Wednesday, 13 May 2015

Shori Sato Fanfiction (Boyfriend Next Door)

BY Unknown IN No comments

SHORI SATO : BOYFRIEND NEXT DOOR (MY MAN)



Minna Ohayou Gozaimasu :) ketemu lagi dipostinganku yang rada kacau balau ini :) hmm.. saat ini aku sedang mengalami sedikit kebuntuan dalam menemukan ide untuk scene selanjutnya dari novel fanficku (Hehehe). Aku memutuskan untuk mempublikasikan beberapa scene selama proses penulisan ini. Hmmm.. kedengarannya narsis ya. Tapi aku sedang berusaha menemukan ide baru untuk scene Kana Yurika dan Sato Shori.

       Dalam pengerjaannya aku mendengarkan beberapa lagu jepang kesukaanku dengan tujuan agar aku mendapatkan mood yang pas ketika menulis cerita ini. Inilah beberapa lagu tersebut:
  •        CREAMVISIONJP – 54321
  •   CREAMVISIONJP – LALALA LOVE SONG
  •   SEXY ZONE – SAKURA SAKU COLOR
  •   SEXY ZONE – A MY GIRL FRIEND
  •   SEXY ZONE – HITOMEBORE
  •   SEXY BOYZ – THE WIN
  •   AYAKA – MIKAZUKI

Diantara semua lagu ini, aku biasanya langsung lancar menulis ketika mendengar lagu dari CREAMVISIONJP – 54321, lagunya bergenre sedikit RnB dan kalau ceritaku ini adalah sebuah dorama Jepang aku akan menjadikannya lagu ost. utamaku hahahaha. Lagunya asyik banget lho, pokoknya dibeberapa scene jatuh cinta rasanya pas banget pakai lagu ini (hihihi) bahkan aku sampai nyanyi-nyanyi dan senyum-senyum sendiri ketika menulis scenenya J.

Dalam cerita ini kalian akan menemukan beberapa nama yang sudah sangat dikenal. Sebenarnya aku merasa bersalah juga memakai nama mereka sebagai tokoh dalam ceritaku. Aku jadi penasaran bagaimana reaksi Shori ketika tahu bahwa ia harus memerankan seseorang yang sangat berbeda darinya dan tiba-tiba mendapatkan scene yang aneh-aneh dalam cerita yang sebenarnya justru membuatnya tidak nyaman. Tapi sebagai fans yang tidak bisa bertemu langsung dengannya, dia adalah motivasi untukku supaya bisa lebih baik dalam menulis.

Tujuanku membuat cerita ini sebenarnya untuk membunuh waktu dan mencoba untuk menyelami bagaimana diri Shori sendiri (wkwkwkwk). Dia yang ada dalam imajinasiku apakah sama atau berbeda dengan kenyataannya aku pun tak tahu. Tapi semakin lama aku berkutat dengan ceritaku, aku pun merasa menjadi lebih dekat dan lebih mengenal sosok Shori dan Yurika dalam cerita yang kubuat.

Oke, gomen ne karena kebanyakan basi-basinya. Silakan dibaca bagi yang gak sengaja terbaca dan ingin baca J maaf kalau masih banyak penulisan kata dalam bahasa jepang yang Cuma sedikit-sedikit dan kurang pas dalam penggunaannya. Soalnya cerita ini belum masuk proses revisi J.


BOYFRIEND NEXT DOOR (MY MAN)


Cast   : Sato Shori (A, 22YO), Kana Yurika (AB, 25YO), Satoh Takeru (A, 25YO), Mizushima Hiro (AB, 27YO), Lida Ayaka (O, 23YO), Kawaguchi Yui (A, 25YO), Aoi Satoshi (B, 24YO), Mikazuki (Cat, 8month)

Genre  : Romance, Mature, Comedy, Slice Of Life


Keesokannya Yurika bangun pagi sekali dan telah menyelesaikan pekerjaan rumahnya. Ia bangun pagi agar bisa pergi sarapan lebih awal di Cafe poirot yang menjual kopi yang terkenal sangat enak didaerah itu. Yurika sangat menyukai kopi dan telah mencoba semua kopi mulai dari yang biasa hingga yang berkelas. Kebiasaannya ini sangat berbeda dengan Hiro yang tidak terlalu suka mengonsumsi kopi.

       Untuk kenyamanan ketika bekerja dan supaya tetap terlihat formal ketika membantu Satoshi hari itu ia mengenakan blazer warna krem dan kemeja putih polos dengan celana jeans biru dongker. Ia mengikat rambut panjangnya dengan gaya low ponytail dan memakai sepatu kets putih untuk melengkapi gayanya.

       Ia telah mempersiapkan gaun yang dipesan Takeru kemarin dan menaruhnya dalam sebuah tas. Gaun itu berwarna pink dan modelnya sangat cantik. Menurut pesan Takeru ia harus mengantarkannya ke sebuah hotel yang cukup terkenal di Ginza dan menyerahkan gaun itu pada seseorang bernama Ami yang menginap disana.

       “Jadi kali ini namanya Ami? Kau memang benar-benar seorang playboy Takeru-kun,” gumamnya sembari membaca alamat hotel pada kertas yang dipegangnya. Ia bersiap untuk berangkat, ketika sedang mengunci pintu apartemennya ia menatap pintu apartemen disebelahnya yang masih tertutup. Ia belum lagi bertemu Shori sejak kemarin, sebenarnya ia juga ingin mengucapkan terima kasih pada Shori yang telah memberinya obat salep paling mujarab, hanya dalam semalam saja kakinya telah sembuh dan sudah tidak sakit lagi.

       Cuaca hari itu sangat mendung, Yurika tidak membawa payung sebagai persiapan. Disepanjang jalan menuju Poirot ia melihat nenek yang dulu pernah ditolongnya membawakan barang bawaan, ia pun menyapa nenek yang juga pernah membantunya menunjukkan jalan menuju apartemen barunya itu.

       “Ohayou gozaimasu Obachan, apa kau masih ingat denganku?” sapanya.
       Nenek itu memfokuskan pandangannya pada Yurika lalu tersenyum. “Ah, ternyata kau, apa kau sudah menemukan apartemenmu nak?” tanya nenek itu.
       “Iya Obachan, terima kasih sudah menunjukkan jalan untukku,”
       “Tak masalah, harusnya Obachan yang berterima kasih padamu karena saat itu sudah menolong Obachan,”
       Yurika hanya tersenyum mendengar penuturan nenek. “Hmm, Obachan mau kemana? Sepertinya akan hujan apa kau membawa payung untuk persiapan?” tanya Yurika.
       “Ah, Obachan mau belanja keperluan untuk membuat kue dan membeli sebuah bola untuk cucuku yang ulang tahun hari ini. Jangan khawatir aku sudah membawa payung kalau memang hujan akan turun.
       “Sou desu ka.. pasti cucu Obachan akan sangat senang mendapat kejutan darimu,”
       “Honto desu ka? Hahahaha semoga saja, aku sudah tak sabar ingin bertemu dengannya. Kalau begitu aku pergi belanja dulu ya, kau hati-hatilah pergi kerja”
       “Baik Obachan, aku mau ke Poirot sebentar untuk sarapan. Obachan juga hati-hati ya,”

       Nenek itu pergi dan Yurika kembali melanjutkan perjalanannya menuju Cafe Poirot. Toko-toko kelontong dan roti yang ada disekitar jalan itu baru saja buka, bau roti yang masih hangat dan manis pun menguar kejalanan dipagi hari yang mendung itu. Cafe Poirot tepat berada dibawah tanjakan jalan yang membukit tepat dipersimpangan jalan, ia pun masuk kedalam cafe dan matanya langsung terfokus pada salah satu meja disudut ruangan ia melihat sosok yang dikenalnya sedang asyik membentuk rumah-rumahan dari kue wafel yang belum dimakan.

       Ia mendatangi bar dan menyapa pemilik cafe yang biasa melayani para tamu. Oguri Tanaka adalah pemilik Cafe Poirot.
       “Halo, ada yang bisa kubantu?” tanya Tanaka.
       “Ano.. Aku ingin memesan Cappuchino dan satu Pancake Strawberry,”
       “Ah, baiklah pesananmu sudah kucatat, silakan menunggu. Pesananmu akan diantar lima menit lagi,” seru Tanaka. Ia pun langsung membayar pesanannya dan memandang berkeliling mencari tempat.

       Yurika menatap meja Shori lagi, ia terlihat sangat serius dengan rumah wafelnya. Pagi itu Shori mengenakan pakaian yang sangat rapi, ia mengenakan coat abu-abu gelap dan T-shirt hitam dengan celana panjang berwarna abu-abu gelap dan sepatu boat hitam yang terlihat trendi, disaat bersamaan rambutnya terlihat rapi namun juga berantakan.

       Yurika pun memutuskan untuk menyapa Shori, ia ingin mengucapkan terima kasih pada pemuda itu.
       “Ohayou Shori-kun,” sapanya. Shori mengalihkan pandangannya dari rumah wafelnya yang belum selesai ia buat.
       “Ah ternyata kau, ohayou!” sapa Shori sambil tersenyum manis. “Bagaimana kakimu apa sudah baikan?” tanyanya lagi sambil menatap sepatu kets Yurika.
       “Ah ya kakiku sudah sembuh.. sebenarnya aku menyapamu untuk mengucapkan terima kasih, berkat salep yang kau beri kakiku sudah tidak sakit lagi,” jelas Yurika. “Hontou ni arigatou ne,” ujarnya membungkuk sedikit.
       “Sou ka.. syukurlah kalau memang sudah sembuh, sebenarnya aku khawatir kakimu akan semakin parah kalau tidak segera diobati..”
       Seorang pelayan menghampiri mereka berdua dengan nampan berisi Cappuchino dan Pancake, ia bertanya dimana Yurika ingin duduk.
       “Ah, silakan taruh dimeja itu aku akan segera kesana,” pinta Yurika sembari menunjuk sebuah meja dekat pintu masuk.
       “Kenapa tidak duduk bersamaku?” celetuk Shori. Yurika menatapnya kaget.
       “Sebaiknya jangan, aku tak mau mengganggumu kau terlihat sangat sibuk dengan rumah-rumahanmu itu,” tolak Yurika.
       “Tak apa, duduklah denganku.. nee-chan kau bisa menaruh nampannya dimejaku,” pinta Shori pada si pelayan yang akhirnya lega karena bisa menaruh nampan itu dimeja Shori. “Aku sedang menunggu temanku, sembari menunggunya kita bisa mengobrol lagipula aku ingin lebih mengenal tetangga baruku,” pinta Shori sembari mempersilakan Yurika untuk duduk  diseberangnya. Ia pun mengikuti permintaan Shori.

       Meskipun Shori berkata ia ingin mengobrol tapi akhirnya mereka berdua hanya duduk diam dan saling membisu. Ia kembali sibuk dengan rumah-rumahan wafelnya. Sebelum memakan pancakenya Yurika memotret makanannya dulu lalu mengunggahnya ke akun instagramnya. Setelah itu ia pun mulai memakan makanannya dengan bahagia hingga tanpa disadarinya ternyata Shori mengamati sikapnya barusan.

       “Nani?” tanya Yurika heran.
       “Kau.. memotret makananmu sebelum dimakan?” tanya Shori.
       “Ne, kau tidak pernah melakukannya?” Yurika melanjutkan memakan pancakenya dengan cuek.
       “Hmm, apa pria juga harus melakukan hal yang sama dengan yang dilakukan para wanita?” tanya Shori dengan sorot mata ingin tahu namun senyum jahil menghiasi wajahnya.
       Yurika membalas tatapan Shori. “Kalau tidak suka kau tidak harus melakukannya, lagi pula kau seharusnya memakan wafelmu dan tidak memainkannya seperti itu..”
       “Ah, ternyata kau orang yang kaku..”
       “Hmm, dan kau orang pertama yang berani mengatakannya langsung didepanku..”
       “Sou ka..? Aku jadi ingin tahu apa wanita kaku sepertimu sudah memiliki pacar atau belum,” seru Shori menatap Yurika tajam.
       Yurika terdiam dan mengunyah pancakenya pelan sembari menatap pancakenya yang sudah tinggal setengah.
       “Ah, gomen ne.. apa aku salah bicara? Aku tak bermaksud menyinggungmu, aku..” Shori terlihat panik dan mencoba untuk mencairkan suasana yang tiba-tiba mencekam. Ia merasa bersalah karena sudah bertanya yang aneh-aneh pada Yurika. “Aku.. memang buruk dalam hal bercanda...”
       “Hahahahahaha..” Yurika tertawa geli melihat sikap Shori barusan.
       “Eh? Kenapa kau tertawa?”
       Yurika kembali memakan pancakenya. “Wajahmu benar-benar lucu, imut,” ujarnya.
       “Haah.. jadi kau tadi pura-pura saja?” protes Shori.
       “Mochiron! Ah, akhirnya kenyang juga,” pancake dipiringnya telah habis. Yurika menatap keluar kaca jendela sehingga Shori pun ikut mengalihkan pandangannya keluar. Langit semakin gelap. “Gawat sepertinya aku harus pergi sekarang juga,” ujarnya sembari meminum habis Cappuchinonya dan mengelap bibirnya dengan tisu.
       “Mau pergi kerja?”
       “Hmm, ya.. arigatou ne karena sudah memperbolehkanku duduk bersamamu,” seru Yurika sambil bersiap untuk pergi.
       “Kenapa buru-buru sekali?”
       “Aku punya tugas yang sangat penting dari atasanku, kalau hujan turun sekarang aku tak akan selamat sampai halte bus. Aku pergi dulu ya,” Yurika meraih tas berisi gaun dan pamit pergi namun langkahnya terhenti dan ia kembali menghampiri Shori. Shori menatapnya dengan rasa ingin tahu.
       “Kau bisa menggunakan ini untuk membuat pintu rumahmu berfungsi,” Yurika menancapkan tusuk gigi bersih yang barusan diambilnya tepat ke tumpukan wafel yang ingin dijadikan pintu oleh Shori. Ia membulatkan matanya dan tersenyum penuh arti, lalu dengan bergegas berlari keluar dari Cafe.

       Shori termangu melihat kepergian Yurika, lalu ia tersenyum. Tanaka yang sejak tadi mengamati mereka berdua mendekati Shori.
       “Shori-kun, yang barusan tadi pacarmu? Tumben kau mengobrol dengan seorang wanita?” selidiknya sambil berkacak pinggang.
       Hujan rintik seketika turun membasahi bumi, percikan airnya menerpa jendela dan bunga-bunga yang berada dalam pot pun ikut kebasahan.
       “Hah?! Ahahahaha.. Iie! Jangan bercanda Tanaka-san, Aku tidak tertarik dengan wanita seperti dia,” Shori tertawa geli mendengar pernyataan Tanaka, ia sampai memegangi perutnya yang mengejang.
       “Sou ka.. Hmm, tapi ini sebuah kemajuan setelah sekian lama aku melihatmu duduk sendirian disini tanpa pernah sekalipun mengajak seorang wanita bicara, akhirnya hal itu terjadi juga hari ini,”
       “Kau terlalu berlebih Tanaka-san, aku tidak pernah begitu,”
       “Ah, anoo.. bukankah itu dia?” perhatian Tanaka teralih dan ia beranjak dari posisinya bergerak mendekat kearah jendela dan memandang keluar. Seorang wanita yang sangat mirip dengan Yurika berlari menuruni bukit. Shori bangkit dari kursinya dan berdiri disebelah Tanaka ikut mengamati Yurika yang sedang berbasah-basahan mengejar sebuah bola yang terguling jatuh. Ia berhasil meraih bola itu dan kembali naik keatas bukit.

       Shori bergerak menuju pintu cafe diikuti Tanaka, mereka keluar agar dapat melihat dengan jelas apa yang dilakukan Yurika barusan. Ia melihat Yurika menyerahkan bola yang terguling tadi pada seorang nenek.

(dengerin partnya CREAMVISIONJP – 54321 mulai dari sini)
       “Baka!” gumam Shori. “Tanaka-san bisa pinjamkan aku payung?”
       “Ah, sebentar..” Tanaka masuk kedalam cafe dan tak lama keluar membawa sebuah payung hitam. Shori mengambil payung itu dan segera saja ia telah berada dibawah payung dengan siraman hujan yang cukup deras. Ia menuju kearah Yurika yang telah berpisah dengan si nenek.

       Yurika menatap kepergian nenek itu, lalu ia mengangkat tas berisi gaun yang dibawanya kini sudah basah. Ia menatap tas itu tanpa ekspresi. Tiba-tiba saja hujan disekitarnya tidak menerpa tubuhnya lagi. Ia berbalik menatap sosok dibelakangnya.

       “Baka, kalau kau lari dengan kecepatan seperti itu ketika hujan kau bisa melukai kakimu lagi,” Shori berdiri tepat didepannya. Ia memayungi tubuh Yurika yang sudah basah kuyub. (sampai sini J)
       “Eh?”
       “Ayo ikut aku!”
       Shori menarik tangan Yurika mengajaknya kembali ke Cafe Poirot dan Shori langsung membawa Yurika menuju bagian belakang cafe.
       “Lepas bajumu dan keringkan,” suruh Shori menatapnya sembari berkacak pinggang. Yurika menatapanya bengong.
       “E? Apa kau bodoh? Aku tak bawa baju cadangan,” jawab Yurika cuek sambil mengelap lehernya dengan handuk yang diberi oleh Tanaka. Ia membuka blazernya dan mulai mengelap baju putihnya yang setengah basah. Shori yang sedang mengamatinya langsung berbalik menghindar. Yurika tersenyum jahil melihat sikap Shori. Ia memandang bajunya yang terlihat sedikit transparan sehingga pakaian dalamnya sedikit terlihat.
       “Baka! Nani kangaeten no?” protes Shori ia melepas coatnya dan menyorongkannya kebelakang pada Yurika. “Pakai mantelku,”
       “Arigatou ne,” seru Yurika ia mengambil mantel itu dan segera memakainya. “Aku sudah selesai, kau boleh berbalik,”
       Shori berbalik menatap Yurika yang telah sibuk memeriksa tas berisi gaun yang dibawanya. Ia mengeluarkan gaun basah itu dengan wajah memelas. Ia menghela napas panjang.
       “Ada apa?” tanya Shori ingin tahu ia mendekat agar bisa melihat dengan jelas.
       “Aku harus memberikan gaun ini pada kekasih atasanku sebagai hadiah. Harusnya sekarang aku sudah mengantarkannya tapi sekarang aku justru berakhir ditoilet sebuah cafe dengan tubuh basah kuyub,”
       “Sou ka.. jadi kau menyesal menolong Obaachan tadi? Apa kau ingin menangis?” ejek Shori.
       “Iie, betsu ni.. masih ada waktu dua jam aku harus mencari laundry yang bisa membersihkan dan mengeringkan gaun ini agar tampak baru lagi,” Yurika memasukkan kembali gaun basah dan blazernya kedalam tas.
       “Shori-kun, seseorang mencarimu,” tegur Tanaka yang muncul dengan nampan berisi dua cangkir teh hijau hangat. Shori segera pergi menemui orang yang mencarinya. “Ano.. kimi wa nama e Yurika san desu?” tanya Tanaka, Yurika tersenyum mengangguk. “Silakan diminum dulu, supaya badanmu hangat,”

       Yurika mengambil cangkir berisi teh itu dan menghirup aromanya lalu ia meminumnya dengan nikmat. “Oishi?” tanya Tanaka.
       Yurika tersenyum dan mengangguk mengiyakan. “Oishi! Arigatou gozaimasu.. umm”
       “Ah, ore wa Oguri Tanaka desu,”
       “Doumo arigatou Oguri sama,”
       “Ah, jangan panggil aku begitu kau boleh memanggilku Tanaka,”
       “Arigatou gozaimasu Tanaka san,”
       Shori muncul lagi, sebelum permisi pergi Tanaka menyerahkan cangkir berisi teh padanya. Ia segera meminumnya. “Sebaiknya kau ikut aku,” ajak Shori.
       “Hah?! Iie, aku tak ada waktu untuk main-main denganmu. Aku harus segera pergi,” Yurika menaruh cangkirnya diatas sebuah bufet kecil. Ia melepas mantel Shori. Namun Shori mencegahnya ia juga menaruh cangkirnya diatas bufet yang sama.
       Shori mengambil tas berisi gaun dan menarik tangan Yurika menuju bagian tengah cafe. Seorang wanita paruh baya sedang berdiri didekat pintu Shori menarik Yurika menuju kearah wanita itu.
       “Chotto matte! Kau mau bawa aku kemana?” seru Yurika ia mencoba melepaskan diri dari Shori. Wanita itu mengamati mereka berdua.
       “Emi-san, kau tau laundry yang bisa mengeringkan baju dalam satu jam?”
       “Eh? I-iya memangnya ada apa, siapa wanita ini?”
       “Antarkan kami kesana, ayo kita pergi,” ajaknya.


       Shori menarik Yurika keluar dari cafe, sebuah mobil telah diparkir diluar cafe. Ia membuka payung yang ada didepan pintu lalu memaksa Yurika mengikutinya agar masuk kedalam mobil.

0 comments:

Post a Comment