Shingeki
No Kyojin Special : Levi’s Romantic Love
Story
“Wild Flower”
Cast : Levi Ackerman x Minazuki
Genre : Romance, Action, Mature
Chapter
1
Ucapan
Selamat Tidur
Siang itu dalam ruang kerjanya Rivaille
sedang sibuk mengisi kolom TTS dengan wajah sangat serius, dahinya mengkerut
ketika ia berpikir keras mencari jawaban. Tiba-tiba saja Minazuki mendobrak
masuk pintu ruangan dan berjalan penuh keceriaan mendekati Rivaille, ia
meletakkan sebuah bungkusan dimeja lainnya.
“Heichou ayo kita kencan!”ajak Minazuki.
Ia memasang wajah penuh senyuman saat menopang wajahnya di atas meja yang ada dihadapan Rivaille.
Ia memasang wajah penuh senyuman saat menopang wajahnya di atas meja yang ada dihadapan Rivaille.
Rivaille mengangkat dagunya menatap
Minazuki. Wajahnya masih sedingin es.“Iie betsu ni, aku sibuk” jawab Rivaille
santai, ia pun kembali menyibukkan diri mengisi kolom TTS yang ada ditangannya.
Minazuki mendongakkan kepalanya untuk
melihat buku TTS yang ada ditangan Rivaille.
“Hmm, sibuk apanya.. kau sedang cuti kan
kenapa justru mengurung diri dalam ruangan ini dan hanya mengisi buku TTS, ayo
kita pergi kencan..” ajak Minazuki lagi.
“Meskipun cuti, aku harus tetap waspada,
mana mungkin bisa santai, kalau kau ingin menggangguku sebaiknya kau segera
mencari kegiatan lain,”
Minazuki beranjak mendekati jendela, ia
pun menikmati semilir angin yang masuk melalui celah jendela. Tanpa disadarinya
Rivaille sedang memandanginya.
“Kapan kau pulang ke rumah?” tanya
Minazuki yang masih menatap keluar jendela.
“Hmm, entahlah masih ada yang harus ku
lakukan disini,”Rivaille kembali memandangi buku ditangannya. Minazuki
tersenyum tipis ketika ia menoleh kearah Rivaille.
“Pulanglah sesekali, bukankah itu
rumahmu? Kalau kau pulang aku bisa memasak makanan apapun yang kamu inginkan,
bahkan aku bisa menina bobo-kan mu,”serunya tersenyum jahil.
Rivaille berpura-pura tidak mempedulikan
kata-kata Minazuki, ia masih menatap bukunya. Minazuki beranjak dari jendela
mendekati Rivaille yang masih berpura-pura tidak memperhatikannya. Sebuah
kecupan mendarat tepat di pelipis Rivaille, seketika saja ia merasa jantungnya
memompa cepat dan seolah akan melompat jatuh dari dalam dadanya. Ia
mengernyitkan dahinya lagi lalu menatap Minazuki dengan serangan tatapan
setajam es.
“Aaaahhh.. kawaiii!!” pekik Minazuki
riang kemudian langsung merangkul Rivaille dan mengacak rambutnya.
“Hentikan! Lepaskan aku!” seru Rivaille
sebal sambil mencoba melepaskan diri dari Minazuki.
Brakk!
Pintu ruang kerja menjeblak terbuka dan Erwin
muncul, ia sempat tidak menyadari kehadiran Minazuki di dalam ruangan itu,
ketika pintu telah menutup di belakangnya dan ia berbalik akhirnya ia bisa
melihat pose keduanya yang sangat tidak biasa bagi seorang kapten seperti
Rivaille.
“A-apa aku mengganggu?” serunya dengan
wajah gugup. Ia menatap Rivaille yang sudah menekuk wajah semakin dalam. “Nanti
aku akan kembali lagi,” serunya panik sembari berusaha melarikan diri dari
ruangan itu.
“Chotto! Minazuki bukankah sekarang
waktunya kau pergi latihan?”gumam Rivaille pelan.
“He?”Minazuki menatap Rivaille bingung,
namun segera saja ia tersenyum lagi dan melepaskan rangkulannya dileher
Rivaille.
Tapi Erwin yang sudah terlanjur merasa
tidak enak karena telah menghancurkan mood kedua orang yang sedang kasmaran ini
tetap berusaha melarikan diri.“Ah, tak apa aku bisa kembali lagi nanti,”
Pangkat Erwin sebenarnya diatas Rivaille,
dia adalah seorang komandan 13 dari Survey
Corps namun entah kenapa dia suka sekali datang tiba-tiba keruangan
Rivaille dari pada harus memanggil pria itu keruangannya.
“Ah maaf komandan, aku memang harus
pergi sekarang..” cegah Minazuki. Ia beranjak menuju sebuah meja tempat tadi ia
menaruh sebuah kotak makanan yang sudah terbungkus rapi. Ia memindahkan kotak
makan itu ke meja Rivaille.
“Setelah rapat dengan komandan jangan lupa
memakan makan siangmu Heichou, kalau kau sakit siapa yang akan menyelamatkan
dunia?” seru Minazuki sembari tersenyum penuh keisengan. Lalu ia beranjak
meninggalkan keduanya sembari mengucapan perpisahan pada komandan Erwin.
“Aku tidak tahu kalau sekarang Minazuki
menjadi kekasihmu, dia sangat perhatian padamu ya, aku sedikit iri..” seru Erwin
sambil berjalan mendekati sebuah kursi yang ada didekat meja Rivaille lalu
duduk disitu.
Rivaille meletakkan buku TTS-nya lalu
memijit-mijit keningnya pelan. “Jangan salah paham, Minazuki bukan kekasihku,”serunya
dingin. “Jadi apa yang ingin anda bahas denganku?” tanyanya lagi berusaha
mengalihkan pembicaraan.
“Ini mengenai strategi untuk invasi
selanjutnya..”
* * *
Minazuki berjalan pelan menuruni tangga.
Wajahnya muram, sebenarnya dia sangat ingin bertemu dengan Rivaille. Invasi
yang dilakukan Rivaille bersama rekan-rekannya minggu lalu membuat Rivaille
harus meninggalkan kota selama dua minggu, ia sudah kembali sejak tiga hari
yang lalu tapi sama sekali belum pulang ke rumah. Padahal Rivaille sudah
mendapatkan cuti selama seminggu tapi dia sama sekali tidak beristirahat
sedikitpun. Minazuki benar-benar merasa dadanya sakit ketika memikirkan
Rivaille.
“Yo Minazuki!” sebuah suara
mengagetkannya dan seketika ia berjengit kesakitan ketika sebuah pukulan
mendarat dipunggungnya.
“Ah, Eren?”serunya sembari berusaha
mengelus punggungnya yang kesakitan.
“Kau sedang apa disini?”
“Aku baru saja mengantar makan siang
Heichou,”
Eren memegangi perutnya dan mengelusnya
pelan. “Wah beruntung sekali, kenapa justru pria sedingin es itu yang mendapat
kiriman makan siang sih. Mendengarnya membuatku menjadi lapar,”
“Jangan berkata seperti itu, bisa bahaya
kalau dia mendengarnya kan,” tegur Minazuki sambil tersenyum jahil. “Kau belum
makan?”
Eren menggelengkan kepalanya. “Sejak
semalam aku belum makan apapun, hmm.. bagaimana kalau kau menemaniku makan? Apa
kau sudah makan siang?”
“Wah ayo! kebetulan sekali aku juga
belum makan siang. Kita bisa mencoba datang ke toko kelontong yang baru buka
minggu lalu, kudengar makanan disana sangat enak,”ajak Minazuki riang sembari
menarik Eren agar berjalan mengikutinya.
Cahaya matahari siang itu sangat terik
namun hawa udaranya tidaklah panas sehingga Eren dan Minazuki dapat berjalan santai
sepanjang jalan menuju toko kelontong.
“Bagaimana kabarmu? Apa invasinya
berjalan lancar?” tanya Minazuki. Sebenarnya ia sedang berusaha mencari jalan
untuk mengumpulkan informasi mengenai Rivaille.
“Hmm, sangat berat. Invasi kali ini tidak
berbeda dengan sebelumnya, kau tahu kan banyak teman-teman yang kembali dengan
luka yang sangat parah bahkan beberapa rekan kami.. tidak bisa kembali, tapi pengorbanan mereka tidak boleh
disia-siakan, kami harus berusaha melakukan yang terbaik dalam setiap invasi,”
Minazuki merasa bersalah telah
menanyakan pertanyaan itu. Eren pasti merasa sangat edih karena harus
kehilangan orang-orang yang dekat dengannya, ia pun akan merasakan hal yang
sama jika Rivaille...
“Aku selalu berharap kalian semua bisa
kembali dengan selamat tanpa kurang apapun,” celetuknya. “Daijoubu, aku yakin
pengorbanan mereka nggak akan sia-sia. Kau tahu.. Aku bahkan telah bergabung
dalam akademi dan saat ini sedang menjalani beberapa pelatihan, aku sudah tak
sabar ingin pergi ke medan perang bersama kalian,”
“Hah?!” Eren menghentikan langkahnya dan
mengernyitkan dahinya menatap Minazuki. “Kau mau ikut ke medan perang? Jangan
bercanda!”serunya lagi sembari menjitak kepala Minazuki.
“Uuuh,” ringisnya. “Siapa yang bercanda?
Lagi pula aku ini lebih tua darimu berani sekali kau menjitak kepalaku, hah!!”
Minazuki memukuli lengan Eren sementara
Eren menyambutnya dengan tawa. Mereka berdua telah sampai di toko kelontong dan
segera mencari tempat duduk kemudian memesan makanan.
“Hei, apa kapten itu tau kau masuk akademi?”
Minazuki menggeleng kuat. “Dia tidak tahu. Kau juga tidak
boleh memberitahunya ya,”
“Hmm, kenapa tidak boleh? Bukannya dia pasti setuju?”
Makanan mereka pun datang dan keduanya mulai menyantap
makanan itu dengan lahap.
“Hmm, entahlah.. aku merasa lebih baik tidak
mengatakannya padanya. Lagi pula meskipun aku ikut divisi itu atau tidak ku
rasa dia tidak akan perduli,”
“Sou ka. Tapi.. kurasa justru
sebaliknya.. dia akan..” celetuk Eren pelan. Tangannya masih sibuk menyuapkan
makanan secara beruntun kedalam mulutnya.
“Hah!? Ap-”
Eren menepuk-nepuk dadanya membabi buta.
Wajahnya memerah.
“Uhuk! Uhuk! Uhuk! Air!”
Minazuki bangkit dari duduknya dan
menepuk-nepuk punggung Eren.
“Naaniiii?? Ah, yang benar saja...
makannya pelan-pelan dong! Kalau gaya makanmu begini kau bisa mati tersedak,
Baka!”ia membantu Eren meminum airnya dan mengelap bibir Eren dengan sapu
tangannya.“Daijoubu?”tanyanya lagi. Eren mengangguk mengiyakan. “Pelan-pelan
saja makannnya,”
“Gomen,” seru Eren tertawa sembari
menggaruk belakang kepalanya yang sebenarnya tidak gatal.
Seseorang yang berdiri diluar toko
terlihat sangat terkejut ketika melihat pemandangan intim Eren dan Minazuki yang
saat itu berada di dalam toko kelontong. Wajahnya menyiratkan kebahagiaan.
Hanji, ia berniat akan meluangkan waktu setelah rapat untuk memata-matai kedua
muda-mudi itu.
Hanji masih tersenyum penuh arti ketika
ia berjalan masuk ke dalam kantor Rivaille. Ia sedang memikirkan cara untuk
mengerjai Eren dan Minazuki nanti.
“Apa yang kau lakukan Hanji? Jangan
tersenyum licik begitu tanpa mengatakan sepatah kata pun,” tegur Rivaille.
“Ahaha, gomen-gomen hanya saja saat ini
aku sedang bahagia, ayo kita lanjutkan lagi rapatnya..” serunya tenang.
“Rapatnya sudah selesai, kau datang
terlambat,” seru Mikasa dingin ia pun berpamitan untuk pergi.
“Ah, kenapa terburu-buru begitu Mikasa?”
tanya Hanji.
“Aku sedang mencari Eren, oh ya apa kau
melihatnya?” tanya Mikasa.
“Oh, kalau Eren dia sedang berada di toko
kelontong bersama pacarnya. Aku melihat mereka sedang makan siang yang suasananya
sangat intim sekali, sebaiknya kau jangan mengganggu mereka,”seru Hanji
melebih-lebihkan.
Mendengar kata-kata Hanji membuat Mikasa
langsung naik pitam.
“Hah?! Pacar? Siapa?!”tanyanya kesal, ia
mengepalkan jari-jarinya menahan amarah.
“Kalau tidak salah Minazuki-san, aah
mereka terlihat sangat mesra sekali bahkan Minazuki membersihkan bibir Eren
dengan sapu tangan miliknya dan menepuk-nepuk mesra punggungnya, lalu mereka
kisu-kisu..”
“Bakaa~~~”
Mikasa langsung menyeret Hanji untuk
mengikutinya pergi.
“Chottooooo~~~” pekik Hanji, berusaha
untuk menghindar namun gagal.
Pintu kantor kembali tertutup dengan Erwin dan
Rivaille yang terdiam menyaksikan kepergian mereka berdua.
Erwin beralih menatap Rivaille dan pintu
secara bergantian.
“Kau.. tidak ingin menyusul?” tanyanya
gugup.
Rivaille menangkupkan kedua jemarinya
didepan dadanya. “Untuk apa? Hal itu tidak ada hubungannya denganku”. Namun
wajah Rivaille terlihat tertekuk sangat dalam.
Erwin terkekeh pelan sambil memijat
keningnya. “Jangan terlalu keras pada dirimu sendiri, aku tidak ingin kau
menyesal nantinya..”
“Hhhh.. hentikan omong kosong itu, dia
tak ada hubungannya denganku..”
* * *
Minazuki pulang ke rumah tepat sore hari
menjelang malam, Eren mengantarkannya sampai rumah. Mereka berdua terlihat
bahagia dan tidak terlihat tanda-tanda Hanji dan Mikasa.
“Arigatou Eren, hari ini benar-benar
menyenangkan,”
“Hontou?”
“Hontou ni!” pekik Minazuki tersenyum lebar. “Bagaimana kalau kita pergi
kesana lagi, mumpung kau sedang cuti?”
“Ah, ide bagus.. kalau begitu besok aku
akan menjemputmu ya?”
Minazuki mengangguk mengiyakan permintaan Eren sebelum
melepas pemuda itu pergi. Setelah Eren pergi ia terlihat murung lagi dan
berjalan pelan masuk kedalam rumah. Tak ada Eren atau pun Rivaille lagi, rumah
sebagus ini pun akan terasa sepi jika hanya seorang diri saja yang menghuninya.
“Dari mana saja kau?”
Minazuki terlonjak kaget ketika mendengar suara yang
sangat dikenalnya menegurnya bagai hantu disiang bolong.
“Heichou?” serunya sembari mencari sosok
yang ternyata sedang duduk disalah satu kursi baca yang ada diruang tamu.
Minazuki bisa melihat sosok Rivaille yang sedang duduk manis dengan sebuah buku
ditangan dan ekspresi wajah yang super dingin terhias diwajahnya. “Kau kembali?”
“Aku kembali untuk mengecek keadaan
rumah ini, apa yang sudah kau kerjakan selama ini? Rumah ini terlihat sangat
kotor, debu dimana-mana.. aku ingin kau segera membersihkannya..”
Namun Minazuki tak menggubris omelan
Rivaille ia segera mendekati pria es itu dan memandanginya dengan senyum ceria
terekah di wajahnya. Melihat hal itu membuat Rivaille salah tingkah hingga ia
berusaha agar tidak terlihat gugup didepan Minazuki.
“Yokattaaa,” gumam Minazuki bahagia.
Rivaille berdiri dan meletakkan buku
yang dipegangnya ke dalam rak buku yang tertempel pada tembok. Ia berusaha
mengalihkan pandangannya dari Minazuki.“Kau tidak mendengarku?”tanya Rivaille
kali ini ekspresi wajahnya berubah lebih lembut. “Bersihkan rumah sekarang juga
dan buatkan aku makan malam,’
“Hmm, okay,”
Minazuki beranjak dari hadapan Rivaille
dan menuju dapur. Namun sebelum pergi sejenak ia memeluk punggung Rivaille.
“Kau ingin makan apa Heichou?”bisiknya lembut.
“Apa saja boleh dan berhentilah
memelukku,”
“Baiklah-baiklah,” Minazuki melepas
pelukannya dan menepuk pelan punggung Rivaille. “Akan segera kubuatkan, oh ya
aku akan memanaskan air untukmu jadi kau bisa mandi sebelum makan malam,”
Setelah Minazuki beranjak menuju dapur.
Rivaille merasa sangat putus asa, dia menekan-nekan pelipisnya dengan tangan
kanannya. “Jeager sialan..” gumamnya.
Malam pun semakin larut setelah selesai
membersihkan sisa makan malam mereka, Minazuki yang sudah selesai mandi beranjak
menuju ruang tamu tempat mereka biasa bersantai sambil membaca buku atau pun
menonton televisi (entah di tahun 850 sudah ada tivi apa nggak, anggap aja
sudah ada ya).
Rivaille sedang duduk di sofa panjang
dengan gaya yang sangat elegan ia sedang asik
membaca buku dengan televisi menyala yang tidak dihiraukannya.
Minazuki duduk diseberang sofa yang sama
dengan Rivaille, ia sedang mengeringkan rambut basahnya dengan handuk, kali ini
dia tidak ingin mengganggu Rivaille agar pria es itu bisa bersantai dengan
nyaman. Tanpa disadarinya Rivaille sedang mengamati setiap gerak geriknya.
Rivaille merasa ada sesuatu yang berbeda
dari sikap Minazuki. Gadis itu menangkap basah Rivaille yang sedang
mengamatinya, namun dengan cepat Rivaille menguasai diri agar tidak terlihat
salah tingkah.
“Nani?” tanya Minazuki.
Rivaille menggeleng. “Betsu ni, aku
hanya mengamatimu,”
“Ha?! Mengamatiku? Tumben? Apa aku
kelihatan lebih cantik malam ini?” tanya Minazuki iseng, ia kembali
mengacak-acak kepalanya dengan handuk. Lalu mulai menyisir pelan rambutnya yang
sudah setengah kering.
“Tidak juga. Aku bingung, sedetik yang
lalu kau akan berusaha memeluk dan menggodaku lalu setelahnya kau akan diam
tanpa berkata sepatah kata pun. Bukankah itu aneh?”
Minazuki tersenyum cerah mengamati
Rivaille.
“Lalu.. kau lebih suka aku yang mana?”
goda Minazuki. Rivaille melempar pandangan sedingin es padanya, namun hal itu
justru membuat senyuman Minazuki berubah menjadi tawa. “Baiklah aku akan
berhenti menggodamu,” serunya. “Sebaiknya kau segera beristirahat saja dan
berhentilah membaca buku, aku sudah merapikan kamarmu tuan sok serius,”
“Aku akan tidur disaat aku ingin,” tolak
Rivaille mengalihkan kembali tatapannya ke arah bukunya.
Minazuki tersenyum tipis mendengar
kata-kata Rivaille. “Kau benar-benar keras kepala Rivaille..”serunya sembari
meregangkan tubuhnya.
Bruk!
Sesuatu mendarat tepat diatas pangkuan
Minazuki, kini ia bisa melihat wajah Rivaille yang sedang menatap balik
dirinya. Ia juga tahu Rivaille akan melihat wajahnya yang mulai memerah.
Rivaille memperbaiki posisi tidurnya dipangkuan Minazuki dan kembali melanjutkan
membaca bukunya.
“Kau sedang apa?” tegur Minazuki.
“Membaca,” jawab Rivaille santai.
“Hei, kalau baca buku sambil tiduran
nanti matanya bisa minus lho,” seru Minazuki. Mendengar kalimat Minazuki
membuat Rivaille berusaha menahan tawanya. Sebenarnya terkadang Rivaille
menggunakan kacamata.
Rivaille meletakkan buku yang sedang
dibacanya tepat diatas dadanya. Ia menatap Minazuki yang sedang memandanginya.
“Nan desu ka?” tanya Minazuki dengan
raut wajah serius.
“Betsu ni,” jawab Rivaille masih menatap
Minazuki.
“Hei, ada yang ingin ku katakan padamu..
hal ini sangat penting, jadi aku ingin kau mengetahuinya,”
Mendengar kata-kata Minazuki membuat
jantung Rivaille memacu cepat.
“Sebenarnya..”
“Stop!”
“Ha? Kenapa? Aku belum bilang apa-apa..”
“Aku benar-benar sangat ngantuk dan
ingin tidur, jangan menggangguku,”
Rivaille memejamkan matanya rapat, ia
belum siap mendengar pengkuan Minazuki tentang Eren. Meskipun telah lewat
beberapa puluh menit memejamkan mata namun ia sama sekali tidak mengantuk dan
masih tetap terjaga.
“Kau benar-benar tuan muda yang egois
Rivaille..” seru Minazuki.
Rivaille merasa senang karena berhasil mengibuli
Minazuki, lihat saja besok dia sudah menyiapkan rencana pembalasan untuk
mengerjai Minazuki yang sudah mengatainya cowok egois.
Namun ia malah terhenyak dan kaget
ketika Minazuki menyentuhnya. Ia bisa merasakan jemari Minazuki mengelus lembut
rambutnya dan memijat pelan kepalanya, hal itu benar-benar membuat Rivaille
merasa sangat nyaman.Ia sudah terbiasa dengan perlakuan lembut Minazuki padanya
karena gadis itu memang suka menyentuhnya, tapi tetap saja jantungnya selalu
berdebar setiap Minazuki melakukan hal yang sama sekali tidak di duganya.
Apa dia juga suka menyentuh Eren?
Sekelebat pertanyaan itu terlintas
diotaknya, tanpa bisa dicegahnya ia mulai membayangkan Minazuki memeluk dan
mencium pipi Eren yang menerimanya pasrah dengan senyuman cerah. Tiba-tiba saja
ia merasa dadanya sesak lagi dan ia merasa sangat kesal pada Eren.
Sedang asyik memikirkan cara untuk
membalas Eren, Rivaille merasakan sesuatu yang hangat dan lembut menyentuh
bibirnya.
Saat ini ia menyadarinya bahwa Minazuki
sedang menciumnya. Namun sekali lagi ia tak punya keberanian membuka matanya. Ia
membiarkan kehangatan itu menjalari tubuhnya dengan perasaan tidak karuan
hingga sepenuhnya ia merasa benar-benar sangat terjaga dari tidurnya dan tak
ingin tidur lagi.
“Oyasuminasai Rivaille..”
Pagi itu Rivaille terbangun dan langsung
terlonjak kaget ketika mendapati dirinya tertidur di sofa sambil memeluk tubuh
Minazuki. Segera saja ia kelabakan menghindari gadis itu hingga terduduk di
lantai.
Wajahnya terlihat sangat panik.
“Haaahh!! Apa yang sudah kulakukan?”
Ia memandang kearah celananya dan
melihat dirinya yang lain sudah lebih bersemangat dibandingkan dirinya sendiri.
“Gawaaaaaaaat!”
Setelah itu Rivaille kabur ke kamar
mandi.
* * *
Ps : Maaf sebelumnya Mimin lupa kalo Acc Mimin namanya sama kayak pemeran ceweknya. Tapi suer itu bukan Mimin kok. Wkkwkwkwk. Oya, kenapa Mimin pake nama Minazuki, karena Mimin pengennya Levi itu jatuh cinta sama cewek keturunan langka alias setengah asia. Mimin suka pakai nama Minazuki karena artinya bagus yaitu bulan Juni. Dah segitu dulu infonya.
0 comments:
Post a Comment