Wednesday, 10 February 2016

[My Dilemma] Chapter 5 - Confuse (Aomine Daiki x Reader)

BY Unknown IN No comments


Cast      : Aomine Daiki (Kuroko no Basuke) x Reader
Genre  : Drama, Romance
Language : Bahasa Indonesia
Kuroko no Basket Fanfic

Chapter 5
Confuse

Setelah pertandingan one on one yang terakhir dengan Aomine aku pun tetap menjalani hari-hariku sebagai murid teladan seperti biasanya. Tak ada yang banyak berubah, hanya saja... semuanya akan mulai menjadi terasa lebih sulit dan penuh tantangan saat aku harus menjadi wakil ketua osis dan pelayan disaat bersamaan nanti.


                Akhir-akhir ini (y/n)-senpai kelihatan manis sekali,” gumam anak-anak kelas 2-D yang saat itu sedang bersantai sambil duduk-duduk diatas meja kelas, beberapa diantaranya ada yang sedang serius bermain game dan membaca majalah dewasa.

Hmm... majalah dewasa?

Orang yang sedang sibuk dalam dunianya itu adalah Aomine Daiki, ia baru saja mendapatkan edisi terbaru majalah photoshoot Horikita Mai dari teman-temannya. Dan diantara gerombolan anak laki-laki yang sedang bertukar cerita itu hanya ia saja yang mendengarkannya sebagai angin lalu dan tetap fokus membaca majalahnya.

Namun saat mendengar nama (y/n) disebut-sebut dalam pembicaraan itu ia mulai kehilangan fokus pada majalah yang ia baca.

“Kau tahu Kazuhara senpai dari klub basket kan? Akhir-akhir ini mereka berdua terlihat akrab sekali,” gumam salah satu anak laki-laki berkacamata yang sedang menatap ke halaman memandangi beberapa anak-anak kelas 3 yang sedang melakukan sesuatu dibawah sana.

Anak laki-laki lain dengan rambut berwarna coklat beranjak kedekat jendela dan ikut mengamati halaman. “Benar juga, mereka berdua kan memang sekelas.. Kazuhara senpai juga ikut membantu dalam proyek festival bunkasai nanti, (y/n)-senpai juga sedang sibuk dengan proyek yang sama kan,” beberapa anak laki-laki lain mendengarkan dengan seksama obrolan itu.

“(y/n) senpai sudah punya pacar atau belum sih?” tukas anak berkacamata.

“Ee... sepertinya sih belum, tapi akhir-akhir ini dia sering terlihat berada didekat Kazuhara senpai terus sih, jadi susah memprediksi hubungan mereka,” jawab anak lain yang sedang sibuk dengan handphonenya.

“Kira-kira seperti apa tipe cowok kesukaan (y/n) senpai ya? Jadi pingin tahu,”

“Sudah jelaskan? Pasti yang sempurna seperti pangeran.. tidak seperti kita,” gumam anak berambut coklat. Lalu semuanya serempak menatap Aomine yang masih santai dengan majalahnya. “Kalau Aomine-chan sih nggak mungkin masuk dalam daftarnya ya...” desah mereka yakin.

Aomine menghentikan kegiatan membacanya dan menatap teman-temannya. “Menurut kalian apa sih bagusnya (y/n) senpai? Dia itu bodynya saja tidak seperti Horikita Mai, bodynya bahkan seperti papan pencuci baju,” gumam Aomine pelan sambil menatap keluar jendela. “Bukannya kalian lebih suka yang besar seperti balon?” lanjutnya lagi.

“Sa-sadis! Ka-kalau itu sih memang tidak bisa dibandingkan, bodoh!” balas si kacamata.

“Aomine-kun bisa ngomong begitu karena sudah punya Momoi-chan kan? Beruntung sekali, aku juga pingin punya pacar seperti Momoi chan,”

“Eh, lihat-lihat ada cowok keren yang nyamperin (y/n) senpai!!!” serempak mereka pun menatap ke halaman termasuk Aomine. “Hmm... dari seragamnya sih dia bukan murid SMA kita, ke-kelihatan keren...” gumam cowok yang tadinya asyik main handphone.

“Sepertinya aku pernah melihat laki-laki itu,” gumam si rambut coklat. Ia mengambil majalah dari laci temannya dan membukanya cepat. “Ah! Ini dia!”

****

“(y/n) cchii~~~”

Aku dan beberapa anak osis sedang sibuk melakukan survei lapangan dan persiapan awal untuk festival bunkasai saat Kise Ryouta muncul dan menyapaku dengan wajah ceria, riang gembira.

Kenapa dia ada disini? Lagipula kenapa dia memanggilku dengan nama –cchi~~~ sih??

Ia dan beberapa temannya menghampiri kami, ketua osis juga ikut bersama mereka. “Ki-Kise-kun? Kenapa ada disini?” gumamku tak percaya. Karena dia bukan murid sekolah kami, sudah pasti dia sedang membolos.

“Oh, kalian berdua sudah saling kenal ya?” tanya ketua osis. Kise mengangguk riang. “Baguslah kalau begitu, (y/n)-san kita mendapat bantuan dari osis SMA Kaijou, kau tahu kan waktu yang kita punya untuk mempersiapkan acara bunkasai kurang dari dua minggu?”

Aku mengangguk mengiyakan. Kami memang butuh bantuan, tapi tak kusangka ketua osis akan mengajak SMA Kaijou untuk kerjasama. (Aku nggak tahu saat bunkasai boleh ajak kerjasama sekolah lain atau tidak, tapi yang pasti aku butuh scene ini untuk mendukung ceritaku saja :p gomen, kalau nggak sesuai)

“Karena setiap kelas juga sedang sibuk untuk persiapan mereka, kita tidak bisa meminta mereka untuk membantu kita mengurus keseluruhan acara. Nah, anggota osis Kaijou akan dengan senang hati membantu, jadi kuharap kalian bisa bekerja sama,” lanjut ketua, ia kembali menatap catatannya sebelum melanjutkan penjelasannya. “(y/n) san karena kalian sudah saling kenal, aku akan masukkan Kise-kun dalam divisimu,”

“Ta-tapi...”

“Ah, aku dan ketua osis Kaijou harus menemui guru pembimbing untuk membahas masalah dana, tolong atur sisanya (y/n) san,” gumam ketua lalu beranjak meninggalkan kami.

Kise menatapku masih dengan senyum riangnya. Apa-apaan?! Hanya dalam sekejap saja para murid perempuan langsung menghampiri Kise dan berebut meminta fotonya. Aku tak yakin kerjasama ini bisa berjalan lancar.

“Semuanya tolong lanjutkan sisanya, aku akan mengurus beberapa berkas dulu, setelah itu aku akan kembali,” gumamku pada anggota lain yang mengangguk mengiyakan, secepatnya aku pun beranjak pergi.

Saat menginjakkan kaki dikoridor gedung kulihat Kise Ryouta beranjak menyusulku dan meninggalkan kerumunan gadis yang sedang mengelilinginya.

“(y/n)cchii,” panggilnya. Tampaknya Kise-kun ini tipe flamboyan yang sangat menikmati ketenaran.

“Kau ini benar-benar anggota osis atau bukan sih?” tanyaku to the point. Kise tersenyum dan berjalan mengimbangi langkahku.

“Sebenarnya aku bukan anggota osis!” jawabnya riang. Para gadis yang ada disekitar kami langsung terpesona. Geezz~~ dia hanya akan membawa masalah untuk divisiku.

“Kalau begitu kau tidak perlu repot-repot meluangkan waktumu kan? Kami benar-benar membutuhkan anggota osis yang sesungguhnya, bukan idol,”

“Hmmm.. (y/n) cchhiii~~ kau ini sadis juga ya? Padahal aku kemari untuk membantu,”

“Gomen. Kalau soal kegiatan sekolah aku memang seperti ini,”

“Kau tidak ingin tahu kenapa aku menyamar sebagai anggota osis dan repot-repot datang kemari untuk membantu kalian?”

“Ah.. sudah jelas kan? Kau ingin bolos sekolah dan bertemu Daiki-kun, entah apa yang dipikirkan ketua osismu sampai mengijinkanmu ikut kesini,”

“Tebakanmu lumayan juga, tapi aku kemari bukan untuk menemui Aominecchi..”

“Hmm... so?”

“Sudah jelas aku ingin bertemu denganmu, senpai!”

“Haah? Jangan bercanda. Aku tak punya waktu untuk main-main, sebaiknya Kise kun cari cewek lain saja,”

“Hmmm?? But I want you (y/n) chhii!!”

“Ba-baka! Stop called me like that!”

Kise menarik tanganku kearah lorong yang sepi. Ia mendorongku kedinding dan menahan bahuku dengan tangannya. “Ki-kise kun? Nani..?”

Kise membungkukkan sedikit punggungnya dan mensejajarkan wajahnya dengan wajahku. Ia  tampak serius.

“Be honest, sebenarnya apa hubunganmu dengan Aominecchi?”

****

Ha-Haaahhh???? Ke-kenapa tiba-tiba?? Apa Kise sudah tahu??

Hubungan ya? Sudah jelaskan.. kami bukan sepasang kekasih lagipula sekarang Aomine sudah menjadikanku pelayannya. Benar-benar gawat kalau sampai ada yang tahu.

“We’re not related by any relationship, satisfied now..?”

Kise tampak terkejut. “Hontou..? (Benarkah..?)”

Kutepis tangan Kise dari bahuku tapi tangannya justru beralih menempel didinding. “Lagi pula apa pedulimu? Apa kau suka Daiki-kun?” tebakku asal-asalan.

“Yokatta!!” gumamnya lega. Aku jadi bingung saat melihat tingkahnya. “Kalau memang senpai tidak ada hubungan dengan Aominechhi, apa kau mau kencan denganku?” tanyanya lagi.

“Stop!” gumamku sambil memukul pelan jidatnya dengan gulungan kertas yang kupegang dari tadi. “Aku nggak kencan dengan anak kelas dua, paham?”

Kise tersenyum sambil mengelus jidatnya yang tadi kupukul. Sedang berada dalam suasana awkward ponselku berbunyi, ku dorong tubuh Kise agar segera menjauh lalu mengecek ponselku. Damn! Aomine memintaku untuk menemuinya di gimnasium tak lupa ia memintaku untuk membawakan beberapa perlengkapan yang ia pesan.

“Aku harus pergi,” gumamku pada Kise lalu beranjak meninggalkannya.

“Aku ikut.. aku bisa membantumu,” gumamnya lagi.

“Tidak perlu, aku bisa melakukannya sendiri...” tolakku halus.

“Hmmmh, senpai kau benci padaku ya?”

“A-apaan? Aku nggak benci kok, jangan terlalu dipikirkan,” jawabku nggak yakin. Ku ajak Kise masuk kedalam ruang osis. “Kise-kun aku ingin kau membantuku sedikit dengan berkas-berkas ini,”

“Lho, senpai mau kemana?”

“Aku harus ketoilet, tolong ya.. aku akan kembali secepatnya,” pintaku lalu meninggalkan Kise dalam ruang osis bersama beberapa anggota lainnya. Kebohongan lainnya, harus berapa kali aku membohongi orang lain?

Setengah berlari aku pun pergi mengambil beberapa barang permintaan Aomine dan langsung beranjak menuju gimnasium. Saat sampai disana gimnasium sedang sepi, tadinya kupikir tempat itu ramai.

Perlahan kubuka pintu gimnasium  itu dan masuk, tak ada orang didalamnya. Apa Aomine sedang mengerjaiku?

“Daiki-kun...?”

Tak ada jawaban. Entah kenapa tempat ini jadi terasa menyeramkan. Aku pun terus berjalan mendekati batas panggung.

“Daiki-kun, aku membawa barang-barangmu.. kau diman.. Akh!!!”

Seseorang membekap mulutku dari belakang dan menarikku dalam pelukannya. Dengan susah payah aku pun berontak, dia kuat sekali dan dalam sekejap saja kuarahkan kakiku untuk menginjak kakinya dan menyikut perut orang itu. Ia mengaduh kesakitan dan melepas bekapan tangannya dimulutku.

“I-Ittaaaiii!! (Aduh!/Sakit!)” ringisnya ia melepas pelukannya ditubuhku.

“Da-Daiki kun?? Ba-Baka!! Kau ngapain sih??” protesku. Ia sedang memegangi perutnya menahan sakit. Yang benar saja? Barusan aku memukulnya?? “A-are you okay..? I’m sorry, I don’t know..”

Tangan besarnya mengelus kepalaku lembut, ia menjulurkan lidahnya mengejekku lalu tersenyum jahil. “I gotcha!” gumamnya lalu berdiri tegak dan berjalan menuju panggung lalu duduk disana. Ia mengepit sebuah majalah diantara lengan dan pinggangnya.

Aku pun berjalan mendekatinya. Dia tampak sedang bosan, lesu dan mungkin.. tak enak badan? “What happened with you? Are you okay?” gumamku, saat berdiri didepannya kuletakkan punggung tanganku didahinya. Semoga dia tidak sakit gara-gara tadi telah meminjamkan jaketnya padaku saat kami joging pagi. Bisa kurasakan tubuhnya terasa lebih hangat dari suhu tubuh normal.

Ia hanya diam sambil menatapku. Tangan besarnya kembali menangkup wajahku dan mataku pun tertutup, hal itu sungguh terasa menyebalkan. Namun saat aku hendak protes padanya, ia mengecup bibirku cepat. Ia melakukannya sangat cepat lalu menjauhkan bibirnya dariku.

Aku tak jadi memprotes perbuatannya dan kami terdiam untuk beberapa saat. “Don’t stare at me like that,” gumamnya pelan dengan suaranya yang dalam.

“Haahh?? Why?” kugenggam tangannya dan menjauhkannya dari wajahku. “Are you being shy with me now?” tanyaku lagi.

Aomine memalingkan wajahnya dariku lalu menatap kearah lain. “Hhhh~~ mana mungkin aku malu kan? Dummy!” tapi entah kenapa wajahnya memerah.

“So why?”

“If you look at me like that, it really makes me want to eat you...so bad”

 “Dummy! Stop talking like that,” gumamku sebal. “Why you so easy to reveal it?” Tampaknya dia baik-baik saja, buktinya dia masih bisa menggodaku seperti itu.

“Because you look like candy, that’s why I wanna lick you...” lanjutnya lagi.

“Daiki-kun~ stop harassing me!” protesku lagi. Ia terkekeh pelan dan berhenti mengataiku. Kukeluarkan sesuatu dari dalam tasku dan kuserahkan beberapa keperluan basket dan kotak makan siang yang kubuatkan untuknya. “Aku membuatkanmu sesuatu, kuharap kau tidak sakit perut saat memakannya,”

“Kau ingin membunuh tuanmu ya?”

“Tidak juga,”

“Bukannya kau harus memanggilku dengan sebutan “goshujin-sama”, huh?”

“Shiranai~ (Nggak mau~)”

“Tch... Kalau sesuatu terjadi padaku karena telah memakan ini, aku tak akan segan-segan menghantuimu setiap hari, pasti akan sangat menyenangkan karena aku bisa menyelinap kedalam kamarmu dan aku bisa melihatmu...”

Kututup mulutnya dengan tanganku dan bisa kurasakan wajahku mulai memanas. “Stop talking like that! Baka!”

“You must be nervous, right? Your face turn red now,” bisiknya sambil memperbaiki helai rambutku yang menutupi wajahku. Ia terdiam dan menjauhkan tanganku dari bibirnya.

Bisa kudengar suara lalu lalang disekitar gimnasium. Kulihat jam tanganku, tampaknya sebentar lagi gimnasium akan mulai didatangi banyak orang. “Sepertinya tempat ini akan digunakan untuk olahraga oleh kelas lain, sebaiknya kita segera pergi. Oh ya... Kise dan teman-teman osisnya di SMA Kaijou datang untuk membantu persiapan bunkasai sekolah kita lho, sepertinya tahun ini acaranya akan lebih ramai dari tahun sebelumnya,”

“Senpai...”

“Hmm..?”

“Apa Kise mengatakan sesuatu padamu?”

“Ti-tidak... memangnya dia ingin bilang apa?” tak mungkin aku bilang padanya kalau Kise mangajakku pergi kencan kan?

“I don’t know, after all, it’s not my business,”

“Bu-bukan urusanmu kau bilang? Padahal kau sendiri yang bertanya duluan kan!!” geramku sebal. “Ya sudah aku harus pergi sekarang sebelum mereka mencariku,” aku pun beranjak menjauh darinya.

“(y/n)..” gumamnya pelan. Langkahku terhenti.

Dia jarang memanggilku dengan namaku, dia selalu memanggilku senpai atau Oi, jadi saat dia menyebut namaku entah kenapa jantungku langsung berdentum cepat. “Nani? (Apa?)”

Sejenak ia menatapku dalam diam. “Hmmm.. Nggak jadi...” gumamnya lalu beranjak dari duduknya dan menyerahkan majalah yang dibawanya padaku. Kamisama~ kenapa aku bisa jatuh cinta pada orang seperti dia??

“Kau mau kemana?” gumamku sambil berusaha mengimbangi langkahku dengannya.

“Aku akan menyapa Kise,”

****

Thank you for coming! I hope you like it :)

Previous Chapter                     Next Chapter

0 comments:

Post a Comment