Cast : Aomine Daiki (Kuroko no Basuke) x Reader
Genre : Drama, Romance
Language
: Bahasa Indonesia
Kuroko no Basket Fanfic
Kuroko no Basket Fanfic
Chapter
5
Confuse
Setelah
pertandingan one on one yang terakhir dengan Aomine aku pun tetap menjalani
hari-hariku sebagai murid teladan seperti biasanya. Tak ada yang banyak
berubah, hanya saja... semuanya akan mulai menjadi terasa lebih sulit dan penuh
tantangan saat aku harus menjadi wakil ketua osis dan pelayan disaat bersamaan
nanti.
“Akhir-akhir ini (y/n)-senpai kelihatan manis sekali,” gumam
anak-anak kelas 2-D yang saat itu sedang bersantai sambil duduk-duduk diatas
meja kelas, beberapa diantaranya ada yang sedang serius bermain game dan
membaca majalah dewasa.
Hmm...
majalah dewasa?
Orang
yang sedang sibuk dalam dunianya itu adalah Aomine Daiki, ia baru saja
mendapatkan edisi terbaru majalah photoshoot Horikita Mai dari teman-temannya.
Dan diantara gerombolan anak laki-laki yang sedang bertukar cerita itu hanya ia
saja yang mendengarkannya sebagai angin lalu dan tetap fokus membaca
majalahnya.
Namun
saat mendengar nama (y/n) disebut-sebut dalam pembicaraan itu ia mulai
kehilangan fokus pada majalah yang ia baca.
“Kau tahu Kazuhara senpai dari
klub basket kan? Akhir-akhir ini mereka berdua terlihat akrab sekali,”
gumam salah satu anak laki-laki berkacamata yang sedang menatap ke halaman
memandangi beberapa anak-anak kelas 3 yang sedang melakukan sesuatu dibawah
sana.
Anak
laki-laki lain dengan rambut berwarna coklat beranjak kedekat jendela dan ikut
mengamati halaman. “Benar juga, mereka
berdua kan memang sekelas.. Kazuhara senpai juga ikut membantu dalam proyek
festival bunkasai nanti, (y/n)-senpai juga sedang sibuk dengan proyek yang sama
kan,” beberapa anak laki-laki lain mendengarkan dengan seksama obrolan itu.
“(y/n) senpai sudah punya
pacar atau belum sih?” tukas anak berkacamata.
“Ee... sepertinya sih
belum, tapi akhir-akhir ini dia sering terlihat berada didekat Kazuhara senpai
terus sih, jadi susah memprediksi hubungan mereka,”
jawab anak lain yang sedang sibuk dengan handphonenya.
“Kira-kira seperti apa
tipe cowok kesukaan (y/n) senpai ya? Jadi pingin tahu,”
“Sudah jelaskan? Pasti
yang sempurna seperti pangeran.. tidak seperti kita,”
gumam anak berambut coklat. Lalu semuanya serempak menatap Aomine yang masih
santai dengan majalahnya. “Kalau
Aomine-chan sih nggak mungkin masuk dalam daftarnya ya...” desah mereka
yakin.
Aomine
menghentikan kegiatan membacanya dan menatap teman-temannya. “Menurut kalian apa sih bagusnya (y/n)
senpai? Dia itu bodynya saja tidak seperti Horikita Mai, bodynya bahkan seperti
papan pencuci baju,” gumam Aomine pelan sambil menatap keluar jendela. “Bukannya kalian lebih suka yang besar
seperti balon?” lanjutnya lagi.
“Sa-sadis! Ka-kalau itu
sih memang tidak bisa dibandingkan, bodoh!” balas si kacamata.
“Aomine-kun bisa ngomong
begitu karena sudah punya Momoi-chan kan? Beruntung sekali, aku juga pingin
punya pacar seperti Momoi chan,”
“Eh, lihat-lihat ada cowok
keren yang nyamperin (y/n) senpai!!!” serempak mereka pun
menatap ke halaman termasuk Aomine. “Hmm...
dari seragamnya sih dia bukan murid SMA kita, ke-kelihatan keren...” gumam cowok
yang tadinya asyik main handphone.
“Sepertinya aku pernah melihat
laki-laki itu,” gumam si rambut coklat. Ia mengambil
majalah dari laci temannya dan membukanya cepat. “Ah! Ini dia!”
****
“(y/n) cchii~~~”
Aku
dan beberapa anak osis sedang sibuk melakukan survei lapangan dan persiapan
awal untuk festival bunkasai saat Kise Ryouta muncul dan menyapaku dengan wajah
ceria, riang gembira.
Kenapa
dia ada disini? Lagipula kenapa dia memanggilku dengan nama –cchi~~~ sih??
Ia
dan beberapa temannya menghampiri kami, ketua osis juga ikut bersama mereka. “Ki-Kise-kun? Kenapa ada disini?”
gumamku tak percaya. Karena dia bukan murid sekolah kami, sudah pasti dia
sedang membolos.
“Oh, kalian berdua sudah
saling kenal ya?” tanya ketua osis. Kise mengangguk riang. “Baguslah kalau begitu, (y/n)-san kita
mendapat bantuan dari osis SMA Kaijou, kau tahu kan waktu yang kita punya untuk
mempersiapkan acara bunkasai kurang dari dua minggu?”
Aku
mengangguk mengiyakan. Kami memang butuh bantuan, tapi tak kusangka ketua osis
akan mengajak SMA Kaijou untuk kerjasama. (Aku nggak tahu saat bunkasai boleh
ajak kerjasama sekolah lain atau tidak, tapi yang pasti aku butuh scene ini
untuk mendukung ceritaku saja :p gomen, kalau nggak sesuai)
“Karena setiap kelas juga
sedang sibuk untuk persiapan mereka, kita tidak bisa meminta mereka untuk
membantu kita mengurus keseluruhan acara. Nah, anggota osis Kaijou akan dengan
senang hati membantu, jadi kuharap kalian bisa bekerja sama,”
lanjut ketua, ia kembali menatap catatannya sebelum melanjutkan penjelasannya. “(y/n) san karena kalian sudah saling
kenal, aku akan masukkan Kise-kun dalam divisimu,”
“Ta-tapi...”
“Ah, aku dan ketua osis
Kaijou harus menemui guru pembimbing untuk membahas masalah dana, tolong atur
sisanya (y/n) san,” gumam ketua lalu beranjak meninggalkan
kami.
Kise
menatapku masih dengan senyum riangnya. Apa-apaan?! Hanya dalam sekejap saja
para murid perempuan langsung menghampiri Kise dan berebut meminta fotonya. Aku
tak yakin kerjasama ini bisa berjalan lancar.
“Semuanya tolong lanjutkan
sisanya, aku akan mengurus beberapa berkas dulu, setelah itu aku akan kembali,”
gumamku pada anggota lain yang mengangguk mengiyakan, secepatnya aku pun
beranjak pergi.
Saat
menginjakkan kaki dikoridor gedung kulihat Kise Ryouta beranjak menyusulku dan
meninggalkan kerumunan gadis yang sedang mengelilinginya.
“(y/n)cchii,”
panggilnya. Tampaknya Kise-kun ini tipe flamboyan yang sangat menikmati
ketenaran.
“Kau ini benar-benar
anggota osis atau bukan sih?” tanyaku to the point.
Kise tersenyum dan berjalan mengimbangi langkahku.
“Sebenarnya aku bukan
anggota osis!” jawabnya riang. Para gadis yang ada
disekitar kami langsung terpesona. Geezz~~ dia hanya akan membawa masalah untuk
divisiku.
“Kalau begitu kau tidak
perlu repot-repot meluangkan waktumu kan? Kami benar-benar membutuhkan anggota
osis yang sesungguhnya, bukan idol,”
“Hmmm.. (y/n) cchhiii~~
kau ini sadis juga ya? Padahal aku kemari untuk membantu,”
“Gomen. Kalau soal
kegiatan sekolah aku memang seperti ini,”
“Kau tidak ingin tahu
kenapa aku menyamar sebagai anggota osis dan repot-repot datang kemari untuk
membantu kalian?”
“Ah.. sudah jelas kan? Kau
ingin bolos sekolah dan bertemu Daiki-kun, entah apa yang dipikirkan ketua
osismu sampai mengijinkanmu ikut kesini,”
“Tebakanmu lumayan juga,
tapi aku kemari bukan untuk menemui Aominecchi..”
“Hmm... so?”
“Sudah jelas aku ingin
bertemu denganmu, senpai!”
“Haah? Jangan bercanda.
Aku tak punya waktu untuk main-main, sebaiknya Kise kun cari cewek lain saja,”
“Hmmm?? But I want you
(y/n) chhii!!”
“Ba-baka! Stop called me
like that!”
Kise
menarik tanganku kearah lorong yang sepi. Ia mendorongku kedinding dan menahan
bahuku dengan tangannya. “Ki-kise kun?
Nani..?”
Kise
membungkukkan sedikit punggungnya dan mensejajarkan wajahnya dengan wajahku.
Ia tampak serius.
“Be honest, sebenarnya apa
hubunganmu dengan Aominecchi?”
****
Ha-Haaahhh????
Ke-kenapa tiba-tiba?? Apa Kise sudah tahu??
Hubungan
ya? Sudah jelaskan.. kami bukan sepasang kekasih lagipula sekarang Aomine sudah
menjadikanku pelayannya. Benar-benar gawat kalau sampai ada yang tahu.
“We’re not related by any
relationship, satisfied now..?”
Kise
tampak terkejut. “Hontou..?
(Benarkah..?)”
Kutepis
tangan Kise dari bahuku tapi tangannya justru beralih menempel didinding. “Lagi pula apa pedulimu? Apa kau suka
Daiki-kun?” tebakku asal-asalan.
“Yokatta!!”
gumamnya lega. Aku jadi bingung saat melihat tingkahnya. “Kalau memang senpai tidak ada hubungan dengan Aominechhi, apa kau mau
kencan denganku?” tanyanya lagi.
“Stop!”
gumamku sambil memukul pelan jidatnya dengan gulungan kertas yang kupegang dari
tadi. “Aku nggak kencan dengan anak
kelas dua, paham?”
Kise
tersenyum sambil mengelus jidatnya yang tadi kupukul. Sedang berada dalam
suasana awkward ponselku berbunyi, ku dorong tubuh Kise agar segera menjauh
lalu mengecek ponselku. Damn! Aomine memintaku untuk menemuinya di gimnasium
tak lupa ia memintaku untuk membawakan beberapa perlengkapan yang ia pesan.
“Aku harus pergi,”
gumamku pada Kise lalu beranjak meninggalkannya.
“Aku ikut.. aku bisa
membantumu,” gumamnya lagi.
“Tidak perlu, aku bisa
melakukannya sendiri...” tolakku halus.
“Hmmmh, senpai kau benci
padaku ya?”
“A-apaan? Aku nggak benci
kok, jangan terlalu dipikirkan,” jawabku nggak yakin. Ku
ajak Kise masuk kedalam ruang osis. “Kise-kun
aku ingin kau membantuku sedikit dengan berkas-berkas ini,”
“Lho, senpai mau kemana?”
“Aku harus ketoilet,
tolong ya.. aku akan kembali secepatnya,” pintaku lalu
meninggalkan Kise dalam ruang osis bersama beberapa anggota lainnya. Kebohongan
lainnya, harus berapa kali aku membohongi orang lain?
Setengah
berlari aku pun pergi mengambil beberapa barang permintaan Aomine dan langsung
beranjak menuju gimnasium. Saat sampai disana gimnasium sedang sepi, tadinya
kupikir tempat itu ramai.
Perlahan
kubuka pintu gimnasium itu dan masuk,
tak ada orang didalamnya. Apa Aomine sedang mengerjaiku?
“Daiki-kun...?”
Tak
ada jawaban. Entah kenapa tempat ini jadi terasa menyeramkan. Aku pun terus
berjalan mendekati batas panggung.
“Daiki-kun, aku membawa
barang-barangmu.. kau diman.. Akh!!!”
Seseorang
membekap mulutku dari belakang dan menarikku dalam pelukannya. Dengan susah
payah aku pun berontak, dia kuat sekali dan dalam sekejap saja kuarahkan kakiku
untuk menginjak kakinya dan menyikut perut orang itu. Ia mengaduh kesakitan dan
melepas bekapan tangannya dimulutku.
“I-Ittaaaiii!! (Aduh!/Sakit!)”
ringisnya ia melepas pelukannya ditubuhku.
“Da-Daiki kun?? Ba-Baka!!
Kau ngapain sih??” protesku. Ia sedang memegangi perutnya
menahan sakit. Yang benar saja? Barusan aku memukulnya?? “A-are you okay..? I’m sorry, I don’t know..”
Tangan
besarnya mengelus kepalaku lembut, ia menjulurkan lidahnya mengejekku lalu tersenyum
jahil. “I gotcha!” gumamnya lalu
berdiri tegak dan berjalan menuju panggung lalu duduk disana. Ia mengepit
sebuah majalah diantara lengan dan pinggangnya.
Aku
pun berjalan mendekatinya. Dia tampak sedang bosan, lesu dan mungkin.. tak enak
badan? “What happened with you? Are you
okay?” gumamku, saat berdiri didepannya kuletakkan punggung tanganku
didahinya. Semoga dia tidak sakit gara-gara tadi telah meminjamkan jaketnya
padaku saat kami joging pagi. Bisa kurasakan tubuhnya terasa lebih hangat dari
suhu tubuh normal.
Ia
hanya diam sambil menatapku. Tangan besarnya kembali menangkup wajahku dan
mataku pun tertutup, hal itu sungguh terasa menyebalkan. Namun saat aku hendak
protes padanya, ia mengecup bibirku cepat. Ia melakukannya sangat cepat lalu
menjauhkan bibirnya dariku.
Aku
tak jadi memprotes perbuatannya dan kami terdiam untuk beberapa saat. “Don’t stare at me like that,” gumamnya
pelan dengan suaranya yang dalam.
“Haahh?? Why?”
kugenggam tangannya dan menjauhkannya dari wajahku. “Are you being shy with me now?” tanyaku lagi.
Aomine
memalingkan wajahnya dariku lalu menatap kearah lain. “Hhhh~~ mana mungkin aku malu kan? Dummy!” tapi entah kenapa
wajahnya memerah.
“So why?”
“If you look at me like that,
it really makes me want to eat you...so bad”
“Dummy! Stop talking like that,”
gumamku sebal. “Why you so easy to
reveal it?” Tampaknya dia baik-baik saja, buktinya dia masih bisa
menggodaku seperti itu.
“Because you look like
candy, that’s why I wanna lick you...” lanjutnya lagi.
“Daiki-kun~ stop harassing
me!”
protesku lagi. Ia terkekeh pelan dan berhenti mengataiku. Kukeluarkan sesuatu
dari dalam tasku dan kuserahkan beberapa keperluan basket dan kotak makan siang
yang kubuatkan untuknya. “Aku
membuatkanmu sesuatu, kuharap kau tidak sakit perut saat memakannya,”
“Kau ingin membunuh tuanmu
ya?”
“Tidak juga,”
“Bukannya kau harus
memanggilku dengan sebutan “goshujin-sama”, huh?”
“Shiranai~ (Nggak mau~)”
“Tch... Kalau sesuatu
terjadi padaku karena telah memakan ini, aku tak akan segan-segan menghantuimu
setiap hari, pasti akan sangat menyenangkan karena aku bisa menyelinap kedalam
kamarmu dan aku bisa melihatmu...”
Kututup
mulutnya dengan tanganku dan bisa kurasakan wajahku mulai memanas. “Stop talking like that! Baka!”
“You must be nervous,
right? Your face turn red now,” bisiknya sambil
memperbaiki helai rambutku yang menutupi wajahku. Ia terdiam dan menjauhkan
tanganku dari bibirnya.
Bisa
kudengar suara lalu lalang disekitar gimnasium. Kulihat jam tanganku, tampaknya
sebentar lagi gimnasium akan mulai didatangi banyak orang. “Sepertinya tempat ini akan digunakan untuk olahraga oleh kelas lain,
sebaiknya kita segera pergi. Oh ya... Kise dan teman-teman osisnya di SMA
Kaijou datang untuk membantu persiapan bunkasai sekolah kita lho, sepertinya
tahun ini acaranya akan lebih ramai dari tahun sebelumnya,”
“Senpai...”
“Hmm..?”
“Apa Kise mengatakan
sesuatu padamu?”
“Ti-tidak... memangnya dia
ingin bilang apa?” tak mungkin aku bilang padanya kalau Kise
mangajakku pergi kencan kan?
“I don’t know, after all,
it’s not my business,”
“Bu-bukan urusanmu kau
bilang? Padahal kau sendiri yang bertanya duluan kan!!”
geramku sebal. “Ya sudah aku harus pergi
sekarang sebelum mereka mencariku,” aku pun beranjak menjauh darinya.
“(y/n)..”
gumamnya pelan. Langkahku terhenti.
Dia
jarang memanggilku dengan namaku, dia selalu memanggilku senpai atau Oi, jadi
saat dia menyebut namaku entah kenapa jantungku langsung berdentum cepat. “Nani? (Apa?)”
Sejenak
ia menatapku dalam diam. “Hmmm.. Nggak
jadi...” gumamnya lalu beranjak dari duduknya dan menyerahkan majalah yang
dibawanya padaku. Kamisama~ kenapa aku bisa jatuh cinta pada orang seperti
dia??
“Kau mau kemana?”
gumamku sambil berusaha mengimbangi langkahku dengannya.
“Aku akan menyapa Kise,”
****
Thank you for coming! I hope you like it :)
0 comments:
Post a Comment