SHORI SATO : BOYFRIEND NEXT DOOR
(MY MAN)
Minna Ohayou Gozaimasu :) ketemu
lagi dipostinganku yang rada kacau balau ini :) hmm.. saat ini aku sedang mengalami
sedikit kebuntuan dalam menemukan ide untuk scene selanjutnya dari novel
fanficku (Hehehe). Aku memutuskan untuk mempublikasikan beberapa scene selama
proses penulisan ini. Hmmm.. kedengarannya narsis ya. Tapi aku sedang berusaha
menemukan ide baru untuk scene Kana Yurika dan Sato Shori.
Dalam
pengerjaannya aku mendengarkan beberapa lagu jepang kesukaanku dengan tujuan
agar aku mendapatkan mood yang pas ketika menulis cerita ini. Inilah beberapa
lagu tersebut:
- CREAMVISIONJP – 54321
- CREAMVISIONJP – LALALA LOVE SONG
- SEXY ZONE – SAKURA SAKU COLOR
- SEXY ZONE – A MY GIRL FRIEND
- SEXY ZONE – HITOMEBORE
- SEXY BOYZ – THE WIN
- AYAKA – MIKAZUKI
Diantara semua lagu ini, aku biasanya
langsung lancar menulis ketika mendengar lagu dari CREAMVISIONJP – 54321,
lagunya bergenre sedikit RnB dan kalau ceritaku ini adalah sebuah dorama Jepang
aku akan menjadikannya lagu ost. utamaku hahahaha. Lagunya asyik banget lho,
pokoknya dibeberapa scene jatuh cinta rasanya pas banget pakai lagu ini
(hihihi) bahkan aku sampai nyanyi-nyanyi dan senyum-senyum sendiri ketika
menulis scenenya J.
Dalam cerita ini kalian akan
menemukan beberapa nama yang sudah sangat dikenal. Sebenarnya aku merasa
bersalah juga memakai nama mereka sebagai tokoh dalam ceritaku. Aku jadi
penasaran bagaimana reaksi Shori ketika tahu bahwa ia harus memerankan
seseorang yang sangat berbeda darinya dan tiba-tiba mendapatkan scene yang
aneh-aneh dalam cerita yang sebenarnya justru membuatnya tidak nyaman. Tapi
sebagai fans yang tidak bisa bertemu langsung dengannya, dia adalah motivasi
untukku supaya bisa lebih baik dalam menulis.
Tujuanku membuat cerita ini
sebenarnya untuk membunuh waktu dan mencoba untuk menyelami bagaimana diri
Shori sendiri (wkwkwkwk). Dia yang ada dalam imajinasiku apakah sama atau
berbeda dengan kenyataannya aku pun tak tahu. Tapi semakin lama aku berkutat
dengan ceritaku, aku pun merasa menjadi lebih dekat dan lebih mengenal sosok
Shori dan Yurika dalam cerita yang kubuat.
Oke, gomen ne karena kebanyakan
basi-basinya. Silakan dibaca bagi yang gak sengaja terbaca dan ingin baca J
maaf kalau masih banyak penulisan kata dalam bahasa jepang yang Cuma sedikit-sedikit
dan kurang pas dalam penggunaannya. Soalnya cerita ini belum masuk proses revisi
J.
BOYFRIEND NEXT DOOR (MY MAN)
Cast : Sato Shori
(A, 22YO), Kana Yurika (AB, 25YO), Satoh Takeru (A, 25YO), Mizushima Hiro (AB,
27YO), Lida Ayaka (O, 23YO), Kawaguchi Yui (A, 25YO), Aoi Satoshi (B, 24YO), Mikazuki (Cat, 8month)
Genre : Romance,
Mature, Comedy, Slice Of Life
Keesokannya Yurika bangun pagi
sekali dan telah menyelesaikan pekerjaan rumahnya. Ia bangun pagi agar bisa
pergi sarapan lebih awal di Cafe poirot yang menjual kopi yang terkenal sangat
enak didaerah itu. Yurika sangat menyukai kopi dan telah mencoba semua kopi
mulai dari yang biasa hingga yang berkelas. Kebiasaannya ini sangat berbeda
dengan Hiro yang tidak terlalu suka mengonsumsi kopi.
Untuk
kenyamanan ketika bekerja dan supaya tetap terlihat formal ketika membantu
Satoshi hari itu ia mengenakan blazer warna krem dan kemeja putih polos dengan
celana jeans biru dongker. Ia mengikat rambut panjangnya dengan gaya low
ponytail dan memakai sepatu kets putih untuk melengkapi gayanya.
Ia telah
mempersiapkan gaun yang dipesan Takeru kemarin dan menaruhnya dalam sebuah tas.
Gaun itu berwarna pink dan modelnya sangat cantik. Menurut pesan Takeru ia
harus mengantarkannya ke sebuah hotel yang cukup terkenal di Ginza dan
menyerahkan gaun itu pada seseorang bernama Ami yang menginap disana.
“Jadi kali ini
namanya Ami? Kau memang benar-benar seorang playboy Takeru-kun,” gumamnya
sembari membaca alamat hotel pada kertas yang dipegangnya. Ia bersiap untuk
berangkat, ketika sedang mengunci pintu apartemennya ia menatap pintu apartemen
disebelahnya yang masih tertutup. Ia belum lagi bertemu Shori sejak kemarin,
sebenarnya ia juga ingin mengucapkan terima kasih pada Shori yang telah
memberinya obat salep paling mujarab, hanya dalam semalam saja kakinya telah
sembuh dan sudah tidak sakit lagi.
Cuaca hari itu
sangat mendung, Yurika tidak membawa payung sebagai persiapan. Disepanjang
jalan menuju Poirot ia melihat nenek yang dulu pernah ditolongnya membawakan
barang bawaan, ia pun menyapa nenek yang juga pernah membantunya menunjukkan
jalan menuju apartemen barunya itu.
“Ohayou gozaimasu
Obachan, apa kau masih ingat denganku?” sapanya.
Nenek itu
memfokuskan pandangannya pada Yurika lalu tersenyum. “Ah, ternyata kau, apa kau
sudah menemukan apartemenmu nak?” tanya nenek itu.
“Iya Obachan,
terima kasih sudah menunjukkan jalan untukku,”
“Tak masalah,
harusnya Obachan yang berterima kasih padamu karena saat itu sudah menolong
Obachan,”
Yurika hanya
tersenyum mendengar penuturan nenek. “Hmm, Obachan mau kemana? Sepertinya akan
hujan apa kau membawa payung untuk persiapan?” tanya Yurika.
“Ah, Obachan
mau belanja keperluan untuk membuat kue dan membeli sebuah bola untuk cucuku
yang ulang tahun hari ini. Jangan khawatir aku sudah membawa payung kalau
memang hujan akan turun.
“Sou desu ka..
pasti cucu Obachan akan sangat senang mendapat kejutan darimu,”
“Honto desu ka?
Hahahaha semoga saja, aku sudah tak sabar ingin bertemu dengannya. Kalau begitu
aku pergi belanja dulu ya, kau hati-hatilah pergi kerja”
“Baik Obachan,
aku mau ke Poirot sebentar untuk sarapan. Obachan juga hati-hati ya,”
Nenek itu pergi
dan Yurika kembali melanjutkan perjalanannya menuju Cafe Poirot. Toko-toko
kelontong dan roti yang ada disekitar jalan itu baru saja buka, bau roti yang
masih hangat dan manis pun menguar kejalanan dipagi hari yang mendung itu. Cafe
Poirot tepat berada dibawah tanjakan jalan yang membukit tepat dipersimpangan
jalan, ia pun masuk kedalam cafe dan matanya langsung terfokus pada salah satu
meja disudut ruangan ia melihat sosok yang dikenalnya sedang asyik membentuk
rumah-rumahan dari kue wafel yang belum dimakan.
Ia mendatangi
bar dan menyapa pemilik cafe yang biasa melayani para tamu. Oguri Tanaka adalah
pemilik Cafe Poirot.
“Halo, ada yang
bisa kubantu?” tanya Tanaka.
“Ano.. Aku
ingin memesan Cappuchino dan satu Pancake Strawberry,”
“Ah, baiklah
pesananmu sudah kucatat, silakan menunggu. Pesananmu akan diantar lima menit
lagi,” seru Tanaka. Ia pun langsung membayar pesanannya dan memandang
berkeliling mencari tempat.
Yurika menatap
meja Shori lagi, ia terlihat sangat serius dengan rumah wafelnya. Pagi itu
Shori mengenakan pakaian yang sangat rapi, ia mengenakan coat abu-abu gelap dan
T-shirt hitam dengan celana panjang berwarna abu-abu gelap dan sepatu boat
hitam yang terlihat trendi, disaat bersamaan rambutnya terlihat rapi namun juga
berantakan.
Yurika pun
memutuskan untuk menyapa Shori, ia ingin mengucapkan terima kasih pada pemuda
itu.
“Ohayou
Shori-kun,” sapanya. Shori mengalihkan pandangannya dari rumah wafelnya yang
belum selesai ia buat.
“Ah ternyata
kau, ohayou!” sapa Shori sambil tersenyum manis. “Bagaimana kakimu apa sudah
baikan?” tanyanya lagi sambil menatap sepatu kets Yurika.
“Ah ya kakiku
sudah sembuh.. sebenarnya aku menyapamu untuk mengucapkan terima kasih, berkat
salep yang kau beri kakiku sudah tidak sakit lagi,” jelas Yurika. “Hontou ni
arigatou ne,” ujarnya membungkuk sedikit.
“Sou ka..
syukurlah kalau memang sudah sembuh, sebenarnya aku khawatir kakimu akan
semakin parah kalau tidak segera diobati..”
Seorang pelayan
menghampiri mereka berdua dengan nampan berisi Cappuchino dan Pancake, ia
bertanya dimana Yurika ingin duduk.
“Ah, silakan
taruh dimeja itu aku akan segera kesana,” pinta Yurika sembari menunjuk sebuah
meja dekat pintu masuk.
“Kenapa tidak
duduk bersamaku?” celetuk Shori. Yurika menatapnya kaget.
“Sebaiknya
jangan, aku tak mau mengganggumu kau terlihat sangat sibuk dengan rumah-rumahanmu
itu,” tolak Yurika.
“Tak apa,
duduklah denganku.. nee-chan kau bisa menaruh nampannya dimejaku,” pinta Shori
pada si pelayan yang akhirnya lega karena bisa menaruh nampan itu dimeja Shori.
“Aku sedang menunggu temanku, sembari menunggunya kita bisa mengobrol lagipula
aku ingin lebih mengenal tetangga baruku,” pinta Shori sembari mempersilakan
Yurika untuk duduk diseberangnya. Ia pun
mengikuti permintaan Shori.
Meskipun Shori
berkata ia ingin mengobrol tapi akhirnya mereka berdua hanya duduk diam dan saling
membisu. Ia kembali sibuk dengan rumah-rumahan wafelnya. Sebelum memakan pancakenya
Yurika memotret makanannya dulu lalu mengunggahnya ke akun instagramnya.
Setelah itu ia pun mulai memakan makanannya dengan bahagia hingga tanpa
disadarinya ternyata Shori mengamati sikapnya barusan.
“Nani?” tanya
Yurika heran.
“Kau.. memotret
makananmu sebelum dimakan?” tanya Shori.
“Ne, kau tidak
pernah melakukannya?” Yurika melanjutkan memakan pancakenya dengan cuek.
“Hmm, apa pria
juga harus melakukan hal yang sama dengan yang dilakukan para wanita?” tanya
Shori dengan sorot mata ingin tahu namun senyum jahil menghiasi wajahnya.
Yurika membalas
tatapan Shori. “Kalau tidak suka kau tidak harus melakukannya, lagi pula kau
seharusnya memakan wafelmu dan tidak memainkannya seperti itu..”
“Ah, ternyata
kau orang yang kaku..”
“Hmm, dan kau
orang pertama yang berani mengatakannya langsung didepanku..”
“Sou ka..? Aku
jadi ingin tahu apa wanita kaku sepertimu sudah memiliki pacar atau belum,”
seru Shori menatap Yurika tajam.
Yurika terdiam
dan mengunyah pancakenya pelan sembari menatap pancakenya yang sudah tinggal
setengah.
“Ah, gomen ne..
apa aku salah bicara? Aku tak bermaksud menyinggungmu, aku..” Shori terlihat
panik dan mencoba untuk mencairkan suasana yang tiba-tiba mencekam. Ia merasa
bersalah karena sudah bertanya yang aneh-aneh pada Yurika. “Aku.. memang buruk
dalam hal bercanda...”
“Hahahahahaha..”
Yurika tertawa geli melihat sikap Shori barusan.
“Eh? Kenapa kau
tertawa?”
Yurika kembali
memakan pancakenya. “Wajahmu benar-benar lucu, imut,” ujarnya.
“Haah.. jadi
kau tadi pura-pura saja?” protes Shori.
“Mochiron! Ah,
akhirnya kenyang juga,” pancake dipiringnya telah habis. Yurika menatap keluar
kaca jendela sehingga Shori pun ikut mengalihkan pandangannya keluar. Langit
semakin gelap. “Gawat sepertinya aku harus pergi sekarang juga,” ujarnya
sembari meminum habis Cappuchinonya dan mengelap bibirnya dengan tisu.
“Mau pergi
kerja?”
“Hmm, ya..
arigatou ne karena sudah memperbolehkanku duduk bersamamu,” seru Yurika sambil
bersiap untuk pergi.
“Kenapa
buru-buru sekali?”
“Aku punya
tugas yang sangat penting dari atasanku, kalau hujan turun sekarang aku tak
akan selamat sampai halte bus. Aku pergi dulu ya,” Yurika meraih tas berisi
gaun dan pamit pergi namun langkahnya terhenti dan ia kembali menghampiri
Shori. Shori menatapnya dengan rasa ingin tahu.
“Kau bisa
menggunakan ini untuk membuat pintu rumahmu berfungsi,” Yurika menancapkan
tusuk gigi bersih yang barusan diambilnya tepat ke tumpukan wafel yang ingin
dijadikan pintu oleh Shori. Ia membulatkan matanya dan tersenyum penuh arti,
lalu dengan bergegas berlari keluar dari Cafe.
Shori termangu
melihat kepergian Yurika, lalu ia tersenyum. Tanaka yang sejak tadi mengamati
mereka berdua mendekati Shori.
“Shori-kun,
yang barusan tadi pacarmu? Tumben kau mengobrol dengan seorang wanita?”
selidiknya sambil berkacak pinggang.
Hujan rintik
seketika turun membasahi bumi, percikan airnya menerpa jendela dan bunga-bunga
yang berada dalam pot pun ikut kebasahan.
“Hah?!
Ahahahaha.. Iie! Jangan bercanda Tanaka-san, Aku tidak tertarik dengan wanita
seperti dia,” Shori tertawa geli mendengar pernyataan Tanaka, ia sampai
memegangi perutnya yang mengejang.
“Sou ka.. Hmm,
tapi ini sebuah kemajuan setelah sekian lama aku melihatmu duduk sendirian
disini tanpa pernah sekalipun mengajak seorang wanita bicara, akhirnya hal itu
terjadi juga hari ini,”
“Kau terlalu berlebih
Tanaka-san, aku tidak pernah begitu,”
“Ah, anoo..
bukankah itu dia?” perhatian Tanaka teralih dan ia beranjak dari posisinya bergerak
mendekat kearah jendela dan memandang keluar. Seorang wanita yang sangat mirip
dengan Yurika berlari menuruni bukit. Shori bangkit dari kursinya dan berdiri
disebelah Tanaka ikut mengamati Yurika yang sedang berbasah-basahan mengejar
sebuah bola yang terguling jatuh. Ia berhasil meraih bola itu dan kembali naik
keatas bukit.
Shori bergerak
menuju pintu cafe diikuti Tanaka, mereka keluar agar dapat melihat dengan jelas
apa yang dilakukan Yurika barusan. Ia melihat Yurika menyerahkan bola yang
terguling tadi pada seorang nenek.
(dengerin partnya CREAMVISIONJP –
54321 mulai dari sini)
“Baka!” gumam
Shori. “Tanaka-san bisa pinjamkan aku payung?”
“Ah,
sebentar..” Tanaka masuk kedalam cafe dan tak lama keluar membawa sebuah payung
hitam. Shori mengambil payung itu dan segera saja ia telah berada dibawah
payung dengan siraman hujan yang cukup deras. Ia menuju kearah Yurika yang
telah berpisah dengan si nenek.
Yurika menatap
kepergian nenek itu, lalu ia mengangkat tas berisi gaun yang dibawanya kini
sudah basah. Ia menatap tas itu tanpa ekspresi. Tiba-tiba saja hujan
disekitarnya tidak menerpa tubuhnya lagi. Ia berbalik menatap sosok
dibelakangnya.
“Baka, kalau
kau lari dengan kecepatan seperti itu ketika hujan kau bisa melukai kakimu
lagi,” Shori berdiri tepat didepannya. Ia memayungi tubuh Yurika yang sudah
basah kuyub. (sampai sini J)
“Eh?”
“Ayo ikut aku!”
Shori menarik
tangan Yurika mengajaknya kembali ke Cafe Poirot dan Shori langsung membawa
Yurika menuju bagian belakang cafe.
“Lepas bajumu
dan keringkan,” suruh Shori menatapnya sembari berkacak pinggang. Yurika
menatapanya bengong.
“E? Apa kau
bodoh? Aku tak bawa baju cadangan,” jawab Yurika cuek sambil mengelap lehernya
dengan handuk yang diberi oleh Tanaka. Ia membuka blazernya dan mulai mengelap
baju putihnya yang setengah basah. Shori yang sedang mengamatinya langsung
berbalik menghindar. Yurika tersenyum jahil melihat sikap Shori. Ia memandang
bajunya yang terlihat sedikit transparan sehingga pakaian dalamnya sedikit
terlihat.
“Baka! Nani
kangaeten no?” protes Shori ia melepas coatnya dan menyorongkannya kebelakang
pada Yurika. “Pakai mantelku,”
“Arigatou ne,”
seru Yurika ia mengambil mantel itu dan segera memakainya. “Aku sudah selesai,
kau boleh berbalik,”
Shori berbalik
menatap Yurika yang telah sibuk memeriksa tas berisi gaun yang dibawanya. Ia
mengeluarkan gaun basah itu dengan wajah memelas. Ia menghela napas panjang.
“Ada apa?”
tanya Shori ingin tahu ia mendekat agar bisa melihat dengan jelas.
“Aku harus
memberikan gaun ini pada kekasih atasanku sebagai hadiah. Harusnya sekarang aku
sudah mengantarkannya tapi sekarang aku justru berakhir ditoilet sebuah cafe
dengan tubuh basah kuyub,”
“Sou ka.. jadi
kau menyesal menolong Obaachan tadi? Apa kau ingin menangis?” ejek Shori.
“Iie, betsu
ni.. masih ada waktu dua jam aku harus mencari laundry yang bisa membersihkan
dan mengeringkan gaun ini agar tampak baru lagi,” Yurika memasukkan kembali
gaun basah dan blazernya kedalam tas.
“Shori-kun,
seseorang mencarimu,” tegur Tanaka yang muncul dengan nampan berisi dua cangkir
teh hijau hangat. Shori segera pergi menemui orang yang mencarinya. “Ano.. kimi
wa nama e Yurika san desu?” tanya Tanaka, Yurika tersenyum mengangguk. “Silakan
diminum dulu, supaya badanmu hangat,”
Yurika
mengambil cangkir berisi teh itu dan menghirup aromanya lalu ia meminumnya
dengan nikmat. “Oishi?” tanya Tanaka.
Yurika
tersenyum dan mengangguk mengiyakan. “Oishi! Arigatou gozaimasu.. umm”
“Ah, ore wa
Oguri Tanaka desu,”
“Doumo arigatou
Oguri sama,”
“Ah, jangan
panggil aku begitu kau boleh memanggilku Tanaka,”
“Arigatou
gozaimasu Tanaka san,”
Shori muncul
lagi, sebelum permisi pergi Tanaka menyerahkan cangkir berisi teh padanya. Ia
segera meminumnya. “Sebaiknya kau ikut aku,” ajak Shori.
“Hah?! Iie, aku
tak ada waktu untuk main-main denganmu. Aku harus segera pergi,” Yurika menaruh
cangkirnya diatas sebuah bufet kecil. Ia melepas mantel Shori. Namun Shori
mencegahnya ia juga menaruh cangkirnya diatas bufet yang sama.
Shori mengambil
tas berisi gaun dan menarik tangan Yurika menuju bagian tengah cafe. Seorang
wanita paruh baya sedang berdiri didekat pintu Shori menarik Yurika menuju
kearah wanita itu.
“Chotto matte!
Kau mau bawa aku kemana?” seru Yurika ia mencoba melepaskan diri dari Shori.
Wanita itu mengamati mereka berdua.
“Emi-san, kau
tau laundry yang bisa mengeringkan baju dalam satu jam?”
“Eh? I-iya
memangnya ada apa, siapa wanita ini?”
“Antarkan kami
kesana, ayo kita pergi,” ajaknya.
Shori menarik
Yurika keluar dari cafe, sebuah mobil telah diparkir diluar cafe. Ia membuka payung
yang ada didepan pintu lalu memaksa Yurika mengikutinya agar masuk kedalam mobil.
0 comments:
Post a Comment