” gumamnya.
Malam pun semakin larut setelah selesai membersihkan sisa makan malam mereka, Minazuki yang sudah selesai mandi beranjak menuju ruang tamu tempat mereka biasa bersantai sambil membaca buku atau pun menonton televisi (entah di tahun 850 sudah ada tivi apa nggak, anggap aja sudah ada ya).
Rivaille sedang duduk di sofa panjang dengan gaya yang sangat elegan ia sedang asik  membaca buku dengan televisi menyala yang tidak dihiraukannya.
Minazuki duduk diseberang sofa yang sama dengan Rivaille, ia sedang mengeringkan rambut basahnya dengan handuk, kali ini dia tidak ingin mengganggu Rivaille agar pria es itu bisa bersantai dengan nyaman. Tanpa disadarinya Rivaille sedang mengamati setiap gerak geriknya.
Rivaille merasa ada sesuatu yang berbeda dari sikap Minazuki. Gadis itu menangkap basah Rivaille yang sedang mengamatinya, namun dengan cepat Rivaille menguasai diri agar tidak terlihat salah tingkah.
“Nani?” tanya Minazuki.
Rivaille menggeleng. “Betsu ni, aku hanya mengamatimu,”
“Ha?! Mengamatiku? Tumben? Apa aku kelihatan lebih cantik malam ini?” tanya Minazuki iseng, ia kembali mengacak-acak kepalanya dengan handuk. Lalu mulai menyisir pelan rambutnya yang sudah setengah kering.
“Tidak juga. Aku bingung, sedetik yang lalu kau akan berusaha memeluk dan menggodaku lalu setelahnya kau akan diam tanpa berkata sepatah kata pun. Bukankah itu aneh?”
Minazuki tersenyum cerah mengamati Rivaille.
“Lalu.. kau lebih suka aku yang mana?” goda Minazuki. Rivaille melempar pandangan sedingin es padanya, namun hal itu justru membuat senyuman Minazuki berubah menjadi tawa. “Baiklah aku akan berhenti menggodamu,” serunya. “Sebaiknya kau segera beristirahat saja dan berhentilah membaca buku, aku sudah merapikan kamarmu tuan sok serius,”
“Aku akan tidur disaat aku ingin,” tolak Rivaille mengalihkan kembali tatapannya ke arah bukunya.
Minazuki tersenyum tipis mendengar kata-kata Rivaille. “Kau benar-benar keras kepala Rivaille..”serunya sembari meregangkan tubuhnya.

Bruk!

Sesuatu mendarat tepat diatas pangkuan Minazuki, kini ia bisa melihat wajah Rivaille yang sedang menatap balik dirinya. Ia juga tahu Rivaille akan melihat wajahnya yang mulai memerah. Rivaille memperbaiki posisi tidurnya dipangkuan Minazuki dan kembali melanjutkan membaca bukunya.
“Kau sedang apa?” tegur Minazuki.
“Membaca,” jawab Rivaille santai.
“Hei, kalau baca buku sambil tiduran nanti matanya bisa minus lho,” seru Minazuki. Mendengar kalimat Minazuki membuat Rivaille berusaha menahan tawanya. Sebenarnya terkadang Rivaille menggunakan kacamata.
Rivaille meletakkan buku yang sedang dibacanya tepat diatas dadanya. Ia menatap Minazuki yang sedang memandanginya.
“Nan desu ka?” tanya Minazuki dengan raut wajah serius.
“Betsu ni,” jawab Rivaille masih menatap Minazuki.
“Hei, ada yang ingin ku katakan padamu.. hal ini sangat penting, jadi aku ingin kau mengetahuinya,”
Mendengar kata-kata Minazuki membuat jantung Rivaille memacu cepat.
“Sebenarnya..”
“Stop!”
“Ha? Kenapa? Aku belum bilang apa-apa..”
“Aku benar-benar sangat ngantuk dan ingin tidur, jangan menggangguku,”
Rivaille memejamkan matanya rapat, ia belum siap mendengar pengkuan Minazuki tentang Eren. Meskipun telah lewat beberapa puluh menit memejamkan mata namun ia sama sekali tidak mengantuk dan masih tetap terjaga.
“Kau benar-benar tuan muda yang egois Rivaille..” seru Minazuki.
Rivaille merasa senang karena berhasil mengibuli Minazuki, lihat saja besok dia sudah menyiapkan rencana pembalasan untuk mengerjai Minazuki yang sudah mengatainya cowok egois.
Namun ia malah terhenyak dan kaget ketika Minazuki menyentuhnya. Ia bisa merasakan jemari Minazuki mengelus lembut rambutnya dan memijat pelan kepalanya, hal itu benar-benar membuat Rivaille merasa sangat nyaman.Ia sudah terbiasa dengan perlakuan lembut Minazuki padanya karena gadis itu memang suka menyentuhnya, tapi tetap saja jantungnya selalu berdebar setiap Minazuki melakukan hal yang sama sekali tidak di duganya.

Apa dia juga suka menyentuh Eren?

Sekelebat pertanyaan itu terlintas diotaknya, tanpa bisa dicegahnya ia mulai membayangkan Minazuki memeluk dan mencium pipi Eren yang menerimanya pasrah dengan senyuman cerah. Tiba-tiba saja ia merasa dadanya sesak lagi dan ia merasa sangat kesal pada Eren.
Sedang asyik memikirkan cara untuk membalas Eren, Rivaille merasakan sesuatu yang hangat dan lembut menyentuh bibirnya.
Saat ini ia menyadarinya bahwa Minazuki sedang menciumnya. Namun sekali lagi ia tak punya keberanian membuka matanya. Ia membiarkan kehangatan itu menjalari tubuhnya dengan perasaan tidak karuan hingga sepenuhnya ia merasa benar-benar sangat terjaga dari tidurnya dan tak ingin tidur lagi.

“Oyasuminasai Rivaille..”

Pagi itu Rivaille terbangun dan langsung terlonjak kaget ketika mendapati dirinya tertidur di sofa sambil memeluk tubuh Minazuki. Segera saja ia kelabakan menghindari gadis itu hingga terduduk di lantai.
Wajahnya terlihat sangat panik. “Haaahh!! Apa yang sudah kulakukan?”
Ia memandang kearah celananya dan melihat dirinya yang lain sudah lebih bersemangat dibandingkan dirinya sendiri. “Gawaaaaaaaat!”
Setelah itu Rivaille kabur ke kamar mandi.

* * *
Ps : Maaf sebelumnya Mimin lupa kalo Acc Mimin namanya sama kayak pemeran ceweknya. Tapi suer itu bukan Mimin kok. Wkkwkwkwk. Oya, kenapa Mimin pake nama Minazuki, karena Mimin pengennya Levi itu jatuh cinta sama cewek keturunan langka alias setengah asia. Mimin suka pakai nama Minazuki karena artinya bagus yaitu bulan Juni. Dah segitu dulu infonya.

0 comments:

Post a Comment